Jumat, 16 Februari 2018

SINOPSIS NOVEL KISAH NYATA MUALAF DAYAK, "KU JEMPUT ISLAM DENGAN CINTA-MU" By Lesa Mara Pepe

Ini adalah sedikit kisah saya yg saya rangkum dari novel kisah nyata istri saya, SINOPSIS NOVEL KISAH NYATA, “KU JEMPUT ISLAM DENGAN CINTA-MU” : Lesa Mara Pepe (20 tahun) adalah seorang muallaf dari Kristen Protestan Gereja Kalimantan Evangelis (GKE). Menjadi Muallaf tanggal 4 Mei 2014 di langgar Shilatul Arham yang dikelola oleh pak Hasanul Basri, ketua PCM Sungai Besar, melalui bimbingan ustadz Lugiarto dan disaksikan oleh jamaah.  Lesa adalah seorang gadis asli Dayak Maanyan dari Kalimantan tengah yang berasal dari keluarga Kristen yang taat dan aktifis di gereja, ayahnya seorang Penatua Diakonia Gereja (semacam Dewan Ta’mir) sekaligus kepala desadan ibunya seorang aktif di kegiatan wanita gereja. Lesa sendiri dari kecil hingga remaja selalu aktif di kegiatan-kegiatan Gereja baik formal maupun informal.  Awal mula Lesa tertarik pada Islam adalah karena kegemarannya membaca, dia terkejut saat mengetahui sejarah Yesus menjadi Tuhan adalah karena diangkat oleh manusia yang disebut “Bapa Gereja” dan Kaisar Romawi Konstantin I dalam Konsili Nicea tahun 325 M. Ternyata selama hidup, Yesus tidak pernah mengatakan dirinya Tuhan yang berhak disembah.  Ketertarikannya pada Islam semakin besar saat dia kuliah mengenal secara tidak sengaja seorang laki-laki muslim yang kebetulan juga aktifis dakwah, bernama Akhmad Azhar Basyir. Laki-laki itu sering memberinya buku-buku Islam, Kristologi, dan kemuslimahan. Dari situlah Lesa semakin kagum dengan Islam, dimana dia mengetahui ternnyata Islam pernah jaya dari segala bidang di zaman Khilafah Islamiyah, Islam memiliki system ekonomi, pendidikan, politik, militer, kesehatan yang luar biasa, dan Islam juga menjaga kemuliaan wanita lewat konsep Hijab yang Syar’i. Lesa pun mulai berani menggunakan Hijab walaupun saat itu dia masih Kristen! Sampai akhirnya, kelakuannya pun ketahuan oleh orang tuanya dan dia diseret pulang kerumah, dimarahi, dan diadakan semacam pertobatan oleh pendeta Gereja, Bahkan Lesa diajak berdebat dengan 3 orang pendeta Teologi. Tetapi karena keteguhan hatinya, akhirnya dia bisa melewati masa-masa sulit tersebut dan semakin mantap mengikrarkan dirinya menjadi muslimah. Atas bantuan Azhar, dia bersyahadat di bawah bimbingan Ustadz Lugiarto tanggal 4 Mei 2014 di langgar Shilatul Arham yang dikelola oleh pak Hasanul Basri, ketua PCM Sungai Besar disaksikan oleh jamaah.  Selang 1 minggu kemudian Azhar dan Lesa pun akhirnya menikah muda, walau saat itu usia mereka masih muda dan masih kuliah tingkat akhir. Mereka memutuskan menikah hanya selang waktu 2 jam! Karena ingin menyempurnakan agama dan tidak ingin berzina. Walaupun akhirnya mereka harus berhadapan dengan pengadilan agama karena usia Lesa dibawah batas minimal menikah yaitu 21 Tahun dan perlu Wali Hakim. Lesa dan Azhar lagi-lagi bisa melewati semuanya dengan indah, mereka bahkan lulus kuliah dengan peringkat terbaik dan cumlaude, bahkan Azhar lulus CPNS di Kota Banjarbaru di saat banyak orang sangat sulit menembus tes tersebut. Semua terjadi atas keyakinan mereka akan kehendak dan janji Allah pada hambanya yang beriman dan bertaqwa. Buku ini lumayan komplit, penuh konflik, dan mampu membuat pembaca dari kalangan muda maupun dewasa terbawa emosi yang dalam. Berisi tentang pengalaman dan ilmu penulis mengenai Kristologi, sejarah kejayaan Islam, hakikat hidup di dunia, tips berhijab syar’i hingga romantika penulis menikah di usia muda. Kisah-kisah yang dipaparkan dalam buku ini bisa mengajak kita untuk memandang suatu masalah dari sudut yang berbeda dan penuh makna. Isinya tidak menggurui dan tidak formal, ngepop tapi agamis, penuh hikmah. Mampu meracik cerita dari kisah nyata penulis menjadi sumber inspirasi bagi siapa saja yang sedang mencari kebenaran. 

Ibu Helvy Tiana Rosa (novelis dan sastrawan terkenal) bersama Buku KIDC 
*Pemesanan Novel dan konsultasi terkait mualaf / lintas agama bisa HP/WA saya : 081256632191 (Azhar, Ketua Mualaf Center Regional Kalsel)

Jumat, 28 September 2012

AWAS, ADA SEPILIS!??!! (VIRUS MEMATIKAN BARU MENULAR DAN MENGANCAM UMAT ISLAM)


What SEPILIS??? Apaan toh, sejenis bakteri? Penyakit? Atau mutan? Atau Shyphilis yang penyakit kelamin akibat gonta-ganti pasangan itu?? Eit’s tuh kan pada ngawur semua nebaknya….=_=” Friend, meski namanya mirip dengan Shyphilis “si-penyakit seksual, kelamin” yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum dan populer di kalangan kita, kalangan kesehatan. Namun, bentuknya jauh beda dan bahkan akibat penyakit ini melebihi penyakit kelamin “shypilis”, boleh jadi “shypilis” justru diakibatkan terlebih dahulu oleh “SEPILIS” ini. Nah, makanya yuk kita tabayyun/klarifikasi, what the sepilis is…
                SEPILIS adalah singkatan dari Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme. Ya, ketiganya adalah sebuah paham atau ideologi yang disebarkan oleh para musuh Allah dari kalangan Yahudi/zionis dan Barat untuk merusak ideologi Islam kaum muslimin di seluruh dunia. Sekedar info sobat, bahwa paham Sepilis ini sudah dinyatakan Haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak 28 Juli 2005 artinya apabila kita generasi kaum muslimin memiliki ketiga paham tersebut, maka kita akan berdosa dan ganjarannya adalah azab serta siksa Allah dunia-akhirat, Na’udzubillah…
                Sobat pasti semua pada penasaran kenapa paham SEPILIS ini dinyatakan haram oleh para ulama,.??!!! nih saya akan sedikit mengulas ketiga paham tersebut secara singkat wal padat beserta gejala, tanda, dan manifestasi klinis orang yang terkena penyakit menular ini, semoga dapat dipahami:

1.Sekularisme
                Inti dari paham ini adalah “pemisahan urusan agama dengan urusan dunia dalam kehidupan”, jadi sobat, Agama tidak boleh mencampuri urusan yang menyangkut muamalah duniawi, seperti Ekonomi, Perdagangan, Pendidikan, Kesehatan, Politik, IPTEK, dsb. Agama hanya dibatasi untuk ibadah yang sifatnya ritual, seperti shalat, puasa, zakat, dzikir, haji, membaca Alquran, haulan, dsb. Agama hanya boleh ada di mesjid, musholla, majlis taklim, dan pesantren. Agama tidak boleh disangkut-pautkan dengan urusan kantor, kampus, sekolah, Rumah sakit, Laboraturium, Markas Militer, dsb. Karena agama dianggap tidak relevan/tepat jika mengurus aspek kehidupan secara luas, agama tidak punya solusi untuk bidang kehidupan modern, dan agama adalah urusan pribadi masing-masing (*kembalikan pada individual, begitu kata orang yang berpaham sekular)
 Hasilnya banyak dari kita (*termasuk juga mungkin penulis) yang jauh, tidak peduli, dan tidak paham tentang agamanya sendiri, banyak yang secara akademik dan intelektual luar biasa terpelajar dan titelnya bahkan sudah Professor, ahli di bidangnya, pandai berdebat, dan menganalisa kasus. Namun, ketika ditanya tentang fikih shalat saja, hanya “cengengesan, senyum masam” tidak bisa menjawab. Hal ini sesuai dengan sindiran Allah swt dalam Q.S. ArRuum: 7, “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”
Nilai moral dan akhlak masyarakat menjadi hancur karena peran agama dibatasi dan hukum yang berlaku di masyarakat adalah hukum yang dibuat berdasarkan semata asas manfaat yang memperturutkan hawa nafsu, bukan berdasarkan ajaran-ajaran agama. Padahal, kalau mau jujur. Agama kita, Islam sudah mencakup semua aspek kehidupan mulai dari aspek individual seperti (*cara makan, minum, berobat, tidur, dsb) ibadah kita pada Allah swt seperti (*shalat, doa, dzikir, qiraat quran), aspek hub. Sosial kita, seperti zakat, akhlak, hidup bertetangga, bermasyarakat. Sampai aspek yang sifatnya makro/luas seperti ekonomi, pendidikan, militer, politik, kesehatan, pemerintahan, dsb. Allah swt sendiri me-wajibkan kita untuk melaksanakan ajaran Islam secara kaaffah/seluruh aspek kehidupan agar tidak seperti iblis/syeitan yang sekehendak/sesuai hawa nafsu dalam melaksanakan ajaran Allah swt. Q.S. AlBaqarah: 208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

2. Pluralisme
                Kita sering salah mengartikan Pluralisme dan pluralitas, sehingga kita menganggap pluralism itu boleh bahkan mutlak adanya. Pluralisme berbeda jauh dengan Pluralitas, pluralitas artinya keberagaman/ke-bhinneka tunggal Ika-an, dan memang kita dalam hidup ini tidak bisa lepas dari perbedaan dan keberagaman. Allah swt berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.” (Q.S. AlHujurat: 13), sedangakan Pluralisme disini adalah “menganggap semua agama benar, semua penganut agama akan masuk surga karena semua agama mengajarkan kebaikan dan kasih sayang sesama.” Padahal, pendapat/paham ini jelas keliru dan bathil karena inti ajaran agama itu benar/salah bukan pada ajaran akhlaknya, tetapi ada pada ajaran aqidahnya/ajaran tentang konsep ketuhanan, kita sebagai umat Islam wajib yakin dan beriman bahwa hanya agama Islamlah satu-satunya benar, Allah swt menegaskan “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S. Ali Imran: 85). Salah satu bukti Islam itu agama yang benar adalah terletak pada kitab suci Alquran, yang tidak pernah mengalami perubahan dan mampu dihapal oleh jutaan manusia sepanjang masa, berbeda dengan kitab suci agama lain yang pasti pernah mengalami perubahan oleh tangan-tangan manusia.
                Paham ini sangat berbahaya bagi akidah dan keimanan kita sebagai generasi muda, bisa-bisa kita murtad secara tidak sadar karena kita dengan gampangnya mencampur adukkan ajaran agama Islam dengan agama lain, dengan mudahnya kita nikah beda agama (*padahal jelas diharamkan), ikut ibadah agama lain, termasuk mengucapkan selamat hari raya agama lain, Natal, Imlek, Nyepi, dsb., dan ikut makan-minum yang belum jelas kehalalannya (*hukumnya juga haram, kita cukup toleransi dengan tidak mengganggu umat lain ber-hari raya, Lakum dinukum waliyadiin).

3 Liberalisme
                Liberalisme, secara harfiah artinya paham kebebasan, dalam hal ini bebas dalam segala aspek kehidupan tanpa terkekang aturan manapun. dimana orang yang mencetuskannya adalah JJ. Rousseau, tokoh humanis asal Perancis, dia mencetuskan konsep Life, Love, dan Liberty (Hidup, Cinta, dan Kebebasan) di dunia Barat. Pada dasarnya orang yang “terjangkit” virus/penyakit Liberalisme ini mereka menganggap hidup mereka itu adalah urusan pribadi/individual mereka selama mereka tidak mengganggu orang lain, tidak boleh ada aturan yang mengekang mereka, termasuk agama! Jadi, Liberalisme ini sebenerya adalah turunan dari virus Sekularisme yang mengalami mutasi ke arah kanker stadium 4!!! Virus Liberalisme ini bahkan sudah sangat parah menjangkiti generasi Islam, tidak tanggung-tanggung para cendekiawan/kaum intelektual yang dijangkiti. Jangan heran sobat ketika kita mendengar organisasi yang bernama Jaringan Islam Liberal (JIL) (*konon katanya didanai milyaran dollar oleh organisasi Barat dan Zionis yang ingin menghancurkan Islam dari dalam, pengurusnya pun terdiri dari professor ahli Islam yang di sekolahkan di Amerika Serikat), Kaum JIL ini mereka gencar mengkampanyekan paham Liberal lewat isu-isu kesetaraan gender (*peran wanita sebagai ibu dihapuskan lewat kampanye “wanita karir”), membolehkan nikah sesama jenis/gay-lesbian, bolehnya pergaulan bebas/seks bebas asal pakai “kondom”, menentang Poligami dan mendukung mati-matian Poliandri (*wanita punya banyak suami), penghapusan pembagian warisan sesuai ajaran Islam, menentang jilbab dan mendukung pakaian bebas, minim, seksi, membela ajaran sesat seperti Ahmadiyah, Lia Eden, LDII, dan masih banyak lagi.
