Sabtu, 25 Februari 2012

MANA JANJI MANIS CINTAMU ?

(*Sebuah refleksi terhadap bulan maulid Nabi Muhammad saw bagi kehidupan kaum muslimin)


"Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu Cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus'"
(Q.S. Al Hujurat: 7) 



            Bulan rabiul awal, bulan ke-3 dari tahun hijriah (*atau yang lebih kita kenal dengan bulan maulid/maulud) pun telah berakhir. Selama satu bulan penuh umat islam, khususnya umat islam di tanah air dengan antusias tinggi telah mengadakan berbagai macam acara untuk memperingati bulan kelahiran Nabi besar Muhammad saw (12 rabiul awwal), mulai dari acara yang sifatnya ritual seperti Peringatan maulidan, baayun maulid, ceramah agama, pembacaan syair-syair maulid habsyi, hingga sifatnya non ritual seperti perlombaan habsyi, seminar, training, mabit, bedah buku, bakti sosial, aksi damai, dsb. Semua itu kita lakukan di tanah air dengan semarak, bahkan di Indonesia peringatan maulid sangat unik dan luar biasa jika dibanding dengan Negara-negara Arab dan Islam lainnya, karena diselenggarakan tidak hanya di mesjid, tetapi juga di setiap langgar/musholla, bahkan di sekolah, perguruan tinggi, serta instansi-instansi pemerintahan dan swasta (*demikian menurut alim ulama penceramah yang pernah saya dengar).Dari fenomena ini dapat kita simpulkan bahwa kesadaran umat islam dan kecintaan pada Rasulllah saw masih sangat besar.Mulai dari anak-anak hingga lansia, laki-laki ataupun wanita, kalangan awam hingga alim ulama dengan semangatnya melantunkan berbagai shalawat kepada Rasulullah saw, seperti shalawat ibrahimi, shalawat Barzanji, shalawat ad Dhiba’i, shalawat Badar, shalawat Kamilah, dll. (*Seakan-akan sambung-menyambung orang melantunkan shalawat dan tidak sadar kita pun menjadi hapal bait-bait shalawat tersebut) hanya untuk membuktikan cinta kita kepada Rasulullah saw dengan mengagungkan (takrim) dan memuliakan (takdhzim) beliau lewat shalawat (*jadi ingat baleho seorang tokoh masyarakat di Kalsel…=.=).
             Inilah fenomena yang terjadi selama satu bulan penuh di bulan mauled, it’s amazing!!! Karena mencintai Rasul saw umat islam di tanah air khususnya mereka rela menyumbangkan banyak hartanya untuk mengadakan acara maulidan (*1 kali acara mungkin menghabiskan jutaan rupiah). Pertanyaannya sekarang apakah benar realitanya kita mencintai Rasul saw???
Penulis ingat sebuah syair tentang cinta yang kurang lebih isinya seperti ini:
Jika kamu mencintai ku
maka jangan kamu hanya manis dibibir merangkai kata
Tapi buktikan janjimu padaku dengan pengorbanan nyata
agar ku tahu begitu kau tulus mencintaiku
(*puisi galau….>_
Tapi senada dengan puisi itu juga kita wajib ingat dengan firman Allah swt ini:

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. atakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir"
(Q.S. Ali Imran:31-32)

