Banjarbaru, 24 Ramadhan 1433 H
“
lainsyakartum la azidannakum, wa lainkafartum inna ‘adzabi lasyadiid, Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih."(Q.S. Ibrahim: 7)
Penulis ingat sebuah anekdot yang
diceritakan oleh Ustadz/murobbi penulis ketika ada Tabligh Akbar Nuzulul
Quran tempo hari, yang mungkin bisa menjadi renungan kita semua:
“Zaman
dahulu ada dua sahabat akrab, bernama Ahmad yang berpostur tubuh agak
kurus, serius, dan sangat sabar dan Imron yang berpostur tubuh gemuk,
santai, dan agak polos. Saking karibnya dua sahabat ini mereka seperti
saudara kandung, mereka sudah mengetahui kekurangan, kelebihan, dan
kebiasaan masing-masing. Suatu hari Ahmad pergi ke negeri seberang untuk
berdagang, di negeri seberang dia menemukan makanan kesukaan Imron
(*sejenis empek-empek Palembang, maklum si Imron berasal dari negeri
itu), yang namanya sahabat akrab Ahmad membeli makanan itu sebagai
oleh-oleh buat Imron walaupun agak mahal harganya. Sekembalinya ke
kampung halaman, Ahmad langsung menemui Imron di kediamannya, setelah
bersalaman dan berpelukan layaknya saudara kandung, Ahmad langsung
menyerahkan makanan tadi, dengan wajah tenang, tersenyum, dan berterima
kasih, Imron menerima makanan itu,,, Namun, alangkah terkejutnya si
Ahmad apa yang terjadi kemudian, bukannya makanan itu dimakan atau
minimal disimpan, eh Imron malah menyerahkan makanan itu pada si Pussy,
kucing kesayangannya…! Meskipun terkejut dan agak jengkel, Ahmad tetap
sabar dan berhusnudzun pada Imron, tanpa sedikitpun terlihat wajah
marah, bahkan tenang dan membalas senyum, Ahmad pamit (*dalam hati Ahmad
berjanji akan kembali membawakan oleh-oleh yang sama untuk Imron,
sahabat karibnya). Namun, malang bagi Ahmad kejadian serupa terus
berulang sampai berkali-kali dimana oleh-olehnya selalu diserahkan pada
Pussycat-nya Imron…! Namun, setiap kali kejadian berulang, setiap itu
pula Ahmad tetap tenang, menahan amarah, senyum sambil diam tanpa protes
sedikitpun.Sampai akhirnya kejadian itu terjadi hingga sepuluh kali,
dan kali ini Ahmad sudah tidak mampu menahan semua kesal di hatinya,
Ahmad pun bicara dengan tetap bersikap tenang, “Imron saudaraku, mengapa
kamu selalu memberikan makanan kesukaan mu oleh-oleh dariku kepada
Pussy?”, Tanya Ahmad. Dan yang paling mengejutkan adalah jawaban Imron
seraya tertawa lebar, “Maaf saudaraku, menurutku saat ini yang lebih
pantas mendapat makanan ringan seperti empek-empek itu adalah kucing
kesayanganku, Pussy. Bukan diriku ini yang sudah gemuk dan makmur.”
Dengan terkejut, heran, campur perasaan jengkel, kesal, marah Ahmad pun
segera bergegas pergi tanpa terlihat sedikitpun di wajahnya raut wajah
marah, Ahmad menimpali Imron dengan kata-kata perpisahan, “Sampai
berjumpa saudara ku, semoga di akhirat nanti akan ada balasan yang
setimpal untuk perlakuanmu pada ku, aku cuma menasihati bahwa apa yang
kamu lakukan itu salah dan tidak seharusnya terjadi pada sahabat mu
ini…” Imron pun tetap tersenyum seolah tanpa dosa melihat kepergian
sahabatnya, Ahmad.
Sobat, setelah membaca
anekdot diatas kita semua insyaAllah pasti sepakat bahwa begitu “kurang
ajar dan tidak tahu dirinya” si Imron terhadap Ahmad yang telah
mati-maitan dan jauh-jauh membelikan oleh-oleh kesukaan Imron, dan
sungguh sabar serta tabah si Ahmad diperlakukan sedemikan oleh Imron.
Namun, pernahkah kita sadar bahwa ternyata kisah diatas justru
seringkali kita temukan dalam diri dan kehidupan kita sendiri… Dan
parahnya, ini menyangkut hubungan kita dengan sang Pencipta alam
semesta, Allah swt. Imron itu adalah kita sendiri, Ahmad yang “sangat
sabar dan tenang” adalah Allah swt yang MahaPemurah lagi Penyayang, dan
oleh-oleh atau hadiah itu tidak lain adalah Alquran Al karim, firman
Allah swt!
Alquran, yang merupakan mukjizat
terbesar junjungan kita nabi Muhammad saw, tidak ada umat terdahulu di
muka bumi ini yang mendapat nikmat “hadiah” gratis berupa Alquran selain
umat Islam, sungguh mulia dan sangat beruntung umat Islam, betapa tidak
di dalam Alquran adalah pedoman/petunjuk bagi umat manusia, terutama
orang-orang beriman dan bertaqwa (“
Alquran ini adalah penerangan
bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang
bertakwa.”(Q.S. Ali Imran:138)). Di dalam Alquran termuat segala
macam segi masalah-masalah aspek kehidupan, tidak hanya menyangkut
Ibadah, tetapi juga hal-hal lainnya seperti, hukum, peradilan,
pendidikan, kesehatan, ilmu pengetahuan (fisika, biologi, kimia,
matematika, dll), politik, sejarah, kedokteran, sastra, akhlak, dan
segala macam hal lainnya yang sempurna dijelaskan dalam Alquran. Bahkan
Alquran mampu menyebutkan hal-hal yang terjadi di masa depan umat
manusia yang saat Alquran diturunkan (zaman Rasulullah saw) belum
diketahui, mis. Bukti bahwa umat manusia tercipta dari setetes air mani
yang hina (Q.S. AlMukminun: 14), kemudian bukti bahwa di dalam laut ada
gunung berapi, bukti bahwa bulan pernah terbelah, kemudian bukti bahwa
Matahari akan terbit dari sebelah barat, dsb yang tidak bisa disebutkan
satu persatu. Hal inilah yang membuat banyak ilmuwan Barat yang tidak
pernah mengenal Islam sama sekali, ketika mereka mepelajari Alquran,
mereka terkejut karena Alquran sesuai dengan hasil riset mereka, dan
akhirnya mereka mendapat hidayah untuk masuk Islam contohnya Neil
Amstrong, Musa Pitchok, dll (*terakhir seorang ilmuwan NASA asal
Ukraina Demitri B, masuk Islam setelah hasil risetnya yang menyatakan
matahari akan terbit di sebelah barat sesuai dengan pernyataan
Alquran).Alquran juga satu-satunya kitab yang terjaga keasliannya
sepanjang masa dan dihapal oleh jutaan manusia tanpa kurang satu ayat
pun (*tidak ada manusia yang mampu menghapal 1 surah dalam sebuah kitab,
kecuali hanya Alquran).”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran,
dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Q.S. AlHijr: 9).
Namun, sangat ironis… kita sebagai umat yang paling beruntung diberi
hadiah oleh Allah swt berupa Alquran, malah tidak bersyukur dan sangat
sering menyia-nyiakan Alquran. Banyak dari kita hanya menjadikan Alquran
sebagai kitab hiasan di lemari dan ruang tamu, tanpa pernah kita buka
dan kita baca lembaran demi lembarannya (*bahkan penulis yakin banyak
diantara kaum muslimin, terutama generasi muda termasuk kita mahasiswa
yang tidak lancar/bajuju ujar urang Banjar, kalau tidak bisa disebut
tidak bisa membaca Alquran), padahal dalam Hadist shahih Rasulullah saw
bersabda bahwa pahala membaca Alquran itu dihitung
perhuruf sepuluh
kali lipat dan bagi yang tidak lancer ada dua pahala! Ironis, Alquran
hanya menjadi semacam “mantra atau jampi-jampi” bagi orang yang sedang
kesurupan, padahal Alquran lebih pantas digunakan oleh orang yang sadar
dan berakal (“Al Qur'an ini adalah penjelasan yang sempurna bagi
manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya
mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar
orang-orang yang
berakal mengambil pelajaran.”(Q.S.
Ibrahim: 52)), Alquran hanya menjadi obat bagi orang yang sakit, padahal
Alquran lebih pantas untuk orange yang sehat wal afiat, Alquran hanya
menjadi “hadiah” untuk mayyit ketika mengadakan acara haulan (*terlepas
dari perbedaan pendapat yang membolehkan atau tidak), padahal Alquran
lebih pas dijadikan pedoman bagi orang/makhluk yang hidup, Alquran hanya
dipakai ketika kita ingin mendapat nilai ujian yang tinggi, jodoh yang
baik, rezeki atau jabatan yang melimpah, dengan dibaca dan ditiup ke air
putih lalu diminum (*seharusnya kita lebih juga berikhtiar, bukan
semata-mata berharap pada air putih) padahal Allah swt memerintahkan
kita untuk membaca Alquran dan Mengingat Allah swt setiap waktu (“Ini
adalah satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan
hukum-hukum yang ada di dalam) nya, dan Kami turunkan di dalamnya
ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu
mengingatinya.”(Q.S.
AnNuur:1). Allah swt juga memerintahkan untuk tidak hanya membaca
Alquran saja, namun memahami, men-tadabburi, dan mengamalkan seluruh isi
Alquran sehingga kita menjadi sadar bahwa hidup kita ini hanyalah untuk
Allah semata, takut pada azab Allah swt yang dahsyat, (simak Q.S.Ali
Imran:191 berikut, “yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.”)
Tidak hanya
itu Allah swt juga mewajibkan kita untuk melaksanakan segala perintah,
hukum, syariat yang terkandung dalam Alquran secara keseluruhan tidak
mengambil sebagian dan mecampakkan sebagian sesuai kehendak nafsu kita.
Allah swt menegaskan,
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas
suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah
syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui.” (Q.S. AlJatsiyah: 18) “Barangsiapa yang
tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang fasik.” (QS al Maaidah: 47). Namun, bagaimana sikap dan tingkah kita sekarang? Ketika Allah swt mengharamkan
riba (Q.S. Albaqarah: 275), kita
malah menyuburkan riba, senang memakan bunga yang haram di Bank dan
kredit finansial, berdagang tidak jujur (*bensin dicampur air, beras
memakai pemutih, dsb), ketika Allah swt haramkan
zina (Q.S. Al Isra: 32),
kita malah menyuburkan praktik perzinahan baik lewat tempat-tempat
prostitusi, diskotik, warung remang, bar, dll yang dilegalisasi
pemerintah, ataupun dengan perilaku mendekati zina, seperti pacaran,
kumpul kebo, berkhalwat, dsb. (*Indonesia peringkat 2 di dunia setelah
Rusia dalam hal pornografi dan peringkat 10 besar untuk penyakit HIV),
ketika Allah swt perintahkan muslimah
menutup aurat dan berjilbab (Q.S. AnNuur: 31),
kita malah tidak memakai jilbab, mengumbar aurat bahkan setengah
telanjang, dengan pakaian/celana, ketat, pendek, transparan, seksi,
menampilkan paha, dada, tubuh bagian dalam, serta lekukan tubuh yang
semuanya merangsang nafsu birahi lawan jenis. ketika Allah swt
mengharamkan
judi, meminum khamar, dan meramal (Q.S. Al Maidah: 90),
kita malah sering menyuburkan judi mis. lewat taruhan bola, undian
berhadiah milyaran, kita malah melegalkan pabrik-pabrik minuman keras
(*lihat saja botol-botol bensin eceran ukuran 1 liter di sekitar kita
adalah botol minuman keras!), Narkoba merajalela (*Indonesia peringkat 5
besar dunia), kita malah seirng percaya pada ramalan zodiac, fengshui,
dll (*dalam hadist disebutkan bahwa barangsiapa yang mendatangi dukun
dan tukang ramal, maka shalatnya tidak diterima 40 hari, 1 kali
meninggalkan shalat maka 500ribu tahun kita disiksa di neraka, 500rbu x
40 = 20.000.000 tahun kita disiksa! Naudzubillahi min dzalik), ketika
Allah swt memerintahkan kita untuk
bersatu dalam tali agama Allah swt (Q.S. Ali Imran: 103), kita
malah terpecah belah dan saling bermusuh-musuhan, berperang, dan
membunuh sesama muslim, kita terpecah dalam golongan-golongan,
madzhab-madzhab, organisasi-organisasi, aliran-aliran akibat
fanatisme/ta’assub buta (*padahal berbeda itu wajar dan rahmat, asalkan
hanya pada masalah yang sifatnya furu’iyah bukan masalah akidah), dalam
konteks kenegaraan umat islam terpecah dalam 50 negara terpisah dengan
semangat nasionalisme buta tanpa memperdulikan kesatuan ukhuwah
islamiyah, sehingga mudah diadu domba kaum kafir (*mis. Indonesia
bertikai dengan Malaysia, Iran vs Irak, Afghanistan vs Pakistan, Maroko
vs Sahara, dsb) padahal dulu ketika ada daulah
khilafah islamiyah (622-1924 M) umat Islam dari maroko sampai merauke bersatu dalam 1 pemerintahan yang dipimpin seorang
Khalifah/amirul mukminin, sebelum munafik
Mustafa
Kemal Attaturk dari Turki meruntuhkan dan menangkap khalifah terakhir
dari daulah Turki Utsmaniyah pada 3 Maret 1924 M (*InsyaAllah Khilafah
akan tegak kembali seperti bunyi hadist Nabi saw dalam riwayat Ahmad).
Mungkin inilah mengapa sekarang kita sebagai umat Islam sering
mengalami musibah, bencana, penderitaan, baik yang datangnya dari “kaum
kafir/iblis manusia” dimana Kaum muslim di berbagai belahan dunia banyak
dibunuh, diperkosa, dibantai, dibakar seperti di Palestina, Bosnia,
Rohingya, Thailand, Cina, Filipina, Sudan, Afghanistan, Ambon, Poso,
dll. ataupun yang datangnya dari alam seperti banjir, tsunami, tanah
longsor, kekeringan, gempa bumi, dan gunung berapi, kelaparan, wabah
penyakit yang menerpa kaum muslimin. Bahkan kita sama-sama sadar bahwa
di dunia ini kaum muslimin adalah umat yang terbelakang, bodoh, miskin,
dan tertinggal jauh daripada kaum lainnya seperti Kristen di Eropa dan
Amerika, Buddha di Cina dan Jepang, dan Hindu di India. Semua terjadi
karena kita meninggalkan Alquran, kita tidak mensyukuri nikmat Allah swt
berupa Alquran.Padahal jelas Allah menegaskan dalam Q.S. AnNahl: 112,
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang
dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah
dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat
Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian,
kelaparan
dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” Rasulullah
saw pun bersabda dalam muttafaq ‘alaih, “Aku tinggalkan dua pusaka,
yaitu
Alquran dan AsSunnah yang jika kamu berpegang teguh padanya, maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya.”
My brother n sister dulu ketika Islam Berjaya, dimana Alquran dan As
Sunnah diterapkan dalam segala lini kehidupan, yaitu ketika masih ada
daulah Islamiyah (622-1924 M), kaum muslimin betul-betul berada dalam
kesejahteraan, keamanan, keadilan, dan ketentraman yang tiada taranya
dalam sejarah umat manusia, di bidang pendidikan umat islam mampu
melahirkan banyak ilmuwan (*terutama di zaman khalifah Harun Al Rasyid
dan Al makmun) di berbagai bidang seperti Ibnu Sina (bapak Kedokteran),
Jabir bin hayyan (Bapak Kimia, Al Farabi (penemu tangga nada), Al Kindi
(pencetus pertama teori relativitas, jadi bukan Einsten), Al Khawarizmi
(penemu angka nol, sistem Aljarbar, dan sistem sinus cosines dalam
matematika), Ibnu Khaldun (Bapak Sejarah dan sosiologi), Imam Syafii,
Imam Hanbali, Imam Malik, Imam Hanafi (*yang dikenal sebagai imam
madzhab yang 4), dan masih sangat banyak lagi, di samping berdiri
universitas terkenal seperti Al Azhar, Cordova, Baitul Hikmah di
Baghdad, dan banyak perpustakaan seerti di Cordova (Spanyol), Tripoli,
Baghdad, dsb yang menyimpan sampai dua juta koleksi buku (*bandingkan
perpustakaan di Paris dan Oxford di zaman yang sama hanya menyimpan dua
ribu koleksi buku). Di bidang kesehatan, umat islam dikenal sebagai umat
yang bersih (*umat islam lah yang mencetuskan mandi teratur di saat
kaum Kristen di Eropa takut mandi karena mitos alergi), kota-kotanya
(Bahgdad, Cordova, Kairo, Mekah, Medinah, dll) adalah kota dengan
sanitasi yang sangat baik, rumah sakit berdiri dimana-mana, dokter dan
perawat bertebaran yang kita kenal sebagai Tabib, bahkan umat Islam
terhindar dari bencana
the Black Death yang melanda Eropa pada
abad ke-14 dan menelan 80 juta korban jiwa! Karena umat Islam lebih
