PENYUSUN
AHMAD NURUL IRFAN
AHMAD SUBAILI
AKHMAD AZHAR BASYIR
ANTONY ANWARI RAHMAN
ASLI
( XII _ IA 1 )
GURU
PEMBIMBING
ANDRES
TOMY, S.Pd.
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena ridho dan kehendak-Nya
akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil praktikum ujian
akhir sekolah kimia tentang reaksi safonifikasi/penyabunan tepat pada waktunya.
Laporan praktikum ini disusun
sebagai salah satu ujian praktik mata pelajaran kimia semester 6 kelas XII - IA
SMAN 1 Sungai Pandan.
Dalam penulisan ini, kami
mendapatkan beberapa kesulitan dan keterbatasan dalam memperoleh literatur, namun
berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan
ini.
Pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas binbingan, arahan dan saran
kepada :
1. Bapak
Andres Tomy, S.Pd selaku guru pembimbing
bidang studi kimia SMAN 1 Sungai Pandan.
2. Seluruh teman-teman yang terlibat dalam
pembuatan laporan ini serta pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu .
Kami
menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, karena itu kami mohon
arahan, saran, dan kritik yang sifatnya menyempurnakan laporan ini.
Kami
berharap laporan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua. Amin ya
rabbal alamin.
Alabio, Maret 2011
Penyusun
Ujian Akhir Sekolah Praktikum Kimia
Judul : Reaksi safonifikasi/penyabunan
Tujuan : Membuat sabun dengan mereaksikan minyak/lemak
dengan NaOH
Hari, tanggal : Jumat, 25 Maret 2011
Tempat :
Laboratorium Kimia SMA Negeri 1 Sungai Pandan
I.
Teori Dasar
Sabun adalah bahan logam alkali dengan
rantai asam monocarboxyclic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam
pembuatan sabun biasanya menentukan jenis sabun yang dihasilkan. Larutan lakali
natrium hidroksida (NaOH) digunakan untuk membuat sabun keras, Sedangkan larutan
alkali kalium hodroksida (KOH) digunakan dalam pembuatan sabun lunak. Sabun berfungsi
untuk mengemulsi kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dapat
melakukan hal tersebut dikarenakan mempunyai sifat pembersih. Struktur sabun
kalium dan sabun natrium adalah sebagai berikut:
C17H35-C-K(O)-O untuk sabun kalium
C17H35-C-Na(O)-O
untuk sabun natrium
Berdasarkan struktur sabun natrium dan sabun kalium tersebut, maka dapat diketahui
bahwa sabun memiliki rantai hidrogen yang bertindak sebagai ekor yang bersifat
hidrofobik (tidak suka air) yang bersifat non-polar dan COONa sebagai kepala
yang bersifat hidrofilik (suka air) yang bersifat polar dengan air. Oleh karena sabun memiliki
kedua sifat tersebut sabun dapat membersihkan kotoran.
Selain mempunyai sifat tersebut, sabun mempunyai sifat surfaktan. Surfaktan adalah
zat aktif permukaan atau suatu senyawa kimia yang terdapat pada
konsentrasi rendah suatu sistem. Selain itu juga mempunyai sifat teradsorbsi
pada permukaan antara muka pada sistem tersebut.
Sabun dapat membersihkan kotoran atau dapat
bekerja sebagai surfaktan dengan cara menghasilkan basa yang akan menurunkan
tegangan permukaan. Sehingga dapat meresap lebih cepat kepermukaan kain. Kemudian
molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekor atau ujung nonpolarnya. Sedangkan
ujung polarnya mengikat molekul kotoran. Setelah itu molekul akan membentuk
emulsi. Emulsi tersebut akan bersih saat pencucian dengan air. Sedangkan kepalanya
akan larut dalam air. Saat bagian polar tersebut tertarik oleh air maka kotoran
akan keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.
Kata
saponifikasi
atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon = sabun dan
–fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai
membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan
dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam
bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.
Sabun dibuat dari
proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk
lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang
(C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai
pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi
tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH), reaksi
umumnya adalah:
O
O
∕∕ ∕∕
R – C Na+OH–
R – C + R`OH
\ \
OR` O–
Na+
ester alkali
garam dari asam alkohol
Mekanisme ini
melibatkan serangan nukleofil ion hidroksida pada karbon karbonil
: ::
║ │
H:– + R – C – OR` R – C – OR`
│
OH
O O
║ ║
R – C – OH + –:R` R – C – O– + R`OH
Basa kuat basa lemah
Misalnya reaksi saponifikasi dari Gliseril Tripalmitat dengan alkali NaOH:
O
║
CH2OC(CH2)14CH3
CH2OH
│
CHOH
│
CH2OH
O
║
–OC(CH2)14CH3
O
║
C
Sodium palmitate
H2OC(CH2)14CH3
+ 3Na+ OH– + 3Na+
Glycerol
O
║
CH2OC(CH2)14CH3
Glyceryl tripalmitate
Contoh lainnya
adalah reaksi saponifikasi dari Gliseril Tripalmitat dengan alkali KOH:
O
║
CH2OC(CH2)14CH3
CH2OH
│
CHOH
│
CH2OH
O
║
–OC(CH2)14CH3
O
║
C
H2OC(CH2)14CH3
+ 3K+ OH– + 3K+
Glycerol
O
║
CH2OC(CH2)14CH3
Glyceryl tripalmitate
Sabun
merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis
parsial.
