Jumat, 23 Desember 2011

MAKALAH LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SMA REAKSI SAPONIFIKASI


PENYUSUN

AHMAD NURUL IRFAN
AHMAD SUBAILI
AKHMAD AZHAR BASYIR
ANTONY ANWARI RAHMAN
ASLI

( XII _ IA 1 )

GURU PEMBIMBING
ANDRES TOMY, S.Pd.


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena ridho dan kehendak-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil praktikum ujian akhir sekolah kimia tentang reaksi safonifikasi/penyabunan tepat pada waktunya.
            Laporan praktikum ini disusun sebagai salah satu ujian praktik mata pelajaran kimia semester 6 kelas XII - IA SMAN 1 Sungai Pandan.
            Dalam penulisan ini, kami mendapatkan beberapa kesulitan dan keterbatasan dalam memperoleh literatur, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan ini.
            Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas binbingan, arahan dan saran kepada :
1.      Bapak Andres Tomy, S.Pd  selaku guru pembimbing bidang studi kimia SMAN 1 Sungai Pandan.
2.       Seluruh teman-teman yang terlibat dalam pembuatan laporan ini serta pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu .
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, karena itu kami mohon arahan, saran, dan kritik yang sifatnya menyempurnakan laporan ini.
Kami berharap laporan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.



Alabio,     Maret 2011


Penyusun




Ujian Akhir Sekolah Praktikum Kimia

Judul               :  Reaksi safonifikasi/penyabunan
Tujuan             :  Membuat sabun dengan mereaksikan minyak/lemak dengan NaOH
Hari, tanggal   :  Jumat, 25 Maret 2011
Tempat            :  Laboratorium Kimia SMA Negeri 1 Sungai Pandan

I.                   Teori Dasar
Sabun adalah bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxyclic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun biasanya menentukan jenis sabun yang dihasilkan. Larutan lakali natrium hidroksida (NaOH) digunakan untuk membuat sabun keras, Sedangkan larutan alkali kalium hodroksida (KOH) digunakan dalam pembuatan sabun lunak. Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dapat melakukan hal tersebut dikarenakan mempunyai sifat pembersih. Struktur sabun kalium dan sabun natrium adalah sebagai berikut:

C17H35-C-K(O)-O         untuk sabun kalium

C17H35-C-Na(O)-O       untuk sabun natrium

           Berdasarkan struktur sabun natrium dan sabun kalium tersebut, maka dapat diketahui bahwa sabun memiliki rantai hidrogen yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) yang bersifat non-polar dan COONa sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) yang bersifat  polar dengan air. Oleh karena sabun memiliki kedua sifat tersebut sabun dapat membersihkan kotoran.
            Selain mempunyai sifat tersebut, sabun mempunyai sifat surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif  permukaan atau suatu senyawa kimia yang terdapat pada konsentrasi rendah suatu sistem. Selain itu juga mempunyai sifat teradsorbsi pada permukaan antara muka pada sistem tersebut.
              Sabun dapat membersihkan kotoran atau dapat bekerja sebagai surfaktan dengan cara menghasilkan basa yang akan menurunkan tegangan permukaan. Sehingga dapat meresap lebih cepat kepermukaan kain. Kemudian molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekor atau ujung nonpolarnya. Sedangkan ujung polarnya mengikat molekul kotoran. Setelah itu molekul akan membentuk emulsi. Emulsi tersebut akan bersih saat pencucian dengan air. Sedangkan kepalanya akan larut dalam air. Saat bagian polar tersebut tertarik oleh air maka kotoran akan keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon = sabun dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH), reaksi umumnya adalah:
O O
∕∕ ∕∕
R – C Na+OH R – C + R`OH
\ \
OR` O Na+
ester alkali garam dari asam alkohol
Mekanisme ini melibatkan serangan nukleofil ion hidroksida pada karbon karbonil
: ::
║ │
H: + R – C – OR` R – C – OR`
OH
O O
║ ║
R – C – OH + :R` R – C – O + R`OH
Basa kuat basa lemah
Misalnya reaksi saponifikasi dari Gliseril Tripalmitat dengan alkali NaOH:
O
CH2OC(CH2)14CH3
CH2OH
CHOH
CH2OH
O
OC(CH2)14CH3
O
C
Sodium palmitate
H2OC(CH2)14CH3 + 3Na+ OH + 3Na+
Glycerol
O
CH2OC(CH2)14CH3
Glyceryl tripalmitate