 Menurut mereka, mereka memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM), justru ajaran Islam melanggar HAM, UUD 1945, dan kebebasan individual, Islam itu ketinggalan zaman dan hanyalah produk budaya Arab. Virus Liberalisme ini sangat merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, bayangkan di Inggris 40% anak disana adalah hasil hubungan “diluar nikah”, di AS setiap 5 menit terjadi perkosaan, juga Di Eropa Utara, Jepang, Korea, dan AS orang-orang bebas berhubungan seksual layaknya suami istri di tempat umum, seperti di bangku taman, di depan rumah/apartemen, di halte, bahkan di bangku kuliah saat dosen di depan menjelaskan! Hanya dengan alasan HAM. Di Indonesia sendiri menurut KOMNAS Anak, 93% remaja di Indonesia, khususnya kota besar pernah melakukan seks “ringan”, 62% tidak perawan lagi, dan angka aborsi mencapai 6 juta jabang bayi di tahun 2010 (*melebihi korban perang dunia 1 dan 2)! Mereka lupa akan peringatan Allah swt, “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (Q.S. AlHijr: 3).
                Nah, sobat pasti ngeri kan mendengar virus SEPILIS ini? Virus ini sengaja dikembangkan di dunia Barat, disaat mereka memisahkan agama dari kehidupan dunia, karena agama itu Cuma hak individu, ketinggalan zaman, dan tidak sesuai dengan dunia modern. dan virus ini mungkin sudah menyebar di antara kita, kamu semua, dan bahkan penulis sendiri terjangkiti sebagai umat Islam. So, setelah kita sama-sama mengkaji dan mendiagnostik penyakit ini, mari sama-sama kita cari terapi pengobatannya.Ternyata tidak ada terapi dan pegobatan paling ampuh, kecuali kita kembali pada ajaran Islam, menerapkan syariat Allah swt secara kaaffah/keseluruhan yang tercantum dalam ALQURAN (*obat segala penyakit manusia, baik lahir maupun batin). “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu (Alquran) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus: 57). Wallahu’alam bis showab

Rabu, 15 Agustus 2012

MENSYUKURI ALQURAN (HADIAH TERBESAR ALLAH SWT PADA KAUM MUSLIMIN)





Banjarbaru, 24  Ramadhan 1433 H

 “lainsyakartum la azidannakum, wa lainkafartum inna ‘adzabi lasyadiid, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."(Q.S. Ibrahim: 7)
Penulis ingat sebuah anekdot yang diceritakan oleh Ustadz/murobbi penulis ketika ada Tabligh Akbar Nuzulul Quran tempo hari, yang mungkin bisa menjadi renungan kita semua:
“Zaman dahulu ada dua sahabat akrab, bernama Ahmad yang berpostur tubuh agak kurus, serius, dan sangat sabar dan Imron yang berpostur tubuh gemuk, santai, dan agak polos. Saking karibnya dua sahabat ini mereka seperti saudara kandung, mereka sudah mengetahui kekurangan, kelebihan, dan kebiasaan masing-masing. Suatu hari Ahmad pergi ke negeri seberang untuk berdagang, di negeri seberang dia menemukan makanan kesukaan Imron (*sejenis empek-empek Palembang, maklum si Imron berasal dari negeri itu), yang namanya sahabat akrab Ahmad membeli makanan itu sebagai oleh-oleh buat Imron walaupun agak mahal harganya. Sekembalinya ke kampung halaman, Ahmad langsung menemui Imron di kediamannya, setelah bersalaman dan berpelukan layaknya saudara kandung, Ahmad langsung menyerahkan makanan tadi, dengan wajah tenang, tersenyum, dan berterima kasih, Imron menerima makanan itu,,, Namun, alangkah terkejutnya si Ahmad apa yang terjadi kemudian, bukannya makanan itu dimakan atau minimal disimpan, eh Imron malah menyerahkan makanan itu pada si Pussy, kucing kesayangannya…! Meskipun terkejut dan agak jengkel, Ahmad tetap sabar dan berhusnudzun pada Imron, tanpa sedikitpun terlihat wajah marah, bahkan tenang dan membalas senyum, Ahmad pamit (*dalam hati Ahmad berjanji akan kembali membawakan oleh-oleh yang sama untuk Imron, sahabat karibnya). Namun, malang bagi Ahmad kejadian serupa terus berulang sampai berkali-kali dimana oleh-olehnya selalu diserahkan pada Pussycat-nya Imron…! Namun, setiap kali kejadian berulang, setiap itu pula Ahmad tetap tenang, menahan amarah, senyum sambil diam tanpa protes sedikitpun.Sampai akhirnya kejadian itu terjadi hingga sepuluh kali, dan kali ini Ahmad sudah tidak mampu menahan semua kesal di hatinya, Ahmad pun bicara dengan tetap bersikap tenang, “Imron saudaraku, mengapa kamu selalu memberikan makanan kesukaan mu oleh-oleh dariku kepada Pussy?”, Tanya Ahmad. Dan yang paling mengejutkan adalah jawaban Imron seraya tertawa lebar, “Maaf saudaraku, menurutku saat ini yang lebih pantas mendapat makanan ringan seperti empek-empek itu adalah kucing kesayanganku, Pussy. Bukan diriku ini yang sudah gemuk dan makmur.” Dengan terkejut, heran, campur perasaan jengkel, kesal, marah Ahmad pun segera bergegas pergi tanpa terlihat sedikitpun di wajahnya raut wajah marah, Ahmad menimpali Imron dengan kata-kata perpisahan, “Sampai berjumpa saudara ku, semoga di akhirat nanti akan ada balasan yang setimpal untuk perlakuanmu pada ku, aku cuma menasihati bahwa apa yang kamu lakukan itu salah dan tidak seharusnya terjadi pada sahabat mu ini…” Imron pun tetap tersenyum seolah tanpa dosa melihat kepergian sahabatnya, Ahmad.
                Sobat, setelah membaca anekdot diatas kita semua insyaAllah pasti sepakat bahwa begitu “kurang ajar dan tidak tahu dirinya” si Imron terhadap Ahmad yang telah mati-maitan dan jauh-jauh membelikan oleh-oleh kesukaan Imron, dan sungguh sabar serta tabah si Ahmad diperlakukan sedemikan oleh Imron. Namun, pernahkah kita sadar bahwa ternyata kisah diatas justru seringkali kita temukan dalam diri dan kehidupan kita sendiri… Dan parahnya, ini menyangkut hubungan kita dengan sang Pencipta alam semesta, Allah swt. Imron itu adalah kita sendiri, Ahmad yang “sangat sabar dan tenang” adalah Allah swt yang MahaPemurah lagi Penyayang, dan oleh-oleh atau hadiah itu tidak lain adalah Alquran Al karim, firman Allah swt!
                Alquran, yang merupakan mukjizat terbesar junjungan kita nabi Muhammad saw, tidak ada umat terdahulu di muka bumi ini yang mendapat nikmat “hadiah” gratis berupa Alquran selain umat Islam, sungguh mulia dan sangat beruntung umat Islam, betapa tidak di dalam Alquran adalah pedoman/petunjuk bagi umat manusia, terutama orang-orang beriman dan bertaqwa (“Alquran ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”(Q.S. Ali Imran:138)). Di dalam Alquran termuat segala macam segi masalah-masalah aspek kehidupan, tidak hanya menyangkut Ibadah, tetapi juga hal-hal lainnya seperti, hukum, peradilan, pendidikan, kesehatan, ilmu pengetahuan (fisika, biologi, kimia, matematika, dll), politik, sejarah, kedokteran, sastra, akhlak, dan segala macam hal lainnya yang sempurna dijelaskan dalam Alquran. Bahkan Alquran  mampu menyebutkan hal-hal yang terjadi di masa depan umat manusia yang saat Alquran diturunkan (zaman Rasulullah saw) belum diketahui, mis. Bukti bahwa umat manusia tercipta dari setetes air mani yang hina (Q.S. AlMukminun: 14), kemudian bukti bahwa di dalam laut ada gunung berapi, bukti bahwa bulan pernah terbelah, kemudian bukti bahwa Matahari akan terbit dari sebelah barat, dsb yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Hal inilah yang membuat banyak ilmuwan Barat yang tidak pernah mengenal Islam sama sekali, ketika mereka mepelajari Alquran, mereka terkejut karena Alquran sesuai dengan hasil riset mereka, dan akhirnya mereka mendapat hidayah untuk masuk Islam contohnya Neil Amstrong, Musa Pitchok, dll  (*terakhir seorang ilmuwan NASA asal Ukraina Demitri B, masuk Islam setelah hasil risetnya yang menyatakan matahari akan terbit di sebelah barat sesuai dengan pernyataan Alquran).Alquran juga satu-satunya kitab yang terjaga keasliannya sepanjang masa dan dihapal oleh jutaan manusia tanpa kurang satu ayat pun (*tidak ada manusia yang mampu menghapal 1 surah dalam sebuah kitab, kecuali hanya Alquran).”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Q.S. AlHijr: 9).
                Namun, sangat ironis… kita sebagai umat yang paling beruntung diberi hadiah oleh Allah swt berupa Alquran, malah tidak bersyukur dan sangat sering menyia-nyiakan Alquran. Banyak dari kita hanya menjadikan Alquran sebagai kitab hiasan di lemari dan ruang tamu, tanpa pernah kita buka dan kita baca lembaran demi lembarannya (*bahkan penulis yakin banyak diantara kaum muslimin, terutama generasi muda termasuk kita mahasiswa yang tidak lancar/bajuju ujar urang Banjar, kalau tidak bisa disebut tidak bisa membaca Alquran), padahal dalam Hadist shahih Rasulullah saw bersabda bahwa pahala membaca Alquran itu dihitung perhuruf sepuluh kali lipat dan bagi yang tidak lancer ada dua pahala! Ironis, Alquran hanya menjadi semacam “mantra atau jampi-jampi” bagi orang yang sedang kesurupan, padahal Alquran lebih pantas digunakan oleh orang yang sadar dan berakal (“Al Qur'an ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.”(Q.S. Ibrahim: 52)), Alquran hanya menjadi obat bagi orang yang sakit, padahal Alquran lebih pantas untuk orange yang sehat wal afiat, Alquran hanya menjadi “hadiah” untuk mayyit ketika mengadakan acara haulan (*terlepas dari perbedaan pendapat yang membolehkan atau tidak), padahal Alquran lebih pas dijadikan pedoman bagi orang/makhluk yang hidup, Alquran hanya dipakai ketika kita ingin mendapat nilai ujian yang tinggi, jodoh yang baik, rezeki atau jabatan yang melimpah, dengan dibaca dan ditiup ke air putih lalu diminum (*seharusnya kita lebih juga berikhtiar, bukan semata-mata berharap pada air putih) padahal Allah swt memerintahkan kita untuk membaca Alquran dan Mengingat Allah swt setiap waktu (“Ini adalah satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam) nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.”(Q.S. AnNuur:1). Allah swt juga memerintahkan untuk tidak hanya membaca Alquran saja, namun memahami, men-tadabburi, dan mengamalkan seluruh isi Alquran sehingga kita menjadi sadar bahwa hidup kita ini hanyalah untuk Allah semata, takut pada azab Allah swt yang dahsyat, (simak Q.S.Ali Imran:191 berikut, “yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”)
                Tidak hanya itu Allah swt juga mewajibkan kita untuk melaksanakan segala perintah, hukum, syariat yang terkandung dalam Alquran secara keseluruhan tidak mengambil sebagian dan mecampakkan sebagian sesuai kehendak nafsu kita. Allah swt menegaskan, “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (Q.S. AlJatsiyah: 18) “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS al Maaidah: 47). Namun, bagaimana sikap dan tingkah kita sekarang? Ketika Allah swt mengharamkan riba (Q.S. Albaqarah: 275), kita malah menyuburkan riba, senang memakan bunga yang haram di Bank dan kredit finansial, berdagang tidak jujur (*bensin dicampur air, beras memakai pemutih, dsb), ketika Allah swt haramkan zina (Q.S. Al Isra: 32), kita malah menyuburkan praktik perzinahan baik lewat tempat-tempat prostitusi, diskotik, warung remang, bar, dll yang dilegalisasi pemerintah, ataupun dengan perilaku mendekati zina, seperti pacaran, kumpul kebo, berkhalwat, dsb. (*Indonesia peringkat 2 di dunia setelah Rusia dalam hal pornografi dan peringkat 10 besar untuk penyakit HIV), ketika Allah swt perintahkan muslimah menutup aurat dan berjilbab  (Q.S. AnNuur: 31), kita malah tidak memakai jilbab, mengumbar aurat bahkan setengah telanjang, dengan pakaian/celana, ketat, pendek, transparan, seksi, menampilkan paha, dada, tubuh bagian dalam, serta lekukan tubuh yang semuanya merangsang nafsu birahi lawan jenis. ketika Allah swt mengharamkan judi, meminum khamar, dan meramal (Q.S. Al Maidah: 90), kita malah sering menyuburkan judi mis. lewat taruhan bola, undian berhadiah milyaran, kita malah melegalkan pabrik-pabrik minuman keras (*lihat saja botol-botol bensin eceran ukuran 1 liter di sekitar kita adalah botol minuman keras!), Narkoba merajalela (*Indonesia peringkat 5 besar dunia), kita malah seirng percaya pada ramalan zodiac, fengshui, dll (*dalam hadist disebutkan bahwa barangsiapa yang mendatangi dukun dan tukang ramal, maka shalatnya tidak diterima 40 hari, 1 kali meninggalkan shalat maka 500ribu tahun kita disiksa di neraka, 500rbu x 40 = 20.000.000 tahun kita disiksa! Naudzubillahi min dzalik), ketika Allah swt memerintahkan kita untuk bersatu dalam tali agama Allah swt (Q.S. Ali Imran: 103), kita malah terpecah belah dan saling bermusuh-musuhan, berperang, dan membunuh sesama muslim, kita terpecah dalam golongan-golongan, madzhab-madzhab, organisasi-organisasi, aliran-aliran akibat fanatisme/ta’assub buta (*padahal berbeda itu wajar dan rahmat, asalkan hanya pada masalah yang sifatnya furu’iyah bukan masalah akidah), dalam konteks kenegaraan umat islam terpecah dalam 50 negara terpisah dengan semangat nasionalisme buta tanpa memperdulikan kesatuan ukhuwah islamiyah, sehingga mudah diadu domba kaum kafir (*mis. Indonesia bertikai dengan Malaysia, Iran vs Irak, Afghanistan vs Pakistan, Maroko vs Sahara, dsb) padahal dulu ketika ada daulah khilafah islamiyah (622-1924 M) umat Islam dari maroko sampai merauke bersatu dalam 1 pemerintahan yang dipimpin seorang Khalifah/amirul mukminin, sebelum munafik Mustafa Kemal Attaturk dari Turki meruntuhkan dan menangkap khalifah terakhir dari daulah Turki Utsmaniyah pada 3 Maret 1924 M (*InsyaAllah Khilafah akan tegak kembali seperti bunyi hadist Nabi saw dalam riwayat Ahmad). 
                Mungkin inilah mengapa sekarang kita sebagai umat Islam sering mengalami musibah, bencana, penderitaan, baik yang datangnya dari “kaum kafir/iblis manusia” dimana Kaum muslim di berbagai belahan dunia banyak dibunuh, diperkosa, dibantai, dibakar seperti di Palestina, Bosnia, Rohingya, Thailand, Cina, Filipina, Sudan, Afghanistan, Ambon, Poso, dll. ataupun yang datangnya dari alam seperti banjir, tsunami, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, dan gunung berapi, kelaparan, wabah penyakit yang menerpa kaum muslimin. Bahkan kita sama-sama sadar bahwa di dunia ini kaum muslimin adalah umat yang terbelakang, bodoh, miskin, dan tertinggal jauh daripada kaum lainnya seperti Kristen di Eropa dan Amerika, Buddha di Cina dan Jepang, dan Hindu di India. Semua terjadi karena kita meninggalkan Alquran, kita tidak mensyukuri nikmat Allah swt berupa Alquran.Padahal jelas Allah menegaskan dalam Q.S. AnNahl: 112, “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian, kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” Rasulullah saw pun bersabda dalam muttafaq ‘alaih, “Aku tinggalkan dua pusaka, yaitu Alquran dan AsSunnah yang jika kamu berpegang teguh padanya, maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya.”
                My brother n sister dulu ketika Islam Berjaya, dimana Alquran dan As Sunnah diterapkan dalam segala lini kehidupan, yaitu ketika masih ada daulah Islamiyah (622-1924 M), kaum muslimin betul-betul berada dalam kesejahteraan, keamanan, keadilan, dan ketentraman yang tiada taranya dalam sejarah umat manusia, di bidang pendidikan  umat islam mampu melahirkan banyak ilmuwan (*terutama di zaman khalifah Harun Al Rasyid dan Al makmun) di berbagai bidang seperti Ibnu Sina (bapak Kedokteran), Jabir bin hayyan (Bapak Kimia, Al Farabi (penemu tangga nada), Al Kindi (pencetus pertama teori relativitas, jadi bukan Einsten), Al Khawarizmi (penemu angka nol, sistem Aljarbar, dan sistem sinus cosines dalam matematika), Ibnu Khaldun (Bapak Sejarah dan sosiologi), Imam Syafii, Imam Hanbali, Imam Malik, Imam Hanafi (*yang dikenal sebagai imam madzhab yang 4), dan masih sangat banyak lagi, di samping berdiri universitas terkenal seperti Al Azhar, Cordova, Baitul Hikmah di Baghdad, dan banyak perpustakaan seerti di Cordova (Spanyol), Tripoli, Baghdad, dsb yang menyimpan sampai dua juta koleksi buku (*bandingkan perpustakaan di Paris dan Oxford di zaman yang sama hanya menyimpan dua ribu koleksi buku). Di bidang kesehatan, umat islam dikenal sebagai umat yang bersih (*umat islam lah yang mencetuskan mandi teratur di saat kaum Kristen di Eropa takut mandi karena mitos alergi), kota-kotanya (Bahgdad, Cordova, Kairo, Mekah, Medinah, dll) adalah kota dengan sanitasi yang sangat baik, rumah sakit berdiri dimana-mana, dokter dan perawat bertebaran yang kita kenal sebagai Tabib, bahkan umat Islam terhindar dari bencana the Black Death yang melanda Eropa pada abad ke-14 dan menelan 80 juta korban jiwa! Karena umat Islam lebih sehat dan bersih daripada Eropa pada saat itu. Di bidang Ekonomi, tidak perlu diragukan lagi. Umat Islam sejahtera dan adil secara merata, bahkan pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz ketika petugas baitul mal ingin membagikan zakat, tidak ada satupun rakyat yang pantas menerima zakat, sehingga zakat diberikan pada burung-burung, tingkat inflasi/kenaikan harga 0%, bisnis dan keuangan stabil/tidak pernah krisis ekonomi karena menggunakan mata uang Dinar/emas dan Dirham/perak, dan bahkan kekayaan umat islam tidak terhitung jumlahnya terlihat banyaknya mesjid dan bangunan yang terbuat dari emas dan perak. Di bidangMiliter, pasukan Islam menjadi pasukan terkuat di dunia, baik di darat ataupun di laut, kaum muslim menguasai 2/3 kawasan dunia lama di 3 benua, Asia, Afrika, dan Eropa terbentang dari Maroko sampai Merauke dan meruntuhkan 2 Imperium yaitu Romawi dan Persia. Di bidang pertahanan keamanan, kriminalitas dapat ditekan ke angka seminimal mungkin karena hukum jinayah/pidana syariat Islam tegas dan sangat adil, memberikan efek jera kepada pelaku kriminal. Di bidang politik, umat islam stabil dan bersatu dibawah naungan 1 kepemimpinan khilafah/amirul mukminin (*dijamin tidak ada pertentangan atau intrik antar partai politik, hehehe), serta setiap segi bidang kehidupan lainnya kaum muslimin unggul di muka bumi ini saat itu. Tidak hanya kaum muslimin yang merasakan ketentraman, tetapi juga non muslim bisa dengan bebas dan tenang hidup di wilayah Islam, Tidak hanya manusia yang sejahtera, bahkan binatang dan tumbuhan ikut sejahtera (*kuda-kuda diatur supaya tidak terbebani membawa muatan, pohon-pohon dilarang ditebang sembarangan, singa pun menjadi tidak nafsu untuk memakan domba dihadapannya karena sudah merasa kenyang dan tenang hidupnya), dan ini semua bukti sejarah, bukan mimpi!
                So, sobat marilah sekarang kita mulai kembali mensyukuri Alquran yang masih ada di tengah kita, apalagi sehabis bulan Ramadhan (*bulan diturunkannya Alquran, bulan tempat mendidik/men-tarbiyah kita menjadi insan yang bertaqwa di 11 bulan berikutnya) kita mulai belajar membaca Alquran (*bagi yang belum bisa, yang sudah bisa agar lebih dilancarkan dengan penguasaa tadwijnya), memahami, mentadabburi, dan mengamalkan seluruh isi Alquran. Agar kita tidak menjadi Imron seperti cerita diatas, terlalu kurang ajar pada “kebaikan dan kasih sayang” Allah swt pada kita, jangan sampai Allah swt menjadi murka pada kita dengan menurunkan azabNya dan semuanya terlambat, boleh jadi Allah swt sekarang masih memberi kita waktu untuk bertobat, tapi apakah kita bisa menjamin hari besok atau bahkan 1 detik setelah ini kita masih hidup? Mudah-mudahan kita semua, termasuk penulis dapat mensyukuri Alquran. Let’s back to Alquran dan As Sunnah. ^^

Referensi:
Disarikan dari ceramah Ustadz Taufiq Ibnu Tamziz dalam Tabligh Akbar. Kamis, 16 Ramadhan 1433 H.
An Nabhani, Taqiyuddin. Nizamul Islam. 1953. Beirut.
Hitty, Philip K. History of Arabs. 2002. New York.
Siauw, Felix. Beyond The Inspiration. 2010. Jakarta.
www.britannica.com 
www.akhmadazharbasyir.blogspot.com