O O
║ ║
R – C – O–Na+
+ H – OH R – C – OH + Na+OH–
sabun alkali
Alkali
dapat membahayakan beberapa
jenis tekstil, sabun juga tidak dapat berfungsi jika pH larutan terlalu rendah.
Karena rantai karbon yang panjang akan mengendap seperti buih. Misalnya sabun
dari natrium stearat, akan berubah menjadi asam stearat dalam suasana asam.
O O
∕∕ ∕∕
C17H35C + H+Cl–
C17H35C + Na+Cl–
\ \
O– Na+ OH
Natrium stearat asam
stearat
Selain itu sabun
biasanya membentuk garam dengan ion-ion kalsium, magnesium, atau besi dalam air
sadah (hard water). Garam-garam tesebut tidak larut dalam air.
O
∕∕
2C17H35C + Ca++
(C17H35COO)2–Ca++
+ 2Na+
\
O– Na+
Natrium stearat kalsium
stearat
(larut) (mengendap)
Ø
Pada
perkembangan selanjutnya bentuk sabun menjadi bermacam-macam, yaitu:
1. Sabun cair
o
Dibuat
dari minyak kelapa
o
Alkali
yang digunakan KOH
o
Bentuk
cair dan tidak mengental dalam suhu kamar
2. Sabun lunak
o
Dibuat
dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan yang tidak jernih
o
Alkali
yang dipakai KOH
o
Bentuk
pasta dan mudah larut dalam air
3. Sabun keras
o
Dibuat
dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan proses
hidrogenasi
o
Alkali
yang dipakai NaOH
o
Sukar
larut dalam air
II. Alat
|
Jumlah
|
1.Neraca analitik/timbangan
|
1
buah
|
2.Beker gelas 250 ml
|
2
buah
|
3.Pemanas air(pembakar bunsen+pacci berisi
air)
|
1
buah
|
4.Kertas saring
|
4
buah
|
5.Penjepit tabung
|
2
buah
|
6.Spatula
|
1
buah
|
7.Kaki tiga dan kasa
|
1
buah/set
|
8.Lampu spritus
|
1
buah
|
9.Gelas kimia
|
1
buah
|
10.Pipet
|
3
buah
|
III.
Bahan
|
Jumlah
|
1.Sampel minyak (minyak pasaran)
|
10 ml
|
2.Etanol 95 %
|
20 ml
|
3.NaOH 25%
|
20 ml
|
4.NaCl (jenuh/pekat)
|
150 ml
|
5. Aquades
|
Seperlunya
|
IV. Langkah Kerja
1.
Masukkan 10 ml sampel minyak ke dalam
beker gelas 250 ml !
2.
Tambahkan 10 ml etanol 95% dan 10 ml
larutan NaOH 25% !
3.
Panaskan campuran tersebut selama ± 30
menit dalam pemanas air yang telah mendidih (sambil diaduk-aduk menggunakan
spatula) ! (Gunakan penjepit tabung dan usahakan tinggi air jangan melebihi
beker gelas) !
4.
Amati hasil yang terjadi !
5.
Tambahkan 80 ml larutan NaCl jenuh ke
dalam larutan tersebut !
6.
Dinginkan dan saring dengan menggunakan
kertas saring (dirangkap) !
7.
Amati hasil yang terbentuk !
8.
Ambil kesimpulan !
V. Hasil
pengamatan
Pengamatan ke-
|
Keadaan/tahap
|
Keterangan
|
Pengamatan ke
|
Keadaan/tahap
|
Keterangan
|
1
|
Minyak
sebelum dicampur
|
Berwarna kuning
jernih
|
2
|
Minyak
+ 10 mL etanol (C2H5OH) 95%
|
Putih dan kuning
(terpisah)
|
3
|
Minyak
+ 10 mL etanol 95% + 10 mL NaOH 25%
|
Putih menyatu terasa
panas
|
4
|
Campuran
tersebut dipanaskan dalam pemanas yang mendidih selamaa 35 menit
|
Berbuih dan terpisah
|
5
|
Campuran
tersebut ditambahkan 10 mL NaCl jenuh
|
Menggumpal (gumpalan
berwarna putih) dan terpisah dari cairan bening
|
7
|
Pemisahan sabun
dengan gliserol yang dihasilkan
|
VI .
Hipotesis
Percobaan akan berhasil jika pada
pengamatan ke-7 (hasil akhir) dihasilkan sabun padat yang berwarna putih yang
merupakan sabun keras (Natrium stearat) dan larutan gliserol (polialkohol) yang
berwarna bening yang telah saling memisah setelah disaring.
VII.
Analisis Data
a). Pengamatan ke-1
(Minyak sebelum dicampur)
Minyak masih merupakan minyak goreng
murni, sehingga masih berwarna kuning jernih.Dengan rumus molekulnya C17H35-COOH
(gliseril tristearat).
b).Pengamatan ke-2 (Minyak + 10 mL etanol (C2H5OH)
95%)
Antara minyak dengan etanol masih
terpisah (belum menyatu) sehingga warna kuning dari minyak dan putih dari
etanol masih belum menyatu.
c).Pengamatan ke-3 (Minyak + 10 mL etanol 95% + 10 mL NaOH 25%,)
Mulai terbentuk sabun/ Natrium
stearat (ditandai dengan terbentuknya warna putih kental), sesuai dengan reaksi
:
CH2-O-CO-C17H35 CH2-OH
CH2-O-CO-C17H35
+ 3NaOH CH-OH +
3NaC17H35COO
CH2-O-CO-C17H35 CH2-OH
(Gliseril
tristearat) (Gliserol) (Na-stearat)
Namun reaksinya masih berlangsung
dengan lambat, sehingga antara gliserol (sebagai hasil sampingan) dengan
Na-stearat (sabun) yang dihasilkan belum tampak menonjol terpisah
d). Pengamatan ke-4 (Pemanasan campuran)
Pemanasan ini dimaksudkan untuk
mempercepat laju reaksi dengan menaikkan suhu, sehingga mepercepat adanya
tumbukan partikel (sesuai faktor suhu dalam laju reaksi).Sehingga ketika
dipanaskan selama ± 30 menit dalam air mendidih, terbentuk sabun yang ditandai
dengan munculnya banyak buih yang memisah.
e). Pengamatan ke-5 (Campuran ditambahkan 10 mL NaCl jenuh)
Penambahan NaCl akan mempercepat
terbentuknya gumpalan-gumpalan sabun yang terpisah dengan cairan berupa
gliserol.Hal ini dikarenakan adanya penambahan ion senama yaitu Na+
yang mengurangi kelarutan.
f). Pengamatan ke-6 (Campuran didinginkan dan disaring dengan
kertas saring)
Penyaringan
ini bertujuan untuk memisahkan sabun (Na-stearat) yang terbetuk (berupa
gumpalan-gumpalan putih) dari gliserol yang merupakan hasil sampingan.
g). Penangamtan ke-7
Diperoleh sabun/natrium stearat
padat berwarna putih yang merupakan sabun keras (sabun cuci) dan gliserol
(polialkohol) yang berwana bening.Hasil pengamatan ke-7 ini menandakan
percobaan sukses (sesuai teori dasar dan hipotesis).
VII.
Kesimpulan
Reaksi
Saponifikasi (penyabunan) adalah reaksi
antara lemak atau minyak dengan suatu basa kuat seperti NaOH atau KOH yang
menghasilkan sabun.Reaksi ini menghasilkan sabun sebagai bahan utama dan
gliserol sebagai hasil sampingan.
Reaksi umum saponifikasi pada percobaan diatas :
CH2-O-CO-C17H35 CH2-OH
CH2-O-CO-C17H35
+ 3NaOH CH-OH + 3NaC17H35COO
CH2-O-CO-C17H35 CH2-OH
(Gliseril
tristearat) (Gliserol) (Na-stearat/sabun)
DAFTAR
PUSTAKA
Abd. Asep suryana. 2010. Bahan
ajar dan penuntun praktikum biokimia. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA
UNG. Gorontalo
Al
Arifin. 2011. Panduan Belajar kimia
Primagama. Yogyakarta :
Primagama.
Amiruddin. 1993. Kimia Organik. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Anonim. 2010. Pemisahan lesitin.
(Online). Tersedia di : www.find-docs.com/pemisahan-lesitin-dari-kedelai.
Anonym. 2010. Lemak.
(Online). Tersedia di : www.scribsd.com/.../Analisis-Kadar-Lemak-Metode-Weibull-Penentuan-Asam-Lemak-Bebas-Angka-an.
Kuswinarno. 2009. Acuan Pengayaan Kimia XII. Jakarta :
Fokus.
Sudarmo, unggul. 2006. Kimia Jilid 3 SMA. Jakarta : Phibeta.
Bukti Autentik pernah mengikuti kegiatan praktik kimia yang diampu Pak Andres..
BalasHapusasyik......
Hehehe... praktik terakhir kita...:)
BalasHapuskeren ya :)
BalasHapus