Contoh lainnya adalah reaksi saponifikasi dari Gliseril Tripalmitat dengan alkali KOH:
O
CH2OC(CH2)14CH3
CH2OH
CHOH
CH2OH
O
OC(CH2)14CH3
O
C
H2OC(CH2)14CH3 + 3K+ OH + 3K+
Glycerol
O
CH2OC(CH2)14CH3
Glyceryl tripalmitate

Sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial.
O O
║ ║
R – C – ONa+ + H – OH R – C – OH + Na+OH
sabun alkali
Alkali dapat membahayakan beberapa jenis tekstil, sabun juga tidak dapat berfungsi jika pH larutan terlalu rendah. Karena rantai karbon yang panjang akan mengendap seperti buih. Misalnya sabun dari natrium stearat, akan berubah menjadi asam stearat dalam suasana asam.
O O
∕∕ ∕∕
C17H35C + H+ClC17H35C + Na+Cl
\ \
O Na+ OH
Natrium stearat asam stearat
Selain itu sabun biasanya membentuk garam dengan ion-ion kalsium, magnesium, atau besi dalam air sadah (hard water). Garam-garam tesebut tidak larut dalam air.
O
∕∕
2C17H35C + Ca++ (C17H35COO)2Ca++ + 2Na+
\
O Na+
Natrium stearat kalsium stearat
(larut) (mengendap)
Ø Pada perkembangan selanjutnya bentuk sabun menjadi bermacam-macam, yaitu:
1.      Sabun cair
o    Dibuat dari minyak kelapa
o    Alkali yang digunakan KOH
o    Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar
2.      Sabun lunak
o    Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan yang tidak jernih
o    Alkali yang dipakai KOH
o    Bentuk pasta dan mudah larut dalam air
3.      Sabun keras
o    Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan proses hidrogenasi
o    Alkali yang dipakai NaOH
o    Sukar larut dalam air
II. Alat
 Jumlah
 1.Neraca analitik/timbangan
1 buah
 2.Beker gelas 250 ml
2 buah
 3.Pemanas air(pembakar bunsen+pacci berisi air)
1 buah
 4.Kertas saring
4 buah
 5.Penjepit tabung
2 buah
 6.Spatula
1 buah
 7.Kaki tiga dan kasa
1 buah/set
 8.Lampu spritus
1 buah
 9.Gelas kimia
1 buah
 10.Pipet
3 buah

III. Bahan
Jumlah
 1.Sampel minyak (minyak pasaran)
10 ml
 2.Etanol 95 %
20 ml
 3.NaOH 25%
20 ml
 4.NaCl (jenuh/pekat)
150 ml
5. Aquades
Seperlunya



IV. Langkah Kerja

1.      Masukkan 10 ml sampel minyak ke dalam beker gelas 250 ml !
2.      Tambahkan 10 ml etanol 95% dan 10 ml larutan NaOH 25% !
3.      Panaskan campuran tersebut selama ± 30 menit dalam pemanas air yang telah mendidih (sambil diaduk-aduk menggunakan spatula) ! (Gunakan penjepit tabung dan usahakan tinggi air jangan melebihi beker gelas) !
4.      Amati hasil yang terjadi !
5.      Tambahkan 80 ml larutan NaCl jenuh ke dalam larutan tersebut !
6.      Dinginkan dan saring dengan menggunakan kertas saring (dirangkap) !
7.      Amati hasil yang terbentuk !
8.      Ambil kesimpulan !










V. Hasil pengamatan

Pengamatan ke-
Keadaan/tahap
Keterangan
Pengamatan ke
Keadaan/tahap
Keterangan
1
Minyak sebelum dicampur
Berwarna kuning jernih
2
Minyak + 10 mL etanol (C2H5OH) 95%
Putih dan kuning (terpisah)
3
Minyak + 10 mL etanol 95% + 10 mL NaOH 25%
Putih menyatu terasa panas
4
Campuran tersebut dipanaskan dalam pemanas yang mendidih selamaa 35 menit
Berbuih dan terpisah
5
Campuran tersebut ditambahkan 10 mL NaCl jenuh
Menggumpal (gumpalan berwarna putih) dan terpisah dari cairan bening
7
Pemisahan sabun dengan gliserol yang dihasilkan



VI . Hipotesis
              Percobaan akan berhasil jika pada pengamatan ke-7 (hasil akhir) dihasilkan sabun padat yang berwarna putih yang merupakan sabun keras (Natrium stearat) dan larutan gliserol (polialkohol) yang berwarna bening yang telah saling memisah setelah disaring.



VII. Analisis Data
a). Pengamatan ke-1 (Minyak sebelum dicampur)
              Minyak masih merupakan minyak goreng murni, sehingga masih berwarna kuning jernih.Dengan rumus molekulnya C17H35-COOH (gliseril tristearat).


b).Pengamatan ke-2 (Minyak + 10 mL etanol (C2H5OH) 95%)
              Antara minyak dengan etanol masih terpisah (belum menyatu) sehingga warna kuning dari minyak dan putih dari etanol masih belum menyatu.

c).Pengamatan ke-3 (Minyak + 10 mL etanol 95% + 10 mL NaOH 25%,)
              Mulai terbentuk sabun/ Natrium stearat (ditandai dengan terbentuknya warna putih kental), sesuai dengan reaksi :

CH2-O-CO-C17H35                                            CH2-OH
                                                                           
 CH2-O-CO-C17H35 + 3NaOH                          CH-OH + 3NaC17H35COO

CH2-O-CO-C17H35                                            CH2-OH
             
(Gliseril tristearat)                                             (Gliserol)    (Na-stearat)

              Namun reaksinya masih berlangsung dengan lambat, sehingga antara gliserol (sebagai hasil sampingan) dengan Na-stearat (sabun) yang dihasilkan belum tampak menonjol terpisah

d). Pengamatan ke-4 (Pemanasan campuran)
              Pemanasan ini dimaksudkan untuk mempercepat laju reaksi dengan menaikkan suhu, sehingga mepercepat adanya tumbukan partikel (sesuai faktor suhu dalam laju reaksi).Sehingga ketika dipanaskan selama ± 30 menit dalam air mendidih, terbentuk sabun yang ditandai dengan munculnya banyak buih yang memisah. 

e). Pengamatan ke-5 (Campuran ditambahkan 10 mL NaCl jenuh)
              Penambahan NaCl akan mempercepat terbentuknya gumpalan-gumpalan sabun yang terpisah dengan cairan berupa gliserol.Hal ini dikarenakan adanya penambahan ion senama yaitu Na+ yang mengurangi kelarutan.

f). Pengamatan ke-6 (Campuran didinginkan dan disaring dengan kertas saring)
            Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan sabun (Na-stearat) yang terbetuk (berupa gumpalan-gumpalan putih) dari gliserol yang merupakan hasil sampingan.

g). Penangamtan ke-7
              Diperoleh sabun/natrium stearat padat berwarna putih yang merupakan sabun keras (sabun cuci) dan gliserol (polialkohol) yang berwana bening.Hasil pengamatan ke-7 ini menandakan percobaan sukses (sesuai teori dasar dan hipotesis).



VII. Kesimpulan

Reaksi Saponifikasi (penyabunan) adalah  reaksi antara lemak atau minyak dengan suatu basa kuat seperti NaOH atau KOH yang menghasilkan sabun.Reaksi ini menghasilkan sabun sebagai bahan utama dan gliserol sebagai hasil sampingan.
Reaksi umum saponifikasi pada percobaan diatas :

CH2-O-CO-C17H35                                            CH2-OH
                                                                           
 CH2-O-CO-C17H35 + 3NaOH                          CH-OH + 3NaC17H35COO

CH2-O-CO-C17H35                                            CH2-OH
             
(Gliseril tristearat)                                             (Gliserol)    (Na-stearat/sabun)
 


DAFTAR PUSTAKA

Abd. Asep suryana. 2010. Bahan ajar dan penuntun praktikum biokimia.  Jurusan Biologi. Fakultas MIPA UNG. Gorontalo

Al Arifin. 2011. Panduan Belajar kimia Primagama. Yogyakarta      : Primagama.

Amiruddin. 1993. Kimia Organik. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Anonim. 2010. Pemisahan lesitin. (Online). Tersedia di : www.find-docs.com/pemisahan-lesitin-dari-kedelai.


Kuswinarno. 2009. Acuan Pengayaan Kimia XII. Jakarta : Fokus.

Sudarmo, unggul. 2006. Kimia Jilid 3 SMA. Jakarta : Phibeta.

 











3 komentar: