Rabu, 15 Agustus 2012

Menyingkap Misteri "Rahasia Umum" di tengah masyarakat Indonesia


Manado, Sulawesi Utara 26 Juli 2012.

Di tengah serunya musyawarah nasional Aliansi Pers Mahasiswa Politeknik Indonesia (APMPI) ke-VI, terdengar deburan ombak di pesisir pantai dan lambaian nyiur, serta cantik dan manisnnya panitia cewe yang mayoritas keturunan tionghoa (*hehehehe, jadi cuci mata, kurang pahala)... Ku sempatkan menulis ide liar ini, dengan niat dakwah islamiyah..,

 Rahasia umum… tentu kita semua pernah mendengar judul di atas dalam kehidupan normal kita sehari-hari, bahkan dalam percakapan seirngkali keluar istilah “rahasia umum” ini. Sebagai contoh percakapannya, “rahasia umum lho dia tu orangnya playboy dan keong racun”, atau “klo masalah tempat itu tempat prostitusi dan  judi, itu udah rahasia umum”, “rahasia umum jika di daerah sini banyak maling dan rampoknya”, atau “ah, sudah rahasia umum kan anggota dewan di senayan sering terlibat KKN”, “tuh, anak pejabat mewah banget, padahal rahasia umum jika semua fasilitasnya adalah dinas dan milik negara”, dan masih sangat banyak ungkapan ini keluar dari mulut kita. Entah sengaja atau tidak ungkapan “rahasia umum” mengalami sebuah peyorasi (perubahan makna menjadi konotasi negatif), ungkapan ini sering atau bahkan selalu disandingkan dengan kalimat-kalimat yang maknanya negatif khususnya secara nilai dan moral di masyarakat. Bukan sebuah hal yang aneh lagi ketika “rahasia umum” menjadi bahan goyunan di kalangan masyarakat umum, meskipun kalau mau jujur seringkali “rahasia umum” ini menyangkut hal-hal yang sangat urgen dan menyangkut hidup khalayak luas, bahkan kehidupan berbangsa dan bernegara! Namun, mau dikata apa memang, sudah menjadi tradisi, khususnya bangsa kita bahwa “rahasia umum” mestilah dijaga demi kedamaian dan ketentraman hidup kita. Hm… Ada istilah yang umum berkembang di masyarakat, bahwa sebagai bangsa Timur kita mesti menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dan semangat gotong royong di setiap lini kehidupan, saling melindungi, dan menjalin persatuan serta kesatuan, satu sama lain. Anggapan ini memang sangat benar dan tepat, jikalau berkaitan dengan kebaikan, misalnya sikap kita ketika melihat ada teman, kerabat, dan sahabat kita yang sedang dalam kesulitan akibat musibah dan bencana yang menimpa mereka, atau ketika kita menyantuni anak yatim, fakir miskin, anak terlantar, ibnu sabil (*termasuk penuntut ilmu seperti kita-kita mahasiswa ini, hehehehe… klo disebut terlantar juga boleh, terutama apabila sudah masuk tanggal bulan tua, hiks…), dan pastinya tolong menolong terhadap saudara seiman dan seagama ketika didzalimi oleh para musuh Allah swt, ingat bagaimana saudara-saudara kita di luar sana seperti di Palestina, Irak, Afghanistan, Suriah, Libya, Bosnia, Myanmar, Thailand, Filipina, atau dalam negeri seperti Ambon, Poso, Mesuji, dll. mereka dibantai, dibunuh, disiksa, diperkosa, diusir, dan dinistakan, bahkan menurut perhitungan kasar UNHCR PBB korban keseluruhan yang telah dibunuh dan dibantai sepanjang tahun 1950-2011 mencapai angka 1,5 juta muslim! Bagaimana mungkin kita membiarkan saudara kita disana, sementara kita disini terlena dengan maksiat dan dosa. (*dalam hadist riwayat Muttafaqun Alaih, Rasulullah saw bersabda bahwa orang beriman itu ibarat satu tubuh, jika satu bagian mengalami rasa sakit maka seluruh bagian tubuh ikut merasakan). Hm… Maaf ngelantur kultumnya mumpung ramadhan, hehehehe… Oke, kita kembali ke laptop… Sekarang ironisnya, sikap kekeluargaan dan gotong-royong di negeri ini disalahgunakan kepada hal-hal yang sifatnya sudah negatif, seperti dalam hal berbangsa dan bernegara yaitu Korupsi, kolusi, Nepotisme (KKN) (*peringkat ke-2 di dunia setelah Bangladesh), sifat “kekeluargaan” untuk melindungi mafia KKN-nya sudah sedemikian parah, dimulai dari pihak aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim), aparat birokrasi, ataupun bahkan ada kalangan cerdik cendekiawan yang membenarkan sikap inikemudian contoh lain misalnya kita temui ketika pelaksaan Ujian Nasional di negeri ini, dimana “rahasia umum” tolong-menolong dalam  kecurangan UN, baik itu seperti bersama-sama membeli kunci jawaban, menggunakan alat komunikasi seperti HP untuk mencontek, menyewa guru “dadakan” untuk membantu menjawab soal, hingga kerjasama yang baik antara pihak sekolah, guru, murid, dan komite sekolah untuk menutupi adanya kecurangan UN di sekolah tersebut (*tampaknya kita tidak perlu lebih jauh memaparkan, karena memang dengan system pendidikan Sekular-Kapitalis seperti sekarang ini, Kualitas hasil/nilai para peserta didik dalam Ujian Nasional seolah menjadi tolak ukur wajib/konstan untuk menentukan apakah sekolah itu berkualitas atau tidak, bahkan akreditasi dan pendanaan pun seringkali pemerintah mengacu pada pencapaian hasil UN yang akhirnya memaksa pihak sekolah dan komite untuk bekerja keras mendapatkan yang terbaik dengan “segala cara”), belum lagi masalah lain seperti pornografi, pergaulan bebas, dan masalah moral lainnya, hanya dengan alasan ingin menjaga kedamaian dan sifat kekeluargaan, kita menjadikan semua itu hanya sebagai “rahasia umum” tanpa aksi belaka, parahnya penulis pernah mendengar tausyiah dari seorang tokoh agama yang menyatakan bahwa, “kita harus sabar dan pasrah akan semua kebobrokan ini, karena ini sudah zamannya”…huufft (*padahal, Allah swt menuntut usaha kita yang maksimal dan mati-matian, sebelum pasrah pada takdir). Masyarakat menjadi skeptis terhadap kebrobrokan moral yang melanda bangsa ini, dan menjadikan “rahasia umum” sebagai penghibur wajar atas kedzaliman tirani, pengusaha/konglomerat curang, militer yang otoriter, dan sistem yang mengekang kebenaran,

Pandangan Islam
Lalu bagaimana pandangan satu-satunya agama yang diridhai Allah swt, dienul Islam terhadap fenomena “rahasia umum” ini?
Agaknya kita mesti ingat flashback sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari wal Muslim dibawah ini,

DariAisyahRA.:
Bahwa orang-orang Quraisy sedang digelisahkan oleh perkara seorang wanita Makhzum yang mencuri. Mereka berkata: Siapakah yang berani membicarakan masalah ini kepada Rasulullah saw.? Mereka menjawab: Siapa lagi yang berani selain Usamah, pemuda kesayangan Rasulullah saw. Maka berbicaralah Usamah kepada Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Apakah kamu meminta syafaat dalam hudud Allah? Kemudian beliau berdiri dan berpidato: Wahai manusia! Sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kamu ialah, manakala seorang yang terhormat di antara mereka mencuri, maka mereka membiarkannya. Namun bila seorang yang lemah di antara mereka mencuri, maka mereka akan melaksanakan hukum hudud atas dirinya. Demi Allah, sekiranya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya. (Shahih Muslim No.3196)
Serta dalam Alquran, kitab suci yang terjaga sepanjang masa kebenarannya:
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". (Q.S. Al Kahfi:  29)
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (Q.S. Ali Imran: 173)
Dalam  Hadist shahih di atas, sangat jelas Rasulullah saw sangat murka jika kita mendiamkan suatu kemaksiatan karena takut pada penguasa, orang kaya, dan terpandang, sementara “berlagak” adil atas kejahatan yang dilakukan pada orang lemah dan miskin (*quill haq walau kaana muuran, katakanlah kebenaran walau itu pahirt rasanya). Dan akhirnya Alquran menegaskan bahwa kebenaran itu dating dari Allah swt semata, kita tidak boleh takut pada ancaman manusia, hanya Allah swt sebaik-baik penolong. Sehingga, kita dapat tarik kesimpulan bahwa Islam melarang adanya “rahasia umum” atas kemaksiatan dan kemunkaran yang terjadi di tengah umat.

*Terakhir, penulis ingat sebuah kaidah yang menyatakan bahwa DIAM itu lahir dari sebuah KETAKUTAN, dan KETAKUTAN itu lahir dari sebuah KETIDAKTAHUAN. Begitu juga fenomena “rahasia umum” yang beredar di masyarakat kita ini, semua akarnya dari sebuah KETAKUTAN masyarakat untuk mengatakan kebenaran, diakibatkan sistem yang berkembang adalah sistem yang bukan berasal dari sang Pencipta, Allah swt, seperti sistem Kapitalis dan Komunis, dan KETAKUTAN itu semuanya berawal dari KETIDAKTAHUAN bahwa diam terhadap kemunkaran dan kemaksiatan adalah mengundang azab Allah swt, dan bahwa dalam waktu dekat insyaAllah pasti akan tegak sebuah sistem Islam kaffah (menyeluruh) di muka bumi ini dalam bingkai Negara Khilafah dengan Syariat Islam sebagai dasar hukumnya seperti pada masa zaman Khilafah Ar Rasyidin, Abu Bakar RA, Umar RA, Utsman RA, dan Ali RA , serta khilafah2 lainnya seperti Umar bin Abdul Aziz, Harun ArRasyid, dll (*hal ini tegas diriwayatkan dalam H.R. Ahmad).Inilah mengapa ilmu menjadi penting dalam kehidupan kita, terutama kita sebagai muslim (*thalabul ‘ilma faridlatun ‘ala kulli muslimin), then… mumpung masih dalam suasana Ramadhan, yuk mari kita menuntut ilmu terutama ilmu Islam secara menyeluruh, baik itu tentang fikih, muamalah, tauhid, tasawuf, ilmu Alquran (*seperti tajwid, tilawah, tafsir, dll), nahwu-sharaf, syakhsiyah, sejarah Islam dan Khilafah, Teknologi Islam, dan masih banyak lagi. Mumpung masih hidup, mumpung masih “ada kesempatan” untuk kita. Let’s talk n study about Islam… ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar