Kamis, 02 Februari 2012

Ilmu dan Ikhlas Sepasang sayap bagi Kebenaran



“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

(Q.S. AlBaqarah: 186)

Kebenaran, ya kebenaran… satu kata berimbuhan yang membentuk kata sifat yang bermakna suatu keadaan dari sesuatu (*perasaan terbolak-balik kata-katanya deh…+,+”) dari sebuah kata tunggal sekaligus juga kata sifat yaitu Benar. Benar yang selalu di sandingkan dengan kata lawannya yaitu Salah adalah tidak asing bagi kuping kita, bahkan  menjadi bagian hidup ini. Dalam suatu proses dalam kehiduoan ini kita tidak lepas dari kata yang satu ini... Ketika kita masih kecil dan  menjalani proses menuju sebuah kedewasaan, kita diingatkan tentang benar dan salah yang dituangkan dalam bentuk larangan atau suruhan, sehingga akhirnya membentuk pribadi kita, ketika kita menjawab soal-soal di sekolah, maka benar dan salah yang menentukan nilai kita di raport atau Ijazah (*yaah meskipun diri ini sangat sanksi dengan system pendidikan kita yang orientasinya kepada nilai 8,9,10 atau A, B, C tanpa menilai dari sisi akhlaknya), ketika kita  menetukan suatu pilihan dalam hidup apakah itu dalam hal pekerjaan, pendidikan, jodoh/pasangan hidup, dll. maka Benar dan SAlah menjadi tolak ukur kita, dalam soal beribadah dan beragama pun kita harus bertolak ukur pada nilai-nilai kebenaran, bahkan ujung kehidupan kita nanti (*bagi orang yang beriman) yaitu surga dan neraka adalah hasil dari Benar dan salah yang kita lakukan selama hidup di dunia…
            Sekarang kita masuk ke definisi Benar dan kebenaran itu sendiri dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (*sebenarnya sih penulis mau mendefinisikan dalam konteks agama, tapi berhubung masih jauh ilmunya, jadi ambil kaidah hati-hati aja untuk tidak mendefinisikan ke sana), dalam KBBI, Benar itu bermakna 1 sesuai sebagaimana adanya (seharusnya); betul; tidak salah: apa yg dikatakannya itu --; jawabannya -- semua; 2 tidak berat sebelah; adil: keputusan hakim hendaknya --; 3 lurus (hati): orang ini amat --; 4 dapat dipercaya (cocok dng keadaan yg sesungguhnya); tidak bohong: krn diancam akan dibunuh, ia memberikan kesaksian yg tidak --; 5 sah: keputusannya --; 6 sangat; sekali; sungguh: mahal -- buku ini; Sedangkan Kebenaran itu bermakna 1 keadaan (hal dsb) yg cocok dng keadaan (hal) yg sesungguhnya: kita harus berani mempertahankan -; ia masih menyangsikan - berita itu; 2 sesuatu yg sungguh-sungguh (benar-benar) ada: kita harus menyakini - yg diajarkan oleh agama; 3 kelurusan hati; kejujuran: tidak seorang pun menyangsikan - hatinya; 4 kl izin; persetujuan; perkenan: dng - yg dipertuan, kami masuk istana; 5 Jk kebetulan: nah, - dia datang sekarang, kita dapat bertanya langsung kepadanya;
Dari makna KBBI diatas jelas bahwa makna benar ataupun kebenaran itu sendiri mengarah pada suatu hal kebaikan, keadaan yang idel, kejujuran, kelurusan, dan dapat diterima dengan sukarela secara universal, bahkan selaras dengan KBBI, dalam istilah English dictionary pun Benar sepadan dengan kata Right yang bermakna kebaikan dan Hak Asasi (Hak yang paling esensial) atau True dan Kebenaran adalah Truth yang bermakna fakta atau kenyataan… Bahkan dalam Kitab yang paling agung dan suci di dunia ini, Alquran dalam Q.S. Yunus Ayat 32 disebutkan “Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah Kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari Kebenaran)?”
 (*ayat ini penulis dapat ketika ikut ngaji di Halaqah ustadz J)…. Dapat kita simpulkan akhirnya bahwa kebenaran itu tidak lepas dari kebaikan dan berakhir pada keindahan dan kedamaian,…. Tapi benarkah demikian????
            Namun, realita di hadapan kita ternyata tidaklah sesederhana retorika kita dalam secarik kertas, seringkali kita menemui karena kebenaran (*dalam tanda kutip mempertahankan sebuah kebenaran) terjadi perselisihan, perdebatan, dan akhirnya berujung pada permusuhan bahkan pertumpahan darah.Sebuah persahabatan yang telah terjalin lama bisa saja berakhir ketika masing- masing pihak merasa benar akan apa yang mereka lakukan, sebuah rumah tangga yang dulunya harmonis tiba-tiba berantakan dan broken home ketika pasangan itu mulai memiliki nilai kebenarannya masing-masing tanpa mau menerima pendapat pasangannya, dalam ruang kuliah seorang mahasiswa harus remed/semester pendek hanya karena dia memegang nilai kebenaran yang tidak dapat diterima dosen mata kuliahnya, bahkan kalau kita masuk ke ranah agama , tidak jarang kita menemui dua kelompok yang se-akidah dan se-iman (*1 Tuhah, 1 Nabi, 1 kiblat) saling berdebat, saling serang, saling membidahkan, bahkan saling mengkafirkan (*Padahal dalam hadist shahih riwayat Bukhari, muslim yang menuduh muslim lainnya kaifir, maka dia sendiri telah kafir, Naudzubillah!), hanya karena merasa kelompoknya paling Benar dan ada dalam Kebenaran untuk hal yang sebenarnya hanyalah lingkup pembahasan khilafiyah saja, dan masih banyak model kehidupan ini yang merefleksikan bagaimana sebuah Kebenaran dan nilai Benar yang seyogyanya menjadi sumber Kebaikan, tetapi sebaliknya menjadi sumber Permasalahan yang berujung pada Petaka!
Penulis teringat pada kata-kata salah seorang sahabat yang mengajarkan penulis tentang makna sebuah “persahabatan”, dia berkata bahwa seorang sahabat sejati tidak akan mengungkit kebenaran secara prinsipil yang dianut oleh sahabatnya, karena kebenaran itu Relatif…. (*sebelumnya minta maaf banyak ketika tulisan ini menyinggung prinsipil kamu wahai sahabatku, tapi niat ini cuma ingin membuka diskusi hangat kita kembali tentang bagaimana kita memaknai kebenaran dalam lingkup sosial kita, jujur penulis bangga padamu)
Memang tepat ketika kita berpendapat bahwa sebagai sahabat yang baik kita tidak akan mncampuri (*kalau tidak bisa disebut menasihati) mereka dalam urusan prinsipil, oke lah kalau memang itu hanya menyangkut pola mereka berpikir tentang belajar, makan, minum, bekerja, cita-cita, dll yang sifatnya kecil-kecilan,,, tapi bagaimana bila nilai kebenaran itu sudah menyangkut hal-hal yang prinsipilnya pada dasarnya 1 kesatuan dengan kita atau dengan bahasa simpelnya sudah menggesek kebenaran yang kita anut?!, semisal cara sahabat kita memandang bagaimana membuat masakan yang enak, padahal menurut kita masakan itu tidak cocok untuk kita yang sering Hipertensi/tekanan darah tinggi (*alias keASINan), atau ketika kita dalam menyelesaikan suatu tugas yang diberikan dosen dalam satu kelompok, sementara besok harus sudah clear diserahakn pada dosen,,, sementara sahabat kita ngotot  mempertahankan kebenaran menutrut pemikirannya tanpa mau menerima pendapat kita, atau contoh lain misalnya dalam hal keyakinan beragama, anggaplah kita termasuk orang yang taat menjalankan perintah agama sehingga ketika tiba waktu shalat kita langsung pergi ke mesjid untuk berjamaah, sementara sahabat kita tampak dengan enteng mengatakan, “nanti saja, gue masih asyik main CS, kan yang penting kita shalat” dan ketika sahabat kita yang wanita tidak menutup aurat, memakai tank-top, celana yang hanya 3 jari dari blablabla, dan memakai parfum yang wah… dengan jalan yang sangat seksi dan tubuh putihnya (*sudah2 nanti malah ngeres otak) dengan enteng menghina dan menertawakan kita yang menutup aurat, atau ketika kita bertemu dengan sahabat yang justru tidak mempercayai Tuhan dan kekuasaan ciptaanNya,, padahal notabene dia itu memiliki keyakinan dan agama yang sama dengan kita, trus apakah Anda masih beranggapan diam demi persahabatan itu baik??? Padahal kata Rasulullah saw , orang yang diam melihat kemaksiatan di hadapannya adalah tidak ubahnya seperti setan bisu! Dan sebagai muslim kita tentunya sadar bahwa pada hakikatnya kita semua adalah Dai (orang yang berdakwah menyampaikan kebenaran). Minimal kita harus saling Nasihat menasihati dalam kebaikan (*Addinun nasihah=agama itu nasihat) baca Q.S. Al Ashr 1-3 yang dari TK sudah kita baca ketika mau pulang ke rumah…
            Naah, trus gimana neh… katanya sebuah kebenaran itu ujungnya adalah kebaikan, ko malah berujung pada permasalahan dan persengketaan?? Malah jadi rumit ketika sebagai muslim kita dituntut untuk menyampaikan kebenaran walaupun pahit, tapi di sisi lain kita tidak boleh menyinggung kebenaran yang dianut oleh orang lain atas asas Kekeluargaan, Persahabatan, dan Persatuan… Apa yang salah dari semua ini? Apakah Tuhan telah salah menurunkan kebenaran bagi umatnya? Jreeeng…
            Dalam dunia medis (*apakah itu dokter, perawat, bidan, dsb) kita dituntut untuk mendiagnosis penyebab bsuatu penyakit itu sampai ke etiologis/sumber nya jangan hanya simptomatis/gejala superficial saja… Di sini penulis mencoba mengungkap kerumitan suatu kebenaran yang jusrtu menjadi sumber permasalahan bukan sumber kebaikan.. Ternyata penyebab semua ini bukan terletak pada keberadaan kebenaran itu karena fitrah kebenaran adalah kebaikan, tetapi permasalahannya terletak pada individu yang memegang kebenaran itu, orang-orang yang memegang kebenaran di zaman sekarang ternyata cenderung melakukan pembenaran bukan memegang kebenaran… Naah di sini jelas sangat jauh perbedaannya bak Timur dan Barat,, Kebenaran adalah kata sifat yang cenderung baku dan konstan, sedangkan Pembenaran adalah kata kerja yang merupakan proses yang sifatnya sangat subjektif /sangat dipengaruhi kepentingan individunya… Sebagai contoh biasanya orang-orang yang sibuk berdebat dengan sengit (*bakakancangan urat gulu ujar urang Banjar) mereka cenderung melakukan pembenaran atas kebenaran yang mereka pegang (*makanya generasi salafus shalih dulu tidak senang berdebat, apalagi dalam urusan agama, jangan sampai perjuangan dakwah kita ternoda oleh sikap ashabiyah dan fanatisme buta pada golongan sehingga sangat mudah mengkafirkan atau membidahkan pada saudara sendiri), seorang pencuri atau Koruptor melakukan pembenaran atas perbuatannya dengan alasan terpaksa, begitu juga para Kupu-kupu malam dengan mudah menjual murah diri mereka dengan alasan untuk biaya makan, seorang Muslimah tidak menutup aurat/berhijab dengan alasan tidak terbiasa, panas, dsb, para artis porno melakukan aksinya atas nama seni dan HAM, dalam melakukan pembenaran juga wakil rakyat kita di Senayan sana rela mengorbankan rakyatr jelata yang telah memilih mereka dengan membangun fasilitas mewah untuk toilet, ruang rapat, wisma, hotel, dll. yang konon harga 1 kursi mereka hampir 24 juta rupiah (*inilah yang disebut kursi anti-dekubitus,,hohoh), belum lagi mobil dinas yang tiap 6 bulan diganti dengan mobil import seharga total Milyardan rupiah, untuk toilet tempat mebuang hajat sampai 2 Milyard (*gimana setan gak betah, klo tempat yang paling disenanginya sangat mewa bak istana), atau seperti kisah Siti Nurbaya di mana seorang orang tua melakukan pembenaran atas tindakan memaksa anaknya menikah dengan calon yang tidak dicintai anaknya itu (*kok jadi ke kisah Roman sih…=,=’)…..
Nah,, orang-orang diatas cenderung melakukan pembenaran atas apa yang mereka lakukan, jadi sejatinya bukan kebenaran yang mereka pegang, pembenaran/justifikasi tidak jauh beda dengan kata “merasa benar sendiri” sehingga akhirnya justru menodai kesucian makna kebenaran itu sendiri.
            Selanjutnya setelah tahu penyebab secara etiologisnya maka penulis akan mencoba menulis resep obat untuk mengatasi agar jangan sampai suatu kebenaran menjadi pembenaran di tangan kita… di sini penulis mengajukan solusi yaitu dalam memegang suatu kebenaran kita terlebih dahulu harus memiliki Ilmu dan Ikhlas, ya Ilmu dan Ikhlas adalah 2 sayap bagi kebenaran itu sendiri Ilmu itu datangnya dari akal (*karunia terbesar Allah pada manusia) dan ikhlas itu adanya di Qalbu (*sumber kebaikan jasad dan ruhani)… makanya dalam ilmu fikih, syarat diterima amal ibadah itu ada 2 yaitu ikhlas dan sesuai dengan Alquran dan Assunnah (*pastinya kita harus tahu ilmunya)…
            Yang pertama ilmu, kita pasti sudah familiar dengan kata ini dan urgensinya bagi kehidupan kita, sehingga tidak perlu panjang lebar dijelaskan penulis.. di sini penulis cuma ingin membuat korelasi antara ilmu dengan kebenaran, kita pasti ingat dengan idiom ini “tirulah padi, semakin berisi semakin merunduk” artinya semakin berilmu seseorang, maka dia akan semakin tawadhu dan tidak sombong, sehingga dia jauh dari tindakan pembenaran, karena pada hakikatnya kita dalam menuntut ilmu adalah proses dalam mencari kebenaran yang hakiki, dalam langkah ilmiah kita tidak hanya mengajukan Hipotesis, tapi juga harus bereksperimen, dan menganalisis data, kemudian menguji lagi,,, apalagi sampai verani melakukan postulat (*pendapat tanpa bukti)! Inilah mengapa Imam Bukhari menempatkan Bab tentang Ilmu di kitab shahihul Bukhari  ditempatkan di posisi kedua setelah bab tentang iman, karena urgensi ilmu yang begitu kuat.Dalam menyampaikan kebenaran pun Nabi saw telah mengajarkan pada kita bahwa tidak hanya asal menyampaikan, tapi juga harus memiliki ilmu (*harus berdasarkan dalil yang syar’I dan shahih), sehingga terhindar dari sikap emosional yang ujung-ujungnya cepat menvonis saudara sendiri.Nabi saw senantiasa melakukan tarbiyah pada shahabatnya bahkan dari awal berdakwah ketika Nabi saw mengumpulkan para shahabatnya di rumah Arqam bin abil Arqam,…   bagaimana Nabi saw menolak berdoa untuk menurunkan azab bagi bani Thaif yang sudah mempermalukan beliau, padahal jibril sudah memaksa, tetap beliau tidak mau karena beliau menganggap bahwa suatu saat nanti keturunan Bani Thaif akan sukarela memeluk agama Islam (*di sini menunjukkan ketinggian ilmu Nabi saw, di mana beliau tidak serta-merta memvonis orang yang menolak kebenaran dakwah islam), inilah juga rahasia mengapa Imam Ahmad bin Hambal tidak melakukan pemberotakan ketika beliau disiksa cambuk oleh penguasa karena beliau menolak mengakui pendapat kaum Mutazilah, atau ketika Imam Syafii shalat subuh tanpa qunut di belakang Imam lain, padahal Mazhab Syafiiyah menganggap qunut itu rukun shalat, selaras dengan itu bagaimana Buya HAMKA (*tokoh Muhammadiyah) satu kapal dengan K.H. Ideham Chalid (*tokoh NU) ketika tiba shalat subuh, saat Buya Hamka menjadi imam, K.H. Ideham Chalid tidak berqunut, sebaliknya ketika K.H. Ideham Chalid menjadi imam, Buya Hamka pakai qunut sebagai makmum dan masih banyak lagi suri tauladan yang terlalu banyak jika ditulis di catatan ini… pada intinya, semua ini menunjukkan betapa orang-orang yang tinggi ilmunya, mereka senantiasa menghindarkan diri dari perdebatan kosong akan suatu hal yang sifatnya Cuma khilafiyah , bukan akidah, mereka senantiasa bijak dan tenang ketika menyampaikan kebenaran pada orang yang menentang mereka, tidak serta-merta menvonis “bidah apalahi kafir”,,,
Imam mazhab yang 4 (Syafii, hanafi, hambali, dan maliki) selalu melarang pengikutnya untuk fanatik buta atas mazhabnya, dan menyuruh pengikutnya untuk menuntut ilmu di mana pun, perhatikan perkataan Imam Syafii berikut “jika kalian mendapati pendapatku bertentangan dengan Sunnah Nabi saw, maka buang pendapatku itu”, ironis memang ketika pengikutnya sekarang malah terjebak dalam fanatik buta dan menyalahkan pengikut mazhab lain.Imam Bukhari pun rela menghabiskan umurnya untuk menuntut ilmu dan pergi dari satu negeri ke negeri lain menempuh jarak ribuan kilometer dengan jalan kaki hanya demi kebenaran tentang hadist shahih, hasilnya 600.000 hadist terkumpul, begitu juga Imam Muslim dengan 300.000 hadist,(* bandingkan dengan kita sekarang cuma untuk membaca 1 buku agama saja malesnya minta ampun…>,<)
karena ilmu lah banyak ilmuwan barat yang dengan sukarela masuk Islam, seperti Neil Amstrong, bahkan Albert Einsten pun mengakui kekuasaan Allah swt setelah merumuskan teori tentang relativitas, lihat saja bagaimana ketika kita di SMA atau kuliah, orang-orang yang jenius sejati mereka lebih banyak diam dan bersikap tenang (*cool banget) dan menghindari perdebatan, justru orang-orang yang pas-pasan ilmunya lah yang sering cerewet dan sering berdebat tentang hal-hal sepele sekalipun.Intinya orang berilmu tahu cara menyampaikan kebenaran dengan cara yang benar (kta seorang kakak calon dokter muda spesialis bedah,hehehe).  
            Trus yang kedua adalah Ikhlas, ternyata ilmu saja tidak cukup agar kita terhindar dari sikap pembenaran, betapa banyak orang yang tinggi ilmunya dan faqih justru tidak mau mengakui kebenaran dan senantiasa melakukan pembenaran, permisalan terkenal adalah Abu Jahal yang tahu dan mengakui dakwah Nabi saw itu benar, namun dia tidak Ikhlas untuk mengikuti dakwah Nabi saw, contoh populer lain adalah Hitler yang terkenal jenius dan tinggi ilmunya, tapi karena hatinya tidak ikhlas mengakui kehebatan bangsa lain akhirnya dia dengan kejam membunuh bangsa selain bangsa Arya, dan masih banyak permisalan lain yang merefleksi betapa banyak orang yang berilmu, tetapi tidak disertai dengan hati yang ikhlas mereka menjadi mengingkari kebenaran dan justru memperjuangkan pembenaran.Disebabkan gengsi karena orang yang menyampaikan kebenaran itu dianggapnya lebih muda, lebih miskin, lebih jelek, lebih rendah kedudukannya daripada dirinya sehingga dia menyangsikan kebenaran tersebut, meskipun dia tahu bahwa itu benar.
            Antara ilmu dan ikhlas pada dasarnya adalah berbicara mengenai akal dan qalbu… ketika akal dan qalbu itu seimbang, maka kebenaran pun akan mudah diterima oleh setiap individu,,, itu akan sempurna ketika kita memiliki keimanan sebagai perekat sayap ilmu dan ikhlas.
            Apakah Anda masih menganggap Kebenaran itu relatif (*subjektif)??? Di sini penulis tegaskan bahwa dari awal kita telah mengupas bahwa secara fitrah kebenaran itu bermakna sesuatu yang Absolut dan Konstan serta sifatnya Objektif,.. tetapi mengapa banyak anggapan bahwa kebenaran itu relatif? Jawabannya adalah tidak lain karena kita salah dalam mengambil titik acuan kita dalam memandang kebenaran itu sendiri, mungkin kita masih belum tahu acuannya apa atau bahkan terlalu banyak acuan sehingga membingungkan diri sendiri.
            Sebagai muslim sekaligus orang yang beriman, Allah swt telah memberikan acuan kebenaran dalam hidup kita baik di dunia maupun kelak ketika dibangkitkan dari kematian,, acuan itu tidak lain tidak bukan adalah kitab suci Alquran, kitab suci yang di dalamnya berisi pedoman kita dalam kehidupan, baik itu sifatnya Hablun minallah maupun Hamblun minannaas… di dalamnya sangat jelas bagaimana kehidupan itu seharusnya terjadi, mulai dari hal terkecil seperti cara makan, minum, sampai hal terbesar seperti akidah, sistem pemerintahan, dsb. Selain Alquran, ternyata kita diberi juga pedoman lain yaitu As Sunnah/ Hadist yang berfungsi sebagai penjelas dan penguat Alquran… Sehingga penulis ingat lagi-lagi perkataan salah seorang calon dokter bedah muda, bahwa hidup orang mukmin sejati itu sebetulnya membosankan karena mereka cuma hidup dengan berpedoman apa yang disyariatkan Allah swt dan RasulNya kemudian meninggal dalam keadaan tenang dan akhirnya masuk surga,..  So simple..:) Lalu masih kah kita tidak berislam secara kaffah/menyeluruh, hanya mengamalkan sebagian saja dan mengingkari yang lain karena nafsu???  Shalat sih iya, ngaji iya… tapi ketika disuruh berkerudung menutup aurat ogah…!!!
            Marilah kita simpulkan bahwa sebagai muslim kita wajib menyampaikan dan mempertahankan kebenaran karena kebenaran yang kita pegang adalah berasal dari Alquran dan AsSunnah yang datangnya dari Rabbul alamin, Allah swt… Allah swt mewajibkan setiap muslim menjadi dai, ber-amar maruf nahi munkar… Justru ketika kita diam, kita dianggap Rasul saw sebagai Setan bisu! Namun, dalam menyampaikan kebenaran, hendaknya kita menghindari sikap-sikap yang mengarah pada pembenaran, sehingga dengan mudahnya kita memvonis saudara sendiri sebagai ahli bidah, kafir, dsb, untuk itulah dalam berdakwah diperlukan etika, sopan santun, tahu situasi kondisi, bijak, dan cerdas. Yang semua itu terpenuhi ketika kita memiliki Ilmu dan Ikhlas yang disertai dengan iman dalam menyampaikan dan mempertahankan kebenaran. So, karena menyampaikan Kebenaran itu wajib, maka memperdalam ilmu dan memperbaiki keikhlasan itu juga wajib hukumnya….
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Q.S. Albaqarah: 147)
Di akhir tulisan ini penulis ingin mengatakan bahwa sesungguhnya dalam catatan ini masih sangat banyak unsur-unsur pembenaran, minimal dalam konteks pembenaran atas pendapat pribadi penulis tentang suatu Kebenaran… Sehingga sangat bijak ketika orang-orang yang di tag ataupun tidak dalam catatan in,i tidak hanya sekedar me-like, tapi juga bersedia memberi komentar, pendapat, saran, kritikan, atau apa saja agar tidak terkesan Anda juga melakukan suatu pembenaran atas pembenaran yang penulis lakukan (*paham kan maksudnya?) , marilah kita sama-sama saling menasihati dalam kebenaran dan pastinya dalam kesabaran jauh dari unsur emosional…
NB:
*Untuk kakak ZN, terima kasih telah memberikan inspirasi dan pemikiran pribadi selama ini serta  tentang bagaimana menyikapi kebenaran orang lain di atas kebenaran kita,, bimbinglah selalu adik tingkatmu ini dan dimohon jawabannya atas kegalauan hati tentang konsep “Eksklusif” dan “Inklusif” kemarin, Mari Bergerak.. suatu Frase yang membakar jiwa ini.;)
*Untuk sahabat ku R, terima kasih banyak telah banyak mengajarkan ku tentang makna persahabatan, aku terkesan dengan prinsip itu,“catatan ini ku peruntukkan agar kamu bisa memaknainya dengan diskusi hangat khas diriumu, hehehe”
*Untuk seseorang yang berinisial M, bersabarlah dan bangkitlah dari sikap otoriter ortu mu yang selalu melakukan pembenaran atas tindakan mereka yang menekan hidup dan masa depanmu, semoga tulisan ini mewakili permintaan mu padaku dulu, percayalah suatu saat nanti kamu atupun aku akan bebas menentukan masa depan…
*Dan untuk semua sahabat-sahabat seperjuanganku.., dakwah kita hampir berhasil mencapai kemenangan, tetap istiqomah pada perjuangan kita, janji Allah pasti terbukti..

Kamis, 29 Desember 2011

Kumpulan fatwa ulama maupun organisasi ulama tentang amaliyah Istiqhadiyah (bom syahid) dibumi Palestine terjajah

Di bawah ini adalah organisasi dan para ulama yang memfatwakan bahwa aksi bom syahid di Palestina adalah jihad :

1. Rabithah �Ulama Filisthin (Persatuan Ulama Palestina)

Persatuan Ulama Palestina atsabahumullah telah mengeluarkan sebuah fatwa yang berjudul �Aksi Bom Syahid Adalah Salah Satu Bentuk Jihad Terbesar di Jalan Allah.� Dalam fatwa tersebut dikatakan, �Wahai anak-anak bangsaku Palestina tercinta, wahai kaum muslimin di seluruh dunia� Orang-orang yang sangat mencintai agamanya, negerinya, rakyatnya, tanah airnya, Al-Quds nya, Al-Aqsha nya; bertanya-tanya tentang hukum syariat dalam masalah aksi-aksi bom syahid (al-�amaliyyat al-istisyhadiyyah) yang dilakukan oleh para mujahid dari anak-anak bangsa kita Palestina, terhadap Israel musuh kita si penjajah, dimana dalam aksi tersebut para mujahid membunuh tentara-tentara, perempuan-perempuan, orang-orang sipil, dan anak-anak Yahudi. Sebagaimana para pelaku aksi bom syahid tersebut juga terbunuh di dalamnya�

Jawaban kami adalah: Sesungguhnya aksi-aksi bom syahid ini merupakan jihad fi sabilillah. Sebab, dalam aksi tersebut terdapat perlawanan yang sangat sengit terhadap musuh kita Israel. Aksi tersebut bisa membunuh, melukai, dan menyusupkan rasa takut yang amat sangat serta gentar di dalam hati mereka. Mereka akan selalu gelisah dan was-was, negara mereka pun akan guncang, sehingga mereka akan berpikir untuk segera angkat kaki dari Palestina. Para pengungsi Yahudi ke bumi Palestina pun akan berkurang, dan mereka akan didera kerugian materi yang sangat besar. Kekuatan mereka juga akan melemah, dan spirit mereka pun hancur. Seiring dengan itu, aksi bom syahid ini akan membawa berbagai maslahat yang besar bagi bangsa dan umat kita. Spirit umat Islam pun akan bangkit, dan para pemuda muslim akan semakin berani berjihad dan siap mati syahid. Lebih dari itu, para pelaku aksi ini telah memberikan teladan yang sangat agung lagi menakjubkan dalam kepahlawanannya, dalam jihadnya, dan dalam mati syahidnya.

Sungguh, para ulama masa lalu dan masa kini telah memfatwakan disyariatkannya aksi bom syahid ini. Dalil-dalil syariatnya juga kokoh di dalam Kitab Allah (Al-Qur`an), Sunnah Nabi kita �Alaihi Ash-Shalatu wa As-Salam, dan kesepakatan para ulama. � Dan, kami katakan kepada para ulama yang memfatwakan selain ini; Tetaplah Anda di tempat Anda. Sesungguhnya kami ini hidup berdampingan dengan Baitul Maqdis dan lebih tahu dengan segala yang terjadi di dalamnya. Kami ini penduduk Palestina. Orang yang tinggal di Makkah lebih tahu tentang penduduk Makkah.�
(Fatwa tertanggal 11 Shafar 1422 H � 5 Mei 2001M. Lihat fatwa ini di Http://www.palestinianforum.net/forum/showthread.php?p=273 )

2. Prof. DR. Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi

Beliau hafizhahullah berkata, �Saya tegaskan di sini, bahwa aksi bom syahid adalah jenis jihad terbesar di jalan Allah. Aksi ini termasuk bentuk intimidasi yang dianjurkan, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Qur`an dalam firman Allah Ta�ala, �Dan siapkanlah kekuatan apa saja yang kamu sanggup untuk menghadapi mereka, dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu.� (Al-Anfal: 60)

Menyebut aksi bom syahid ini sebagai bunuh diri adalah kesalahan besar yang dapat menyesatkan pemahaman orang banyak. Ini adalah aksi patriotik untuk menggapai mati syahid, dan sama sekali bukan bunuh diri. Pelakunya pun tidak bisa dikatakan sebagai orang yang bunuh diri� Mereka adalah pahlawan syahid sejati yang dengan suka rela mengorbankan nyawanya dijalan Allah, dengan niat karena Allah, dan dengan terpaksa menempuh cara tersebut untuk menggentarkan musuh-musuh Allah� Mereka melakukan perlawanan terhadap orang-orang yang telah menjajah tanah Islam, mengusir penduduknya, merampas hak-haknya, dan memusnahkan masa depannya. Mereka akan terus melancarkan permusuhan terhadap orang-orang zhalim tersebut, karena agama mereka memang mengajarkan supaya mereka membela diri, dan tidak memperbolehkan mereka melepaskan sejengkal pun tanah Islam.�

(Fatawa Mu�ashirah/DR. Yusuf Al-Qaradhawi/jilid 3/hlm 503-505 (secara ringkas)/penerbit Dar Al-Qalam, Kairo/Cetakan pertama/2001 M � 1421 H. Pendapat Syaikh Al-Qaradhawi bisa dibilang sangat lengkap dalam masalah ini. Selain mengutip ayat-ayat Al-Qur`an dan Sunnah, serta atsar para sahabat, beliau juga merujuk pada pendapat-pendapat ulama besar masa lalu, seperti; Abu Bakar Al-Jashshash Al-Hanafi, Imam Al-Qurthubi Al-Maliki, Imam Fakhruddin Ar-Razi, Imam Ibnu Katsir, Imam Ath-Thabari, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Imam Asy-Syaukani, Syaikh Muhammad Rasyid Ridha, dan lain-lain.)

3. Al-Allamah Syaikh Hamud bin Al-Uqla` Asy-Syu�aibi

Dalam fatwa beliau hafizhahullah tertanggal 2/2/1422 H disebutkan, �Sesungguhnya aksi bom syahid ini adalah suatu perbuatan yang disyariatkan dan merupakan jihad fi sabilillah, apabila disertai niat yang ikhlas dari si pelaku. Aksi ini adalah salah satu sarana jihad yang paling ampuh dan merupakan salah satu sarana riil untuk melawan musuh-musuh agama ini, karena di dalamnya terdapat unsur perlawanan yang sangat tangguh dan dapat mengakibatkan musuh tewas atau terluka. Selain itu, aksi ini juga dapat menyusupkan rasa gentar, cemas, dan waswas di dalam hati musuh. Kemudian, aksi ini juga merupakan bukti keberanian kaum muslimin dalam melawan musuh, untuk meneguhkan hati para mujahid, menghancurkan perasaan musuh, dan memunculkan keresahan di tengah-tengah mereka. Dan, aksi bom syahid ini pun merupakan penghinaan terhadap musuh-musuh umat Islam, serta sangat berarti bagi kepentingan jihad.�
(Http://d1d.net/1/seid/sahwah/hmood/h30.htm (secara ringkas). Syaikh Hamud juga membawakan banyak dalil dari Al-Qur`an, Sunnah, ijma� para ulama, dan berbagai contoh kasus.)