Dari hal diatas jelas bahwa Cinta kepada Rasulullah saw semestinya melebihi cinta kita kepada diri kita sendiri. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab ra.”suatu ketika Umar bin Khattab berkata kepada Rasulullah saw,”engkau lebih kucintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri”. Maka Rasulullah saw bersabda,”Tidak wahai Umar, akan tetapi sampai diriku lebih kau cintai dari pada dirimu sendiri”. Kemudian Umar bin Khattab ra. berkata,”Demi Allah, engkau  sekarang lebih kucintai dari pada diriku sendiri”.”Sekarang engkau benar wahai Umar” tambah Nabi”. (HR Bukhari)
Dan ketahuilah, bahwa cinta ini tidak akan sempurna kecuali dengan adanya keta’atan kepada Allah dan RasulNya. Allah ta’ala berfirman:
“Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Al-Imran;310
Kecintaan kepada Rasul akan terbukti bila bertentangan dengan cinta kepada yang lainnya. Apakah akan mengutamakan cintanya kepada Rasul ataukah sebaliknya. Bila mendahulukan cintanya kepada Rasul, berarti telah membuktikan akan kebenaran cintanya kepadanya.
Menurut Ibnu Rajab, cintai kepada kepada Rasul Ada dua derajat;
Pertama,  yang menjadi sebuah kewajiban; ta’at kepadanya dengan melaksanakan semua perintah, menjauhi semua larangannya, meyakini semua berita yang dibawanya dan pasrah dengan semua yang telah datang darinya.
Kedua,  menjadi perbuatan sunnah, yaitu dengan mengikuti sunah-sunahnya, akhlaknya, adabnya, mencotoh cara bergaul dengan keluarganya, saudara-saudaranya, mencontoh akhlaknya yang dzahir berupa zuhud di dunia, sangat merindukan akhirat, kedermawanan, sikap tawadhu’, juga akhlaknya yang batin berupa takut kepada Allah ta’ala dan mencintainya, rindu untuk bertemu denganNya, ridha dengan semua ketentuanNya, menyandarkan diri dan bertawakal kepadaNya lalu menjauhi semua bentuk sesembahan yang dapat memalingkan hati dari ibadah kepadaNya.
  Sehingga dapat disimpulkan, cinta kepada Rasullah saw bukanlah sebuah pengakuan dengan ucapan semata. Karena seandainya cukup dengan ucapan, niscaya semua orang akan mudah mengatakannya. Hasan Al-Basri berkata,”sekelompok manusia berkata kepada Rasulullah saw,”Wahai Muhammad, kami mencintai rabb kami, maka Allah menurunkan ayatNya (Ali Imran:31) seperti yang tertulis di atas. Maka mengikuti semua pentunjuk nabi Muhammad saw tanda akan kecintaan kepadanya.
  Pun demikian, fakta sekarang menunjukkan bahwa umat islam, khususnya generasi mudanya telah jauh dari mencintai Rasul saw… kita dapat melihat kehidupan generasi mudanya sekarang, jangankan mengenal kehidupan Rasul saw dan para sahabatnya, tanggal lahir beliau,nama ortu dan keluarga beliau, kapan beliau hijrah, peristiwa penting islam, dan nama-nama sahabat yang dijamin masuk surga pun banyak yang tidak tahu (*malah hapal nama-nama artis idola baik nusantara ataupun mancanegara seperti Amrik, Jepang, Korea, dll lengkap dengan profil pribadi mereka.T_T), belum lagi masalah akidah dan tauhid, masih banyak yang percaya ramalan zodiak, fengshui, dll (*sampai2 ada film yang judulnya miss zodiac, apa2 pasti kiblat ke zodiak  >,
  So, dimanakah bukti janji kita sobat? disisi lain kita seolah acuh tak acuh dan santai ketika di luar sana kaum kafir dengan mudah dan tertawa menghina Rasulullah saw dan para sahabat (*masih ingat 30 September 2005 tepatnya, ketika Jyllands-Posten, surat kabar asal Denmark itu dengan angkuhnya menerbitkan 12 buah karikatur yang mengolok-olokkan sang Rasul, Muhammad SAW.), Cobalah browsing di internet, pakai google saja… maka kita akan mendapatkan berbagai gambar pengolok-olokan terhadap Nabi Muhammad,  mulai dari menjadikan wajah –yang diklaim sebagai gambar beliau- sebagai gambar iklan rokok, iklan viagra, penggambarannya sedang memandikan babi, gambar di tissue toilet, dan…. bahkan saya merasa sangat geram dan tidak pantas untuk menuliskan lanjutannya di sini… belum lagi kasus di penjara Guantanamo dan Abu Gharib, dimana Alquran diinjak, dibakar, dirobek, dimasukkan kedalam tisu, dan dijadikan alas untuk behubungan seksual! Dan sampai sekarang, bumi tempat Nabi saw isra mi’raj, Palestina masih dijajah Zionis Israel dengan anteknya Amerika Serikat, 1 juta umat islam disana telah dibunuh, diperkosa, diusir, dan disiksa.Lalu Adakah umat islam dan diri kita pribadi tergerak untuk bereaksi? Dan sepertinya masih belum terlihat , kita masih sibuk dengan studi, kuliah, pekerjaan, permainan, dan kesibukan duniawi kita lainnya dibanding membela Rasullullah saw, padahal jumlah kita di dunia tidak kurang 1,5 milyard! (*terbukti hadist Rasul saw, dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang yang berebut melahap isi mangkok (makanan). Para sahabat bertanya, "Apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali tetapi seperti buih air bah (tidak berguna) dan kalian ditimpa penyakit wahan." Mereka bertanya lagi, "Apa itu penyakit wahan, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Kecintaan yang sangat kepada dunia dan takut mati." (HR. Abu Dawud))
  Entah mungkin karena memang sudah budaya atau falsafah hidup orang Indonesia segala sesuatu itu selalu dianggap ada “musimnya”, jika dalam dunia buah-buahan ada musim durian, rambutan, langsat, pepakin, tiwadak (*cempedak red.), mangga, kasturi, dsb. Di dunia elektronik kita dulu mengenal, musim video, vcd, dvd, tv 2 warna, 4 warna, layar datar, radio amatir. walkie talkie, hanphone n-Gex, Hp BB (*sehingga kita mengenal BBM , disaat BBM/bensin melambung harganya), belum lagi di dunia computer kita mengenal musim Pentium 1,2,3,4, laptop, noteboke, tablet, sirup, eh salah… hehehe.. Namun, sangat disayangkan budaya “musim2an” ini pun menjalar ke dalam ranah ritual-ritual agama Islam,,, semisal ketika bulan ramadhan (*anggaplah musim puasa) orang-orang rajin beribadah ke mesjid/surau/langgar, rajin tadarus, rajin tarawih/qiyamul lail, rajin puasa menahan lapar dahaga, tempat-tempat maksiat (*seperti warung remang-remang, klub2 malam, diskotik, dsb.) tutup meskipun hanya siang hari =,=, para publik figur seperti pejabat, artis/aktris tiba-tiba berubah 180’ menjadi alim, aktris yang di luar bulan ramadhan buka-bukaan aurat, tiba-tiba rapi dan anggun dengan jilbab dan pakaian muslimah… Ramadhan pun lewat, maka seperti  halnya siklus “musim”, mesjid-mesjid kembali sepi, orang-orang yang tadinya rajin berjamaah, tadarus, qiyamul lail menjadi acuh tak acuh dan lalai akan perintah agama, bahkan mereka kembali menyenangi perbuatan maksiat (*bagai air di daun keladi), muslimah yang tadinya sopan dan anggun dengan jilbab kembali buka-bukaan.Seakan Ramadhan itu bagaikan  musim buah-buahan, begitu juga ritual islam lainnya seperti idul fitri, idul adha, shalat jumat, bulan Syaban, dan tak ketinggalan yang saat ini baru kita lalui yaitu bulan Maulid Rasulullah saw…
Akhirnya sobat bulan Maulud pun usai (*terlepas dari khilafiah/perbedaan pendapat di antara ulama tentang hukum merayakan maulid Nabi saw, namun yang kita ambil disini adalah esensi manfaat dari perayaan tersebut), ironis sangat ketika fakta menunjukkan kegiatan keislaman pun ikut-ikutan usai, mesjd-mesjid, surau, dan langgar-langgar yang penuh dengan jamaah dan meriah dengan syiar islam, kembali sepi dari jamaah dan redup dari syiar islam, Kaum muslimin-muslimat yang sebelumnya penuh sesak menghadiri majlis-majis dengan begitu khusyu dan penuh penghayatan melantunkan syair-syair maulid dalam acara peringatan maulid Rasulullah saw sebagai bukti cinta kita pada beliau, setelah bulan maulid usai pun kembali menghilang, sangat sulit menemui jamaah-jamaah penuh sesak saat  adzan berkumandang, bahkan acuh tak acuh terhadap panggilan yang mulia ini, dan sangat memprihatinkan justru yang acuh tak acuh adalah orang-orang yang rumahnya sangat dekat dengan mesjid/musholla, inikah yang dinamakan cinta pada Rasulullah saw??? Padahal sejarah diadakannya peringatan maulid ini tidak lepas ketika pada masa perang salib, saat  itu pimpinan kaum muslimin, Sultan Shalahuddin Al Ayyubi melihat kaum muslim telah jauh dari sunnah-sunnah Rasul saw, sehingga mudah dikalahkan musuh, atas idenya di setiap negeri diadakan peringatan maulid dengan tujuan kaum muslimin bangkit dan kembali menghidupkan sunnah ketika mendengar sirah perjuangan dakwah dan kehidupan Rasul saw beserta sahabatnya, dan ternyata cara ini berhasil! 8 kali perang salib hanya 1 kali kaum muslimin kalah, sementara sekarang???
