Rabu, 15 Agustus 2012

MENSYUKURI ALQURAN (HADIAH TERBESAR ALLAH SWT PADA KAUM MUSLIMIN)





Banjarbaru, 24  Ramadhan 1433 H

 “lainsyakartum la azidannakum, wa lainkafartum inna ‘adzabi lasyadiid, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."(Q.S. Ibrahim: 7)
Penulis ingat sebuah anekdot yang diceritakan oleh Ustadz/murobbi penulis ketika ada Tabligh Akbar Nuzulul Quran tempo hari, yang mungkin bisa menjadi renungan kita semua:
“Zaman dahulu ada dua sahabat akrab, bernama Ahmad yang berpostur tubuh agak kurus, serius, dan sangat sabar dan Imron yang berpostur tubuh gemuk, santai, dan agak polos. Saking karibnya dua sahabat ini mereka seperti saudara kandung, mereka sudah mengetahui kekurangan, kelebihan, dan kebiasaan masing-masing. Suatu hari Ahmad pergi ke negeri seberang untuk berdagang, di negeri seberang dia menemukan makanan kesukaan Imron (*sejenis empek-empek Palembang, maklum si Imron berasal dari negeri itu), yang namanya sahabat akrab Ahmad membeli makanan itu sebagai oleh-oleh buat Imron walaupun agak mahal harganya. Sekembalinya ke kampung halaman, Ahmad langsung menemui Imron di kediamannya, setelah bersalaman dan berpelukan layaknya saudara kandung, Ahmad langsung menyerahkan makanan tadi, dengan wajah tenang, tersenyum, dan berterima kasih, Imron menerima makanan itu,,, Namun, alangkah terkejutnya si Ahmad apa yang terjadi kemudian, bukannya makanan itu dimakan atau minimal disimpan, eh Imron malah menyerahkan makanan itu pada si Pussy, kucing kesayangannya…! Meskipun terkejut dan agak jengkel, Ahmad tetap sabar dan berhusnudzun pada Imron, tanpa sedikitpun terlihat wajah marah, bahkan tenang dan membalas senyum, Ahmad pamit (*dalam hati Ahmad berjanji akan kembali membawakan oleh-oleh yang sama untuk Imron, sahabat karibnya). Namun, malang bagi Ahmad kejadian serupa terus berulang sampai berkali-kali dimana oleh-olehnya selalu diserahkan pada Pussycat-nya Imron…! Namun, setiap kali kejadian berulang, setiap itu pula Ahmad tetap tenang, menahan amarah, senyum sambil diam tanpa protes sedikitpun.Sampai akhirnya kejadian itu terjadi hingga sepuluh kali, dan kali ini Ahmad sudah tidak mampu menahan semua kesal di hatinya, Ahmad pun bicara dengan tetap bersikap tenang, “Imron saudaraku, mengapa kamu selalu memberikan makanan kesukaan mu oleh-oleh dariku kepada Pussy?”, Tanya Ahmad. Dan yang paling mengejutkan adalah jawaban Imron seraya tertawa lebar, “Maaf saudaraku, menurutku saat ini yang lebih pantas mendapat makanan ringan seperti empek-empek itu adalah kucing kesayanganku, Pussy. Bukan diriku ini yang sudah gemuk dan makmur.” Dengan terkejut, heran, campur perasaan jengkel, kesal, marah Ahmad pun segera bergegas pergi tanpa terlihat sedikitpun di wajahnya raut wajah marah, Ahmad menimpali Imron dengan kata-kata perpisahan, “Sampai berjumpa saudara ku, semoga di akhirat nanti akan ada balasan yang setimpal untuk perlakuanmu pada ku, aku cuma menasihati bahwa apa yang kamu lakukan itu salah dan tidak seharusnya terjadi pada sahabat mu ini…” Imron pun tetap tersenyum seolah tanpa dosa melihat kepergian sahabatnya, Ahmad.
                Sobat, setelah membaca anekdot diatas kita semua insyaAllah pasti sepakat bahwa begitu “kurang ajar dan tidak tahu dirinya” si Imron terhadap Ahmad yang telah mati-maitan dan jauh-jauh membelikan oleh-oleh kesukaan Imron, dan sungguh sabar serta tabah si Ahmad diperlakukan sedemikan oleh Imron. Namun, pernahkah kita sadar bahwa ternyata kisah diatas justru seringkali kita temukan dalam diri dan kehidupan kita sendiri… Dan parahnya, ini menyangkut hubungan kita dengan sang Pencipta alam semesta, Allah swt. Imron itu adalah kita sendiri, Ahmad yang “sangat sabar dan tenang” adalah Allah swt yang MahaPemurah lagi Penyayang, dan oleh-oleh atau hadiah itu tidak lain adalah Alquran Al karim, firman Allah swt!
                Alquran, yang merupakan mukjizat terbesar junjungan kita nabi Muhammad saw, tidak ada umat terdahulu di muka bumi ini yang mendapat nikmat “hadiah” gratis berupa Alquran selain umat Islam, sungguh mulia dan sangat beruntung umat Islam, betapa tidak di dalam Alquran adalah pedoman/petunjuk bagi umat manusia, terutama orang-orang beriman dan bertaqwa (“Alquran ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”(Q.S. Ali Imran:138)). Di dalam Alquran termuat segala macam segi masalah-masalah aspek kehidupan, tidak hanya menyangkut Ibadah, tetapi juga hal-hal lainnya seperti, hukum, peradilan, pendidikan, kesehatan, ilmu pengetahuan (fisika, biologi, kimia, matematika, dll), politik, sejarah, kedokteran, sastra, akhlak, dan segala macam hal lainnya yang sempurna dijelaskan dalam Alquran. Bahkan Alquran  mampu menyebutkan hal-hal yang terjadi di masa depan umat manusia yang saat Alquran diturunkan (zaman Rasulullah saw) belum diketahui, mis. Bukti bahwa umat manusia tercipta dari setetes air mani yang hina (Q.S. AlMukminun: 14), kemudian bukti bahwa di dalam laut ada gunung berapi, bukti bahwa bulan pernah terbelah, kemudian bukti bahwa Matahari akan terbit dari sebelah barat, dsb yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Hal inilah yang membuat banyak ilmuwan Barat yang tidak pernah mengenal Islam sama sekali, ketika mereka mepelajari Alquran, mereka terkejut karena Alquran sesuai dengan hasil riset mereka, dan akhirnya mereka mendapat hidayah untuk masuk Islam contohnya Neil Amstrong, Musa Pitchok, dll  (*terakhir seorang ilmuwan NASA asal Ukraina Demitri B, masuk Islam setelah hasil risetnya yang menyatakan matahari akan terbit di sebelah barat sesuai dengan pernyataan Alquran).Alquran juga satu-satunya kitab yang terjaga keasliannya sepanjang masa dan dihapal oleh jutaan manusia tanpa kurang satu ayat pun (*tidak ada manusia yang mampu menghapal 1 surah dalam sebuah kitab, kecuali hanya Alquran).”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Q.S. AlHijr: 9).
                Namun, sangat ironis… kita sebagai umat yang paling beruntung diberi hadiah oleh Allah swt berupa Alquran, malah tidak bersyukur dan sangat sering menyia-nyiakan Alquran. Banyak dari kita hanya menjadikan Alquran sebagai kitab hiasan di lemari dan ruang tamu, tanpa pernah kita buka dan kita baca lembaran demi lembarannya (*bahkan penulis yakin banyak diantara kaum muslimin, terutama generasi muda termasuk kita mahasiswa yang tidak lancar/bajuju ujar urang Banjar, kalau tidak bisa disebut tidak bisa membaca Alquran), padahal dalam Hadist shahih Rasulullah saw bersabda bahwa pahala membaca Alquran itu dihitung perhuruf sepuluh kali lipat dan bagi yang tidak lancer ada dua pahala! Ironis, Alquran hanya menjadi semacam “mantra atau jampi-jampi” bagi orang yang sedang kesurupan, padahal Alquran lebih pantas digunakan oleh orang yang sadar dan berakal (“Al Qur'an ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.”(Q.S. Ibrahim: 52)), Alquran hanya menjadi obat bagi orang yang sakit, padahal Alquran lebih pantas untuk orange yang sehat wal afiat, Alquran hanya menjadi “hadiah” untuk mayyit ketika mengadakan acara haulan (*terlepas dari perbedaan pendapat yang membolehkan atau tidak), padahal Alquran lebih pas dijadikan pedoman bagi orang/makhluk yang hidup, Alquran hanya dipakai ketika kita ingin mendapat nilai ujian yang tinggi, jodoh yang baik, rezeki atau jabatan yang melimpah, dengan dibaca dan ditiup ke air putih lalu diminum (*seharusnya kita lebih juga berikhtiar, bukan semata-mata berharap pada air putih) padahal Allah swt memerintahkan kita untuk membaca Alquran dan Mengingat Allah swt setiap waktu (“Ini adalah satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam) nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.”(Q.S. AnNuur:1). Allah swt juga memerintahkan untuk tidak hanya membaca Alquran saja, namun memahami, men-tadabburi, dan mengamalkan seluruh isi Alquran sehingga kita menjadi sadar bahwa hidup kita ini hanyalah untuk Allah semata, takut pada azab Allah swt yang dahsyat, (simak Q.S.Ali Imran:191 berikut, “yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”)
                Tidak hanya itu Allah swt juga mewajibkan kita untuk melaksanakan segala perintah, hukum, syariat yang terkandung dalam Alquran secara keseluruhan tidak mengambil sebagian dan mecampakkan sebagian sesuai kehendak nafsu kita. Allah swt menegaskan, “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (Q.S. AlJatsiyah: 18) “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS al Maaidah: 47). Namun, bagaimana sikap dan tingkah kita sekarang? Ketika Allah swt mengharamkan riba (Q.S. Albaqarah: 275), kita malah menyuburkan riba, senang memakan bunga yang haram di Bank dan kredit finansial, berdagang tidak jujur (*bensin dicampur air, beras memakai pemutih, dsb), ketika Allah swt haramkan zina (Q.S. Al Isra: 32), kita malah menyuburkan praktik perzinahan baik lewat tempat-tempat prostitusi, diskotik, warung remang, bar, dll yang dilegalisasi pemerintah, ataupun dengan perilaku mendekati zina, seperti pacaran, kumpul kebo, berkhalwat, dsb. (*Indonesia peringkat 2 di dunia setelah Rusia dalam hal pornografi dan peringkat 10 besar untuk penyakit HIV), ketika Allah swt perintahkan muslimah menutup aurat dan berjilbab  (Q.S. AnNuur: 31), kita malah tidak memakai jilbab, mengumbar aurat bahkan setengah telanjang, dengan pakaian/celana, ketat, pendek, transparan, seksi, menampilkan paha, dada, tubuh bagian dalam, serta lekukan tubuh yang semuanya merangsang nafsu birahi lawan jenis. ketika Allah swt mengharamkan judi, meminum khamar, dan meramal (Q.S. Al Maidah: 90), kita malah sering menyuburkan judi mis. lewat taruhan bola, undian berhadiah milyaran, kita malah melegalkan pabrik-pabrik minuman keras (*lihat saja botol-botol bensin eceran ukuran 1 liter di sekitar kita adalah botol minuman keras!), Narkoba merajalela (*Indonesia peringkat 5 besar dunia), kita malah seirng percaya pada ramalan zodiac, fengshui, dll (*dalam hadist disebutkan bahwa barangsiapa yang mendatangi dukun dan tukang ramal, maka shalatnya tidak diterima 40 hari, 1 kali meninggalkan shalat maka 500ribu tahun kita disiksa di neraka, 500rbu x 40 = 20.000.000 tahun kita disiksa! Naudzubillahi min dzalik), ketika Allah swt memerintahkan kita untuk bersatu dalam tali agama Allah swt (Q.S. Ali Imran: 103), kita malah terpecah belah dan saling bermusuh-musuhan, berperang, dan membunuh sesama muslim, kita terpecah dalam golongan-golongan, madzhab-madzhab, organisasi-organisasi, aliran-aliran akibat fanatisme/ta’assub buta (*padahal berbeda itu wajar dan rahmat, asalkan hanya pada masalah yang sifatnya furu’iyah bukan masalah akidah), dalam konteks kenegaraan umat islam terpecah dalam 50 negara terpisah dengan semangat nasionalisme buta tanpa memperdulikan kesatuan ukhuwah islamiyah, sehingga mudah diadu domba kaum kafir (*mis. Indonesia bertikai dengan Malaysia, Iran vs Irak, Afghanistan vs Pakistan, Maroko vs Sahara, dsb) padahal dulu ketika ada daulah khilafah islamiyah (622-1924 M) umat Islam dari maroko sampai merauke bersatu dalam 1 pemerintahan yang dipimpin seorang Khalifah/amirul mukminin, sebelum munafik Mustafa Kemal Attaturk dari Turki meruntuhkan dan menangkap khalifah terakhir dari daulah Turki Utsmaniyah pada 3 Maret 1924 M (*InsyaAllah Khilafah akan tegak kembali seperti bunyi hadist Nabi saw dalam riwayat Ahmad). 
                Mungkin inilah mengapa sekarang kita sebagai umat Islam sering mengalami musibah, bencana, penderitaan, baik yang datangnya dari “kaum kafir/iblis manusia” dimana Kaum muslim di berbagai belahan dunia banyak dibunuh, diperkosa, dibantai, dibakar seperti di Palestina, Bosnia, Rohingya, Thailand, Cina, Filipina, Sudan, Afghanistan, Ambon, Poso, dll. ataupun yang datangnya dari alam seperti banjir, tsunami, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, dan gunung berapi, kelaparan, wabah penyakit yang menerpa kaum muslimin. Bahkan kita sama-sama sadar bahwa di dunia ini kaum muslimin adalah umat yang terbelakang, bodoh, miskin, dan tertinggal jauh daripada kaum lainnya seperti Kristen di Eropa dan Amerika, Buddha di Cina dan Jepang, dan Hindu di India. Semua terjadi karena kita meninggalkan Alquran, kita tidak mensyukuri nikmat Allah swt berupa Alquran.Padahal jelas Allah menegaskan dalam Q.S. AnNahl: 112, “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian, kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” Rasulullah saw pun bersabda dalam muttafaq ‘alaih, “Aku tinggalkan dua pusaka, yaitu Alquran dan AsSunnah yang jika kamu berpegang teguh padanya, maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya.”
                My brother n sister dulu ketika Islam Berjaya, dimana Alquran dan As Sunnah diterapkan dalam segala lini kehidupan, yaitu ketika masih ada daulah Islamiyah (622-1924 M), kaum muslimin betul-betul berada dalam kesejahteraan, keamanan, keadilan, dan ketentraman yang tiada taranya dalam sejarah umat manusia, di bidang pendidikan  umat islam mampu melahirkan banyak ilmuwan (*terutama di zaman khalifah Harun Al Rasyid dan Al makmun) di berbagai bidang seperti Ibnu Sina (bapak Kedokteran), Jabir bin hayyan (Bapak Kimia, Al Farabi (penemu tangga nada), Al Kindi (pencetus pertama teori relativitas, jadi bukan Einsten), Al Khawarizmi (penemu angka nol, sistem Aljarbar, dan sistem sinus cosines dalam matematika), Ibnu Khaldun (Bapak Sejarah dan sosiologi), Imam Syafii, Imam Hanbali, Imam Malik, Imam Hanafi (*yang dikenal sebagai imam madzhab yang 4), dan masih sangat banyak lagi, di samping berdiri universitas terkenal seperti Al Azhar, Cordova, Baitul Hikmah di Baghdad, dan banyak perpustakaan seerti di Cordova (Spanyol), Tripoli, Baghdad, dsb yang menyimpan sampai dua juta koleksi buku (*bandingkan perpustakaan di Paris dan Oxford di zaman yang sama hanya menyimpan dua ribu koleksi buku). Di bidang kesehatan, umat islam dikenal sebagai umat yang bersih (*umat islam lah yang mencetuskan mandi teratur di saat kaum Kristen di Eropa takut mandi karena mitos alergi), kota-kotanya (Bahgdad, Cordova, Kairo, Mekah, Medinah, dll) adalah kota dengan sanitasi yang sangat baik, rumah sakit berdiri dimana-mana, dokter dan perawat bertebaran yang kita kenal sebagai Tabib, bahkan umat Islam terhindar dari bencana the Black Death yang melanda Eropa pada abad ke-14 dan menelan 80 juta korban jiwa! Karena umat Islam lebih sehat dan bersih daripada Eropa pada saat itu. Di bidang Ekonomi, tidak perlu diragukan lagi. Umat Islam sejahtera dan adil secara merata, bahkan pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz ketika petugas baitul mal ingin membagikan zakat, tidak ada satupun rakyat yang pantas menerima zakat, sehingga zakat diberikan pada burung-burung, tingkat inflasi/kenaikan harga 0%, bisnis dan keuangan stabil/tidak pernah krisis ekonomi karena menggunakan mata uang Dinar/emas dan Dirham/perak, dan bahkan kekayaan umat islam tidak terhitung jumlahnya terlihat banyaknya mesjid dan bangunan yang terbuat dari emas dan perak. Di bidangMiliter, pasukan Islam menjadi pasukan terkuat di dunia, baik di darat ataupun di laut, kaum muslim menguasai 2/3 kawasan dunia lama di 3 benua, Asia, Afrika, dan Eropa terbentang dari Maroko sampai Merauke dan meruntuhkan 2 Imperium yaitu Romawi dan Persia. Di bidang pertahanan keamanan, kriminalitas dapat ditekan ke angka seminimal mungkin karena hukum jinayah/pidana syariat Islam tegas dan sangat adil, memberikan efek jera kepada pelaku kriminal. Di bidang politik, umat islam stabil dan bersatu dibawah naungan 1 kepemimpinan khilafah/amirul mukminin (*dijamin tidak ada pertentangan atau intrik antar partai politik, hehehe), serta setiap segi bidang kehidupan lainnya kaum muslimin unggul di muka bumi ini saat itu. Tidak hanya kaum muslimin yang merasakan ketentraman, tetapi juga non muslim bisa dengan bebas dan tenang hidup di wilayah Islam, Tidak hanya manusia yang sejahtera, bahkan binatang dan tumbuhan ikut sejahtera (*kuda-kuda diatur supaya tidak terbebani membawa muatan, pohon-pohon dilarang ditebang sembarangan, singa pun menjadi tidak nafsu untuk memakan domba dihadapannya karena sudah merasa kenyang dan tenang hidupnya), dan ini semua bukti sejarah, bukan mimpi!
                So, sobat marilah sekarang kita mulai kembali mensyukuri Alquran yang masih ada di tengah kita, apalagi sehabis bulan Ramadhan (*bulan diturunkannya Alquran, bulan tempat mendidik/men-tarbiyah kita menjadi insan yang bertaqwa di 11 bulan berikutnya) kita mulai belajar membaca Alquran (*bagi yang belum bisa, yang sudah bisa agar lebih dilancarkan dengan penguasaa tadwijnya), memahami, mentadabburi, dan mengamalkan seluruh isi Alquran. Agar kita tidak menjadi Imron seperti cerita diatas, terlalu kurang ajar pada “kebaikan dan kasih sayang” Allah swt pada kita, jangan sampai Allah swt menjadi murka pada kita dengan menurunkan azabNya dan semuanya terlambat, boleh jadi Allah swt sekarang masih memberi kita waktu untuk bertobat, tapi apakah kita bisa menjamin hari besok atau bahkan 1 detik setelah ini kita masih hidup? Mudah-mudahan kita semua, termasuk penulis dapat mensyukuri Alquran. Let’s back to Alquran dan As Sunnah. ^^

Referensi:
Disarikan dari ceramah Ustadz Taufiq Ibnu Tamziz dalam Tabligh Akbar. Kamis, 16 Ramadhan 1433 H.
An Nabhani, Taqiyuddin. Nizamul Islam. 1953. Beirut.
Hitty, Philip K. History of Arabs. 2002. New York.
Siauw, Felix. Beyond The Inspiration. 2010. Jakarta.
www.britannica.com 
www.akhmadazharbasyir.blogspot.com

Menyingkap Misteri "Rahasia Umum" di tengah masyarakat Indonesia


Manado, Sulawesi Utara 26 Juli 2012.

Di tengah serunya musyawarah nasional Aliansi Pers Mahasiswa Politeknik Indonesia (APMPI) ke-VI, terdengar deburan ombak di pesisir pantai dan lambaian nyiur, serta cantik dan manisnnya panitia cewe yang mayoritas keturunan tionghoa (*hehehehe, jadi cuci mata, kurang pahala)... Ku sempatkan menulis ide liar ini, dengan niat dakwah islamiyah..,

 Rahasia umum… tentu kita semua pernah mendengar judul di atas dalam kehidupan normal kita sehari-hari, bahkan dalam percakapan seirngkali keluar istilah “rahasia umum” ini. Sebagai contoh percakapannya, “rahasia umum lho dia tu orangnya playboy dan keong racun”, atau “klo masalah tempat itu tempat prostitusi dan  judi, itu udah rahasia umum”, “rahasia umum jika di daerah sini banyak maling dan rampoknya”, atau “ah, sudah rahasia umum kan anggota dewan di senayan sering terlibat KKN”, “tuh, anak pejabat mewah banget, padahal rahasia umum jika semua fasilitasnya adalah dinas dan milik negara”, dan masih sangat banyak ungkapan ini keluar dari mulut kita. Entah sengaja atau tidak ungkapan “rahasia umum” mengalami sebuah peyorasi (perubahan makna menjadi konotasi negatif), ungkapan ini sering atau bahkan selalu disandingkan dengan kalimat-kalimat yang maknanya negatif khususnya secara nilai dan moral di masyarakat. Bukan sebuah hal yang aneh lagi ketika “rahasia umum” menjadi bahan goyunan di kalangan masyarakat umum, meskipun kalau mau jujur seringkali “rahasia umum” ini menyangkut hal-hal yang sangat urgen dan menyangkut hidup khalayak luas, bahkan kehidupan berbangsa dan bernegara! Namun, mau dikata apa memang, sudah menjadi tradisi, khususnya bangsa kita bahwa “rahasia umum” mestilah dijaga demi kedamaian dan ketentraman hidup kita. Hm… Ada istilah yang umum berkembang di masyarakat, bahwa sebagai bangsa Timur kita mesti menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dan semangat gotong royong di setiap lini kehidupan, saling melindungi, dan menjalin persatuan serta kesatuan, satu sama lain. Anggapan ini memang sangat benar dan tepat, jikalau berkaitan dengan kebaikan, misalnya sikap kita ketika melihat ada teman, kerabat, dan sahabat kita yang sedang dalam kesulitan akibat musibah dan bencana yang menimpa mereka, atau ketika kita menyantuni anak yatim, fakir miskin, anak terlantar, ibnu sabil (*termasuk penuntut ilmu seperti kita-kita mahasiswa ini, hehehehe… klo disebut terlantar juga boleh, terutama apabila sudah masuk tanggal bulan tua, hiks…), dan pastinya tolong menolong terhadap saudara seiman dan seagama ketika didzalimi oleh para musuh Allah swt, ingat bagaimana saudara-saudara kita di luar sana seperti di Palestina, Irak, Afghanistan, Suriah, Libya, Bosnia, Myanmar, Thailand, Filipina, atau dalam negeri seperti Ambon, Poso, Mesuji, dll. mereka dibantai, dibunuh, disiksa, diperkosa, diusir, dan dinistakan, bahkan menurut perhitungan kasar UNHCR PBB korban keseluruhan yang telah dibunuh dan dibantai sepanjang tahun 1950-2011 mencapai angka 1,5 juta muslim! Bagaimana mungkin kita membiarkan saudara kita disana, sementara kita disini terlena dengan maksiat dan dosa. (*dalam hadist riwayat Muttafaqun Alaih, Rasulullah saw bersabda bahwa orang beriman itu ibarat satu tubuh, jika satu bagian mengalami rasa sakit maka seluruh bagian tubuh ikut merasakan). Hm… Maaf ngelantur kultumnya mumpung ramadhan, hehehehe… Oke, kita kembali ke laptop… Sekarang ironisnya, sikap kekeluargaan dan gotong-royong di negeri ini disalahgunakan kepada hal-hal yang sifatnya sudah negatif, seperti dalam hal berbangsa dan bernegara yaitu Korupsi, kolusi, Nepotisme (KKN) (*peringkat ke-2 di dunia setelah Bangladesh), sifat “kekeluargaan” untuk melindungi mafia KKN-nya sudah sedemikian parah, dimulai dari pihak aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim), aparat birokrasi, ataupun bahkan ada kalangan cerdik cendekiawan yang membenarkan sikap inikemudian contoh lain misalnya kita temui ketika pelaksaan Ujian Nasional di negeri ini, dimana “rahasia umum” tolong-menolong dalam  kecurangan UN, baik itu seperti bersama-sama membeli kunci jawaban, menggunakan alat komunikasi seperti HP untuk mencontek, menyewa guru “dadakan” untuk membantu menjawab soal, hingga kerjasama yang baik antara pihak sekolah, guru, murid, dan komite sekolah untuk menutupi adanya kecurangan UN di sekolah tersebut (*tampaknya kita tidak perlu lebih jauh memaparkan, karena memang dengan system pendidikan Sekular-Kapitalis seperti sekarang ini, Kualitas hasil/nilai para peserta didik dalam Ujian Nasional seolah menjadi tolak ukur wajib/konstan untuk menentukan apakah sekolah itu berkualitas atau tidak, bahkan akreditasi dan pendanaan pun seringkali pemerintah mengacu pada pencapaian hasil UN yang akhirnya memaksa pihak sekolah dan komite untuk bekerja keras mendapatkan yang terbaik dengan “segala cara”), belum lagi masalah lain seperti pornografi, pergaulan bebas, dan masalah moral lainnya, hanya dengan alasan ingin menjaga kedamaian dan sifat kekeluargaan, kita menjadikan semua itu hanya sebagai “rahasia umum” tanpa aksi belaka, parahnya penulis pernah mendengar tausyiah dari seorang tokoh agama yang menyatakan bahwa, “kita harus sabar dan pasrah akan semua kebobrokan ini, karena ini sudah zamannya”…huufft (*padahal, Allah swt menuntut usaha kita yang maksimal dan mati-matian, sebelum pasrah pada takdir). Masyarakat menjadi skeptis terhadap kebrobrokan moral yang melanda bangsa ini, dan menjadikan “rahasia umum” sebagai penghibur wajar atas kedzaliman tirani, pengusaha/konglomerat curang, militer yang otoriter, dan sistem yang mengekang kebenaran,

Pandangan Islam
Lalu bagaimana pandangan satu-satunya agama yang diridhai Allah swt, dienul Islam terhadap fenomena “rahasia umum” ini?
Agaknya kita mesti ingat flashback sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari wal Muslim dibawah ini,

DariAisyahRA.:
Bahwa orang-orang Quraisy sedang digelisahkan oleh perkara seorang wanita Makhzum yang mencuri. Mereka berkata: Siapakah yang berani membicarakan masalah ini kepada Rasulullah saw.? Mereka menjawab: Siapa lagi yang berani selain Usamah, pemuda kesayangan Rasulullah saw. Maka berbicaralah Usamah kepada Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Apakah kamu meminta syafaat dalam hudud Allah? Kemudian beliau berdiri dan berpidato: Wahai manusia! Sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kamu ialah, manakala seorang yang terhormat di antara mereka mencuri, maka mereka membiarkannya. Namun bila seorang yang lemah di antara mereka mencuri, maka mereka akan melaksanakan hukum hudud atas dirinya. Demi Allah, sekiranya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya. (Shahih Muslim No.3196)
Serta dalam Alquran, kitab suci yang terjaga sepanjang masa kebenarannya:
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". (Q.S. Al Kahfi:  29)
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (Q.S. Ali Imran: 173)
Dalam  Hadist shahih di atas, sangat jelas Rasulullah saw sangat murka jika kita mendiamkan suatu kemaksiatan karena takut pada penguasa, orang kaya, dan terpandang, sementara “berlagak” adil atas kejahatan yang dilakukan pada orang lemah dan miskin (*quill haq walau kaana muuran, katakanlah kebenaran walau itu pahirt rasanya). Dan akhirnya Alquran menegaskan bahwa kebenaran itu dating dari Allah swt semata, kita tidak boleh takut pada ancaman manusia, hanya Allah swt sebaik-baik penolong. Sehingga, kita dapat tarik kesimpulan bahwa Islam melarang adanya “rahasia umum” atas kemaksiatan dan kemunkaran yang terjadi di tengah umat.

*Terakhir, penulis ingat sebuah kaidah yang menyatakan bahwa DIAM itu lahir dari sebuah KETAKUTAN, dan KETAKUTAN itu lahir dari sebuah KETIDAKTAHUAN. Begitu juga fenomena “rahasia umum” yang beredar di masyarakat kita ini, semua akarnya dari sebuah KETAKUTAN masyarakat untuk mengatakan kebenaran, diakibatkan sistem yang berkembang adalah sistem yang bukan berasal dari sang Pencipta, Allah swt, seperti sistem Kapitalis dan Komunis, dan KETAKUTAN itu semuanya berawal dari KETIDAKTAHUAN bahwa diam terhadap kemunkaran dan kemaksiatan adalah mengundang azab Allah swt, dan bahwa dalam waktu dekat insyaAllah pasti akan tegak sebuah sistem Islam kaffah (menyeluruh) di muka bumi ini dalam bingkai Negara Khilafah dengan Syariat Islam sebagai dasar hukumnya seperti pada masa zaman Khilafah Ar Rasyidin, Abu Bakar RA, Umar RA, Utsman RA, dan Ali RA , serta khilafah2 lainnya seperti Umar bin Abdul Aziz, Harun ArRasyid, dll (*hal ini tegas diriwayatkan dalam H.R. Ahmad).Inilah mengapa ilmu menjadi penting dalam kehidupan kita, terutama kita sebagai muslim (*thalabul ‘ilma faridlatun ‘ala kulli muslimin), then… mumpung masih dalam suasana Ramadhan, yuk mari kita menuntut ilmu terutama ilmu Islam secara menyeluruh, baik itu tentang fikih, muamalah, tauhid, tasawuf, ilmu Alquran (*seperti tajwid, tilawah, tafsir, dll), nahwu-sharaf, syakhsiyah, sejarah Islam dan Khilafah, Teknologi Islam, dan masih banyak lagi. Mumpung masih hidup, mumpung masih “ada kesempatan” untuk kita. Let’s talk n study about Islam… ^_^