4. DR. Syaikh Salman bin Fahd Al-Audah

Setelah memaparkan banyak sekali dalil dari Al-Qur`an, Sunnah, pendapat para ulama Ahlu Sunnah, dan berbagai contoh kasus, DR. Salman hafizhahullah berkata, �Jadi, dari semua yang telah kami sampaikan, sesungguhnya aksi bom syahid seperti ini adalah boleh, dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh para fuqaha. Dan, barangsiapa yang melakukan aksi ini sesuai dengan syarat-syaratnya, maka �dengan seizin Allah� dia adalah syahid apabila benar niatnya. Sebab, sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Si pelaku harus didoakan dan dimintakan rahmat kepada Allah. Biasa dari aksi ini pun boleh diambilkan Baitul Mal atau dari zakat, karena ini adalah fi sabilillah.�
(Http://www.islamway.com/ara/articles.php?article_id=84 )

5. Syaikh Sulaiman bin Nashir Al-Alwan

Syaikh Al-Alwan hafizhahullah berkata, �Orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang hina dina yang pada diri mereka terkumpul sifat-sifat rendah, aib, keburukan, keji, dan segala kejahatan. Mereka adalah musuh-musuh Allah, Nabi-Nya, Islam, dan kaum muslimin. Dan, sesungguhnya Allah telah mewajibkan kita untuk berjihad dan memerangi mereka supaya kalimat Allah (Laa ilaaha illaah) tetap yang tertinggi, dan kalimat orang-orang kafir adalah rendah. Ketika musuh-musuh Allah menghunuskan senjatanya di leher-leher umat Islam, menakut-nakuti anak kecil dan orang dewasa, merampas rumah dan isinya, serta menodai kehormatan; maka wajib atas setiap orang yang mampu dari kaum muslimin untuk memerangi mereka (Yahudi Israel), menumpahkan darah mereka, senantiasa berjihad melawan mereka, hingga tercapai kemenangan yang sempurna bagi bangsa Palestina dan seluruh negeri-negeri kaum muslimin. Selain itu, tidak boleh menyerahkan sejengkal tanah pun milik kaum muslimin kepada orang-orang Yahudi. Juga tidak boleh berdamai dengan mereka, sebab mereka adalah orang-orang yang sangat licik, penipu, dan sering melanggar perjanjian. Adapun dalil-dalil tentang bolehnya aksi bom syahid ini, maka jumlahnya sangat banyak, dan sebagiannya telah saya sebutkan di depan.� (Http://mojahedoon.org/news/showTopic.php?topicid=589. Fatwa beliau tertanggal 10/7/1421 H)

6. Syaikh Hamid bin Abdillah Al-Ali

Syaikh Hamid bin Abdillah Al-Ali hafizhahullah mengawali pendapatnya tentang aksi bom syahid ini dengan membahas perbedaan mendasar dari sisi syariat antara bunuh diri dan tindakan meledakkan diri sendiri di jalan Allah yang merupakan aksi bom syahid. Lalu, beliau berkata, �Dengan demikian, kita ketahui bahwa seorang mujahid boleh melakukan suatu tindakan yang menyebabkan kematian dirinya sendiri dengan menerjunkan dirinya di tengah-tengah barisan musuh, sekalipun tanpa harapan keselamatan. Hukum aksi bom syahid ini tidak ada bedanya dengan jika dia maju ke tengah-tengah barisan musuh untuk membunuh musuh sebanyak mungkin tanpa maksud membunuh dirinya. Akan tetapi, dalam hal ini, dia menjadikan dirinya sebagai sarana untuk membunuh musuh. Secara hukum syariat, dua bentuk ini tidak ada bedanya. Fatwa-fatwa ahlul ilmi yang telah kami sebutkan membolehkan seorang mujahid melakukan aksi ini demi kepentingan yang syar�i, seperti untuk menewaskan musuh, atau memberi semangat kepada kaum muslimin agar berani menghadapi musuh-musuhnya, atau untuk melemahkan spirit musuh dalam peperangan, atau untuk menghancurkan kejiwaan mereka (musuh). Dan, pada hari-hari ini aksi bom syahid ini merupakan suatu kekuatan yang sangat besar pengaruhnya dalam peperangan.�
(Dikutip secara ringkas dari Http://mojahedoon.org/news/showTopic.php?topicid=663 )

7. Para Ulama di Yordania

Dalam salah satu edisinya, dua buah surat kabar di Yordania yang bernama �As-Sabil� dan �As-Safir� pernah memuat fatwa dari sejumlah ulama di sana atsabahumullah tentang hukum syariat aksi bom syahid yang terjadi di Palestina. Disebutkan dalam fatwa tersebut, �Berkaitan dengan aksi-aksi bom syahid di Al-Quds dan Tel Aviv sebagaimana yang diberitakan oleh berbagai media massa, banyak saudara-saudara kami dari kaum muslimin yang menanyakan kepada kami tentang hukum syariat aksi bom syahid yang terjadi di bumi Palestina dan hukum membunuh orang-orang sipil dari kalangan Yahudi. Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kami nyatakan; Bahwa sesungguhnya aksi bom syahid ini adalah disyariatkan dan merupakan jihad, dimana pelakunya mendapatkan pahala sebagaimana pahala bagi para mujahidin. Orang yang mati syahid dalam aksi ini, maka dia mendapatkan kedudukan sebagaimana para syuhada di sisi Allah. Dan, aksi ini bukanlah perbuatan bunuh diri seperti yang dikatakan oleh sebagian orang-orang yang tidak mengetahui (fakta yang terjadi) pada hari-hari ini� Sesungguhnya mereka, para mujahidin yang mengorbankan dirinya dalam aksi ini, adalah orang-orang yang mencari syahadah (mati syahid), mengharapkan pahala sebagai syuhada di sisi Allah, dan mereka sama sekali bukalah orang yang berputus asa dari kasih sayang Allah. Mereka juga bukan orang-orang yang takut mati. Mereka adalah orang-orang yang sabar dalam menghadapi segala rintangan di jalan Allah dengan jiwa-jiwa yang dipenuhi keimanan, hati yang sarat dengan rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Syariat Islam mendukung aksi semacam bom syahid ini di bumi Palestina.�
(Dikutip dari Al-�Amaliyyat Al-Istiyhadiyyah fi Al-Mizan Al-Fiqhiy/DR. Nawaf Hail Takruri/hlm 98-99/penerbit Dar Al-Fikr, Beirut/Cetakan kedua edisi revisi/1997 M �1417 H.)

8. Front Ulama Al-Azhar Mesir

Para ulama Universitas Al-Azhar Az-Syarif, Mesir, yang tergabung dalam Front Ulama Al-Azhar, mengeluarkan fatwanya berkaitan kasus aksi bom syahid yang dilakukan oleh para mujahidin di Palestina. Fatwa ini juga pernah di muat oleh majalah �Filisthin Al-Muslimah� dalam satu edisinya. Di antara yang disebutkan dalam fatwa tersebut, yaitu, �� Bagaimana mungkin Allah akan menyamakan antara orang yang meninggal karena mempertahankan haknya dengan orang yang mati bunuh diri karena putus asa dari rahmat Allah; orang yang hilang harapannya dari Tuhannya karena membenci hidupnya? Sesungguhnya orang yang pertama adalah mati syahid, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam haditsnya. Sedangkan yang kedua, maka dia adalah orang yang mati bunuh diri� Satu hal yang patut dicatat di sini, bahwasanya tidak ada kehormatan bagi orang-orang Yahudi Israel yang telah merampas hak orang lain selama mereka masih tetap merampas hak milik orang lain, dan darah mereka pun tidak berhak dilindungi. Sesungguhnya orang-orang Yahudi Israel adalah adalah perampas Palestina. Mereka tidak bisa dibedakan antara yang orang sipil dan tentara. Sebab, mereka semua adalah orang-orang yang ikut perang. Satu bukti saja, bahwa Goldstain, orang yang membantai jama�ah yang sedang melaksanakan shalat di Masjid Al-Ibrahimi, yang dianggap sebagai pahlawan oleh mereka, dia tak lebih hanyalah seorang sipil yang mencerminkan keseluruhan orang-orang Yahudi. Sekalipun slogan perdamaian selalu mereka kumandangkan, mereka tetap saja menjajah bahkan menambah tanah jajahannya di bumi Palestina yang penuh berkah. Setiap bulan, tanah yang berhasil mereka rampok bisa mencapai seribu lima ratus hektar.�
(Ibid, hlm 100-101)

9. Syaikh Abdullah bin Humaid Rahimahullah

Di suatu sore hari, pada tahun 1400 H, pada saat Syaikh Abdullah bin Humaid rahimahullahu Ta�ala �mantan Hakim Agung di Makkah Al-Mukarramah� sedang memberikan ceramah di samping pintu masuk ke sumur Zamzam di dekat Ka�bah Al-Musyarrafah, ada seseorang yang bertanya tentang hukum aksi bom syahid. Orang tersebut berkata, �Wahai Syaikh yang mulia, apakah hukumnya dalam Islam jika ada seorang muslim yang mengenakan seperangkat peledak, kemudian dia menyusup ke dalam sekumpulan musuh kaum muslimin dan meledakkan dirinya dengan maksud untuk membunuh sebanyak mungkin dari musuh tersebut?�

Syaikh menjawab, �Alhamdulillah, sesungguhnya aksi individu seorang muslim yang membawa seperangkat bahan peledak, kemudian dia menyusup ke dalam barisan musuh dan meledakkan dirinya dengan maksud untuk membunuh musuh sebanyak mungkin dan dia sadar bahwa dia adalah orang yang pertama kali terbunuh; saya katakan; bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah termasuk bentuk jihad yang disyariatkan. Dan, insya Allah orang tersebut mati syahid.�
(Ibid, hlm 101-102)

10. Prof. DR. Al-Allamah Wahbah Az-Zuhaili

Menjawab pertanyaan tentang dasar syariat aksi bom syahid, Prof. DR. Al-Allamah Wahbah Az-Zuhaili hafizhahullah berkata, �Apabila telah jelas jika tindakan pengorbanan diri atau aksi bom syahid ini dilakukan dalam pertempuran melawan musuh seperti orang-orang Yahudi, kuat dugaan bahwa musuh akan membunuh atau menyiksa, dan dengan seizin pemerintahan yang sah, serta diyakini aksi ini dapat menggentarkan musuh, membuat musuh takut, atau merupakan perlawanan atas intimidasi yang dilakukan musuh; maka aksi bom syahid ini adalah boleh insya Allah. Sebab, aksi bom syahid telah menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting pada saat ini. Selain itu, aksi perlawanan frontal yang langsung berhadapan dengan musuh, tidak selalu bisa merealisasikan tujuan. Bahkan, sesungguhnya aksi-aksi kepahlawanan yang heroik dalam melawan agresi musuh semacam ini dapat mewujudkan perubahan-perubahan yang sangat krusial.�
((Ibid, hlm 102)

11. Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Jika diqiyaskan dengan di Saudi Arabia, kira-kira posisi Majelis Ulama Indonesia (MUI) di negeri kita Indonesia ini kurang lebih sama seperti Hay`ah Kibar Al-�Ulama yang saat ini diketuai oleh Syaikh Al-Allamah Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhahullah. Dan, sebagai seorang muslim warga negara Indonesia yang taat kepada waliyul amri, sudah seyogyanya jika kita mendengar dan mematuhi apa yang difatwakan oleh MUI ini.
Pada tanggal 16 Desember 2003, Tempo Interaktif menurunkan berita berjudul, �MUI Dukung Aksi Bom Syahid.� Di bawah ini, kami nukilkan secara utuh berita tersebut dengan sedikit penyesuaian redaksi:

TEMPO Interaktif, Jakarta: Ijtima� Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) se-Indonesia menyatakan mendukung aksi bom syahid atau amaliyah al istisyhad sebagai bagian dari jihad yang dilakukan di daerah perang (daar al harb) dan bukan di negara damai (daar al shulh) atau negara dakwah (daar al da'wah).

�Jadi seperti yang terjadi di Palestina kita dukung karena merupakan bentuk perlawanan di daerah yang dilanda perang. Tetapi bukan yang di Bali atau di Hotel Marriott karena Indonesia adalah negara dakwah,� kata Ketua Komisi Fatwa MUI KH. Ma�ruf Amin di Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (16/12) malam.

Ijtima� Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia dalam fatwanya juga menyatakan bahwa harus dibedakan penyebutan bom bunuh diri dengan al-�amaliyah al-istisyhadiyyah (aksi bom syahid).

Menurut MUI, orang yang melakukan bunuh diri itu membunuh dirinya untuk kepentingan pribadinya sendiri, sementara pelaku al-�amaliyah al-istisyhadiyyah mempersembahkan dirinya sebagai korban demi agama dan umatnya.

Orang yang bunuh diri juga bisa dikategorikan orang yang pesimis atas dirinya dan atas ketentuan Allah, sedangkan pelaku aksi bom syahid adalah manusia yang seluruh cita-citanya tertuju untuk mencari rahmat dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Selain itu, bom bunuh diri hukumnya haram karena merupakan bentuk tindakan keputusasaan (al-ya`su) dan mencelakakan diri sendiri (ihlak an-nafs) baik dilakukan di negara damai atau negara perang.

Sedangkan aksi bom syahid ini dibolehkan oleh syariat karena merupakan bagian dari jihad yang dilakukan di daerah perang atau dalam keadaan perang dengan tujuan untuk menimbulkan rasa takut dan kerugian yang lebih besar di pihak musuh.
(Http://www.Tempointeraktif.Com/Hg/Nasional/2003/12/16/Brk,20031216-46,Id.Html )

12. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)

Tidak ketinggalan, Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu organisasi keagamaan Islam terbesar di Tanah Air pun tergerak untuk membahas kasus ini. Pada tanggal 25-28 Juli 2002 M, ketika para ulama tersebut menyelenggarakan Konferensi Besar (Konbes) dan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama NU di Asrama Haji, Pondok Gede, Bekasi, mereka juga membahas masalah hukum syariat aksi bom syahid.

Dalam Munas tersebut �setelah melewati perdebatan yang alot�, akhirnya disepakati bahwa aksi bom syahid, terutama yang dilakukan oleh para pejuang Palestina dalam memerangi Yahudi Israel adalah halal hukumnya dan pelakunya mati syahid. Namun, disyaratkan bahwa si pelaku (mujahid) harus ikhlas niatnya demi melindungi dan memperjuangkan hak-hak dasar yang sah, bukan untuk maksud mencelakakan diri.

�Melakukan aksi meledakkan diri sendiri dalam peperangan (di tengah-tengah musuh), berbeda dengan bunuh diri. Kita juga memiliki pejuang yang pernah melakukan aksi bom syahid ini, yakni Mohammad Thoha yang meledakkan tempat penyimpanan amunisi Belanda di Bandung Selatan,� kata Juru bicara Komisi E Munas yang juga Ketua PWNU DI Yogyakarta KH. A. Malik Madani.

Disarikan Dari: http://www.facebook.com/notes/teguh-ezzedeen-al-qassam-ii/kumpulan-fatwa-ulama-maupun-organisasi-ulama-tentang-amaliyah-istiqhadiyah-bom-s/219275384771700?notif_t=note_reply

Jumat, 23 Desember 2011

RENUNGAN UNTUK INSAN MUDA GENERASI MUSLIM INDONESIA


Aslkm wr. wb,,,salam ukhuwah .... mungkin tulisan ini ckp singkap n padat... Namun, penulis cm ingin berbagi sedikit pengalaman kepada ikhwan-akhwat generasi muslim Indonesia sekalian...
Waktu SMP (kira-kira 3 tahun yg lewat) saya pernah membaca sebuah anekdot yang klo ga salah ditulis oleh mantan presiden kita Bpk.Prof. BJ. Habibie... beliau bercerita seperti ini....Suatu hari ketika beliau di Jerman saat masih kuliah, beliau melihat ada sekelompok mahasiswa dari berbagai bangsa dan latar belakang sedang berdiskusi santai... Salah satu mahasiswa tampak berbicara lantang dihadapan kawan-kwannya,,, dia berkata, "Saya punya tebak-tebakan, Orang dari Bangsa apa yang Perawakannya tinggi berkulit putih, selalu tampak rapi (kantoran), berdisiplin n menghargai waktu dan management?" serempak kawan-kawannya menjawab, "bangsa Eropa, 
Dia membalas, "kalian benar", kemudian dia melnjutkan, "Orang dari Bangsa apa yang perawakan dan sifatnya sama seperti diatas, namun bicaranya sombong dan senang meremehkan dan mengambil hak orang lain yang dianggapnya hina?, serempak kawan-kawannya menjawab, "bangsa Amerika,", 
Dia menimpali, "orang dari bangsa apa yang tekenal dengan kejeniusannya (IQ diatas rata-rata), ahli dalam berbagai bidang, menguasai bidang penting di dunia namun senang membangkang dan merubah aturan, serta paling pelit dan tidak mau rugi, serta paling curang dalam berdagang?",serempak kawan-kawannya menjawab, "bangsa Yahudi",
Dia melanjutkan, "Orang dari Bangsa apa yang berperawakan besar, berkulit hitam, namun seorang pekerja keras dan memegang ikatan kesukuan yg kuat?" ,

serempak kawan-kawannya menjawab, "bangsa Afrika",

Dia melanjutkan, "Orang dari Bangsa apa yang berperawakan besar-besar, bersikap seperti seorang raja yang kaya raya dan memiliki banyak ikatan keluarga yang kuat?" , serempak kawan-kawannya menjawab, "bangsa Arab,",
Dia melanjutkan, "Orang dari Bangsa apa yang berperawakan tinggi berkulit kuning, bermata sipit, ahli berdagang, berjiwa enterprenuer, sangat perhitungan, dan menghargai budaya leluhur mereka?" serempak kawan-kawannya menjawab, "bangsa Cina,"   
Dia melanjutkan, "Orang dari Bangsa apa yang berperawakan sama dengan yang tadi, tapi sangat disiplin, menghargai waktu dan budaya, pekerja keras, serta sangat ramah dan sangat menghormati orang lain?" serempak kawan-kawannya menjawab, "bangsa Jepang,"  
Dia melanjutkan, "Orang dari Bangsa apa yang berperawakan sama dengan yang tadi bedanya hanya kurang ramah?" serempak kawan-kawannya menjawab, "bangsa Korea", 
Dia menimpali , " tebak-tebakan kalian semua benar....."
Seketika itu dia melihat kepada bapak Habibie yang dari tadi senyum-senyum mendengarkan diskusi tersebut,, dia kemudian bertanya dengan teman-temannya sambil menunjuk ke arah Pak Habibie, "bagaimana menurut Anda semua tentang bangsa orang itu (Indonesia)?" , sesaat suasana hening,... tapi kemudian yang lain menjawab, "Orang-orang Bangsa itu (Indonesia) terkenal dengan keramah-tamahan mereka dengan tamu, memiliki otak yang cerdas, serta rasa kekeluargan/empati yg tinggi, namun itu mereka bisa tampak di depa saja baik sekali, ketika dibelakang senang menjelek-jelekkan orang lain, membuka aib, dan menggosip kejelekan rang lain (MUNAFIK), mereka juga senang mengambil jalan pintas dan malas dalam bekerja, senang memakai hak orang lain karena jabatan mis. mobil dinas, senang menghambur-hamburkan uang di pasar (KOnsumtif), dan senang meniru dan memalsukan hasil karya orang lain."  ... Seketika itu pak Habibie marah bercampur malu dan langsung meninggalkan tempat itu.

Saudara/i ku , mkn anekdot ini cukup singkat, tapi sudah selayaknya kita merenung tentang bagaimana orang" dari bangsa lain menilai kia diluar sana,,,, saya yakin saudara/i sekalian pasti protes dan marah besar jika disebut spt itu,,, tapi mau tidak mau inilah kenyataan bangsa kita,, setiap hari kita mneyaksikan dan merasakan sendiri, bagaimna gosip dan kemunafikan meraja lela, DI DEPAN BeRsikap BAIK DAN BERWAJAH MANIS, TAPI DIBELAKANG MENUSUK,,,, bgmna masyarakat kita yg bgt sng berbelanja (aplg di bulan Ramadhan), bgmn KKN tumbuh subur di negeri ini, bgmn brang" palsu lebih laku daripada brg asli, krn murah contohnya kaset DVDdsb... 
Sekarang tugas saudara/i Ikhwan wal ikhwat sekalian yang merubah paradigma negatif bangsa kita tersebut... ingat 3 M versi ustadz AA Gym, Mulai dari diri sendiri, Mulai dari Hal-hal Kecil, dan Mulai Dari sekarang!!! n ingat pesan Allah swt dlm Q.S. Al Ra'du ayat 11, "Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sampai kaum itu merubah sendiri keadaan yangada dlm dri mereka."
oke bro n sis??!!! see You next time