sehat dan bersih daripada Eropa pada saat itu. Di bidang Ekonomi, tidak
perlu diragukan lagi. Umat Islam sejahtera dan adil secara merata,
bahkan pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz ketika petugas baitul mal
ingin membagikan zakat, tidak ada satupun rakyat yang pantas menerima
zakat, sehingga zakat diberikan pada burung-burung, tingkat
inflasi/kenaikan harga 0%, bisnis dan keuangan stabil/tidak pernah
krisis ekonomi karena menggunakan mata uang Dinar/emas dan Dirham/perak,
dan bahkan kekayaan umat islam tidak terhitung jumlahnya terlihat
banyaknya mesjid dan bangunan yang terbuat dari emas dan perak. Di
bidangMiliter, pasukan Islam menjadi pasukan terkuat di dunia, baik di
darat ataupun di laut, kaum muslim menguasai 2/3 kawasan dunia lama di 3
benua, Asia, Afrika, dan Eropa terbentang dari Maroko sampai Merauke
dan meruntuhkan 2 Imperium yaitu Romawi dan Persia. Di bidang pertahanan
keamanan, kriminalitas dapat ditekan ke angka seminimal mungkin karena
hukum jinayah/pidana syariat Islam tegas dan sangat adil, memberikan
efek jera kepada pelaku kriminal. Di bidang politik, umat islam stabil
dan bersatu dibawah naungan 1 kepemimpinan
khilafah/amirul mukminin (*dijamin
tidak ada pertentangan atau intrik antar partai politik, hehehe), serta
setiap segi bidang kehidupan lainnya kaum muslimin unggul di muka bumi
ini saat itu. Tidak hanya kaum muslimin yang merasakan ketentraman,
tetapi juga non muslim bisa dengan bebas dan tenang hidup di wilayah
Islam, Tidak hanya manusia yang sejahtera, bahkan binatang dan tumbuhan
ikut sejahtera (*kuda-kuda diatur supaya tidak terbebani membawa muatan,
pohon-pohon dilarang ditebang sembarangan, singa pun menjadi tidak
nafsu untuk memakan domba dihadapannya karena sudah merasa kenyang dan
tenang hidupnya), dan ini semua bukti sejarah, bukan mimpi!
So, sobat marilah sekarang kita mulai kembali mensyukuri Alquran yang
masih ada di tengah kita, apalagi sehabis bulan Ramadhan (*bulan
diturunkannya Alquran, bulan tempat mendidik/men-tarbiyah kita menjadi
insan yang bertaqwa di 11 bulan berikutnya) kita mulai belajar membaca
Alquran (*bagi yang belum bisa, yang sudah bisa agar lebih dilancarkan
dengan penguasaa tadwijnya), memahami, mentadabburi, dan mengamalkan
seluruh isi Alquran. Agar kita tidak menjadi Imron seperti cerita
diatas, terlalu kurang ajar pada “kebaikan dan kasih sayang” Allah swt
pada kita, jangan sampai Allah swt menjadi murka pada kita dengan
menurunkan azabNya dan semuanya terlambat, boleh jadi Allah swt sekarang
masih memberi kita waktu untuk bertobat, tapi apakah kita bisa menjamin
hari besok atau bahkan 1 detik setelah ini kita masih hidup?
Mudah-mudahan kita semua, termasuk penulis dapat mensyukuri Alquran.
Let’s back to Alquran dan As Sunnah. ^^
Referensi:
Disarikan dari ceramah Ustadz Taufiq Ibnu Tamziz dalam Tabligh Akbar. Kamis, 16 Ramadhan 1433 H.
An Nabhani, Taqiyuddin.
Nizamul Islam. 1953. Beirut.
Hitty, Philip K.
History of Arabs. 2002. New York.
Siauw, Felix.
Beyond The Inspiration. 2010. Jakarta.
www.britannica.com
www.akhmadazharbasyir.blogspot.com