            Sobat mari kita renungkan, Apakah dikatakan mencintai Rasulullah, dengan kita melalaikan shalat lima waktu? Tidak melaksanakan shalat berjamaah, padahal jarak rumah kita dekat dengan mesjid/mosholla (*dalam sebuah hadist diriwayatkan bahwa ada seorang ssahabat yang buta dan lumpuh minta keringanan pada Rasul saw untuk tidak shalat berjamaah, tapi ditolak Rasul saw karena sahabat itu masih bias mendengar panggilan adzan! Nah bagaiman dengan kita yang sehat dan sempurna aggota badan ini? Apakah kita melalaikan berjamaah di mesjid/musholla? Apakah dikatakan mencintai Rasulullah dengan kita masih terbiasa berbohong, menipu, dan khianat? Apakah dikatakan mencintai Rasulullah dengan kita durhaka pada orang tua kita dan lebih percaya pada teman atau pasangan? Apakah dikatakan mencintai Rasulullah dengan kita belum menutup aurat alias buka-bukaan dan tidak memakai jilbab (*bagi muslimah, jika telah baligh maka hanya telapak tangan dan muka yang boleh terlihat)? Apakah dikatakan mencintai Rasulullah dengan membiarkan orang-orang kafir menghina Rasulullah beserta keluarga dan kerabat beliau (*dengan alasan, toh mereka jua tidak menyerang bangsa kita)? Apakah dikatakan mencintai Rasulullah dengan kita tidak peduli terhadap nasib saudara kita sesama muslim yang tengah menderita baik di dalam negeri ataupun di luar negeri, seperti Afghanistan, Irak, Palestina, Cheznya, Suriah, dll sementara saudara kita disana dibunuh, diperkosa, diintimidasi, dan dibantai habis?Jawabannya… ada di hati kita masing-masing,, Wallahu ‘alam… yang jelas cinta butuh bukti nyata, tidak hanya kata-kata dan janji manis belaka (*ada sebuah anekdot dimana sebagian orang memplesetkan bulan maulud menjadi bulan mulut / t bukan d, karena banyak orang yang hanya mengincar kenyangnya saat makan di acara-acara peringatan maulid daripada mendengarkan ceramah… memanjakan mulut katanya, hehehe…)
            Sobat, iman itu ada 3 unsur, pertama iqra’u bil lisan (diucapkan di lisan), kedua tasdiqu bil qalbi(membenarkan di hati), dan terakhir arkanu bil azkan (membuktikan dengan perbuatan), jika kita tidak melakukan salah satu dari ketiga unsur tersebut maka kita termasuk orang yang munafik!
Memang sekarang zamannya dimana kemaksiatan dan kezaliman merajalela dan tidak lagi menjadi hal yang tabu… tapi itu bukan alasan kita untuk berdiam diri menjadi setan bisu, bagi Anda yang mampu merubah sistem, maka rubahlah dengan segera, jangan ditunda.., tetapi bagi Anda yang belum mampu, maka rubahlah diri Anda sendri serta orang terdekat Anda dahulu, mulailah rajin shalat 5 waktu + berjamaah, rajin bersedekah, rajin menuntut ilmu (*baik ilmu agama ataupun dunia), taat dan patuh pada ortu, menutup aurat dan menjaga pergaulan sesuai cara islami, hormat pada guru, menjaga kebersihan dan kesehatan, dll. karena Rasulullah saw sekarang ingin kita membuktikan janji cinta kita pada beliau… JANGAN SAMPAI RASULULLAH SAW MENGANGGAP KITA JAMBU (JANJI MU JANJI BUSUK)… ^_^  . Salam ukhuwah sob...

  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(Q.S. Al Ahzab: 21) 

 

 *Ditulis oleh seorang hamba Allah yang masih merasa banyak berdosa dan ingin banyak menuntut ilmu tentang bagaimana berjuang menegakkan Al Islam di atas segalanya...

Alabio, 25 Rabiul Awal 1433 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar