Aslkm wr. wbSalam ulhuwah, ikhwan wal akhwat rahimakumullah..
Pernah
dengar tentang Tarian samba? atau penari Flamenco? atau pernah dengar
tim sepak bola Real madrid dan Barcelona,dengan pelatihnya Jose Mourinho
dan Guardiola, kemudian pemainnya seperti messi, CR 7, casillas, mezut
ozil, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta? atau pemain moto GP jorge
Lorenzo? atau anggur Malaga? dan tentang pertandingan penuh nyali Matador? dimanakah
semua itu berasal? ? ya, tidak lain dari negara yg yang begitu mendunia
bernama Spanyol.... namun, siapa sangka negara dengan penduduk 95%
beragama katholik ini pernah menjadi pusat Kekhilafahan dan sainstis
Islam selama 8 abad... Bagaimakah zaman keemasan Islam disana sampai
pembantaian 3 juta umat Islam oleh pasukan Salib yang dipimpin Sri Paus
Paulus? Berikut siapsisnya:Sejarah penaklukan
Sebelum
kedatangan umat Islam, daerah Iberia merupakan kerajaan Hispania yang
dikuasai oleh orang Kristen Visigoth. Pada 711, Dalam usaha menaklukkan
dan menguasai Spanyol, Dinasti Umayah mengirimkan tiga orang panglima
perang Singa Padang Pasir sekaligus pahlawan Islam, mereka adalah Tharif
bin Malik, Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nusair. Pasukan panglima
Tharif bin Malik berangkat lebih dulu, panglima Tharif lebih tepat
disebut sebagai perintis dan penyelidik. Dengan memimpin sebanyak lima
ratus orang pasukan perang, Tharif dan pasukannya bergerak menuju
Spanyol dengan menumpangi empat buah kapal yang disediakan oleh Julian
(gubenur wilayah Septah ). Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapatkan
perlawanan yang berarti, setelah mendapatkan kemenangan ia pun kembali
ke Afrika Utara dengan membawa harta rampasan perang.
Pada tahun
711 M, gubenur Afrika Utara Musa bin Nusair mengirim pasukan Islam ke
Spanyol di bawah pimpinan panglima Thariq bin Ziyad dengan jumlah
pasukan sebanyak tujuh ribu orang. Dengan menumpangi kapal yang
dipinjamkan oleh Julian, Pasukan Thariq bin Ziyad sampai di tanah
Spanyol. Sebuah gunung tempat pertama sekali Thariq dan pasukan nya
mendarat dan menyiapkan pasukan, diberi nama Jabal Thariq (Gilbraltar).
Dalam sebuah pertempuran disuatu tempat yang bernama Bakkah, Pasukan
Thariq bin Ziyad berhasil mengalahkan raja Goliath dan adik nya raja
Roderick dari kerajaan kristen Gothic ( Goth ) yang selama ini berkuasa
di Spanyol. Setelah itu berturut-turut pasukan Islam berhasil menguasai
kota-kota penting dan strategis lainnya seperti Cordova, Granada dan
Toledo (ibu kota kerajaan Gothic). Sebelumnya panglima Thariq bin Ziyad
telah mendapatkan tambahan pasukan dari gubernur Musa bin Nusair
sebanyak 5000 orang pasukan, sehingga jumlah pasukan Islam seluruh nya
berjumlah 12.000 orang . Sedangkan pasukan Kristen Gothic berkekuatan
sebanyak 100.000 orang pasukan, dalam peperangan ini pasukan Islam
mendapatkan kemenangan walaupun kalah dalam jumlah.
Dari Afrika,
gubenur Musa bin Nusair juga bergerak menuju ke Spanyol. Beliau berhasil
menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, Merida dan Orihuela. Selanjut
nya Musa bin Nusair dan pasukannya bergabung dengan Thariq bin Ziyad di
Toledo. Kedua tokoh Islam ini berhasil menguasai Sanyol utara dan hampir
seluruh wilayah Spanyol mulai dari kota Saragosa sampai Navarre.
Pembaca
Ababil yang budiman.. mungkin setelah membaca kisah sejarah di atas
tadi, pasukan Islam begitu mudah menguasai Spanyol dan mendapatkan
banyak kemenangan. Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung
yaitu:
- Raja terakhir kerajaan Kristen Gothik Spanyol yaitu Roderick bersikap tidak toleran terhadap penganut agama lain. Seperti penganut agama Yahudi yang banyak dipaksa masuk agama Kristen, yang tidak bersedia masuk agama Kristen dibunuh secara kejam.
- Tidak adanya persamaan hak, hilangnya keadilan dan kekejaman raja Roderick yang diluar batas perikemanusiaan, sehingga rakyat kecil merasa tertindas. Kedatangan pasukan Islam di Spanyol dianggap sebagai juru pembebas. Bahkan kemudian rakyat Spanyol sendiri memberikan bantuan kepada pasukan Islam.
- Terjadi perpecahan politik didalam negeri Spanyol, akibat nya gubenur Toledo yang bernama Witiza dan gubenur Septah yang bernama Julian balik mendukung pasukan Islam dan menyerang raja Roderick.
kekuasaan
Islam terus berkembang hingga pada 719 hanya daerah Galicia, Basque dan
Asturias yang tidak tunduk kepada kekuasaan Islam. Setelah itu, pasukan
Islam menyeberangi Pirenia untuk menaklukkan Perancis, namun berhasil
dihentikan oleh kaum Frank dalam pertempuran Tours (732). Daerah yang
dikuasai Muslim Umayyah ini disebut provinsi Al-Andalus, terdiri dari Spanyol, Portugal dan Perancis selatan sekarang.
Pada
awalnya, Al-Andalus dikuasai oleh seorang wali (gubernur) yang ditunjuk
oleh Khalifah di Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Namun
pada tahun 740an, terjadi perang saudara yang menyebabkan melemahnya
kekuasaan Khalifah. Pada 746, Yusuf Al-Fihri memenangkan perang saudara
tersebut, menjadi seorang penguasa yang tidak terikat kepada
pemerintahan di Damaskus.
Keamiran dan Kekhalifahan Kordoba
Pada
750, bani Abbasiyah menjatuhkan pemerintahan Umayyah di Damaskus, dan
merebut kekuasaan atas daerah-daerah Arabia. Namun pada 756, pangeran
Umayyah di pengasingan Abdurrahman I (Ad-Dakhil) melengserkan Yusuf
Al-Fihri, dan menjadi penguasa Kordoba dengan gelar Amir Kordoba.
Abdurrahman menolak untuk tunduk kepada kekhalifahan Abbasiyah yang baru
terbentuk, karena pasukan Abbasiyah telah membunuh sebagian besar
keluarganya. Ia memerintah selama 30 tahun, namun memiliki kekuasaan
yang lemah di Al-Andalus dan ia berusaha menekan perlawanan dari
pendukung Al-Fihri maupun khalifah Abbasiyah.
Selama satu setengah
abad berikutnya, keturunannya menggantikannya sebagai Amir Kordoba,
yang memiliki kekuasaan tertulis atas seluruh Al-Andalus bahkan
kadang-kadang meliputi Afrika Utara bagian barat. Pada kenyataannya,
kekuasaan Amir Kordoba, terutama di daerah yang berbatasan dengan kaum
Kristen, sering mengalami naik-turun tergantung kecakapan dari sang Amir
yang sedang berkuasa. Amir Abdullah bin Muhammad bahkan hanya memiliki
kekuasaan atas Kordoba saja.
Cucu Abdullah, Abdurrahman III,
menggantikannya pada 912, dan dengan cepat mengembalikan kekuasaan
Umayyah atas Al-Andalus dan bahkan Afrika Utara bagian barat. Pada 929
ia mengangkat dirinya sebagai Khalifah, sehingga keamiran ini sekarang
memiliki kedudukan setara dengan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan
kekhalifahan Syi'ah di Tunis.
Periode kekhalifahan ini dianggap
oleh para penulis Muslim sebagai masa keemasan Al-Andalus. Hasil panen
yang diperoleh melalui irigasi serta bahan makanan yang diimpor dari
Timur Tengah mencukupi untuk penduduk Kordoba dan kota-kota lainnya di
Al-Andalus, dengan sektor ekonomi pertanian paling maju di Eropa.
Kordoba dibawah kekhalifahan ini memiliki populasi sekitar 500.000,
mengalahkan Konstantinopel sebagai kota terbesar dalam hal jumlah maupun
kemakmuran penduduk di Eropa.[8] Dalam dunia Islam, Kordoba merupakan
salah satu pusat budaya yang maju. Karya-karya ilmuwan dan filsuf
Al-Andalus, seperti Abul Qasim dan Ibnu Rusyd memiliki pengaruh besar
terhadap kehidupan intelektual di Eropa zaman pertengahan.
Orang-orang
Muslim dan non-Muslim sering datang dari luar negeri untuk belajar di
berbagai perpustakaan dan universitas terkenal di Al-Andalus. Yang
paling terkenal adalah Michael Scot, yang menerjemahkan karya-karya Ibnu
Rusyd, Ibnu Sina, dan Al-Bitruji dan membawanya ke Italia. Karya-karya
ini kemudian memiliki dampak penting dalam berawalnya Renaisans di
Eropa.
Berikut nama-nama khalifah termasyur yang memerintah Spanyol:
Muhammad bin Abdurrahman (832-886 M)
Abdurrahman III atau Abdurrahman An-Nasir (912-961M).
Abdurrahman
III mulai memakai gelar khalifah, pada masa ini umat Islam di Spanyol
mencapai puncak kejayaan. Beliau mendirikan universitas Cordova dan
perpustakaan Cordova. Pada masa ini ibukota kerajaan berpusat di
Cordova.
Hakam II (961-976 M)
Pada masa ini karya-karya
ilmiah dan filosofis di impor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga
Cordova dengan universitas dan perpustakaan nya mampu menyaingi Baghdad
sebagai pusat ilmu pengetahuan Islam. Khalifah terakhir dari dinasti
Umayyah adalah Hisyam II yang memerintah dari tahun 976-1009 M. setelah
itu kekuasaan dinasti Umayah digantikan oleh dinasti Murabhitun.
Yusuf bin Tasyfin (1062-1086 M)
Yusuf bin Tasyfin berasal dari dinasti Murabhitun yang berasal dari Afrika Utara, beliau memindahkan ibu kota ke Marakesy.
Abdul Al-Mun’im (1146-1212 M)
Abdul
Al-Mun’im berasal dari dinasti Muwahhidun yang berhasil merebut
kekuasaan dari dinasti Murabhitun. Pada tahun 1212 pasukan kristen
mengalami kemenagan besar di Las Navas de Tolesa
Periode Taifa pertama
Kekhalifahan
Kordoba mengalami kejatuhan dalam perang saudara antara 1009 hingga
1013, dan akhirnya dihapuskan pada 1031. Al-Andalus kini terpecah
menjadi banyak kerajaan kecil, yang disebut taifa. Taifa-taifa
ini pada umumnya amat lemah sehingga tidak dapat mempertahankan diri
menghadapi serangan-serangan dan permintaan upeti dari kerajaan-kerajaan
Kristen di daerah utara dan barat, antara lain Kerajaan Navarre, León,
Portugal, Kastilia dan Aragon, serta Barcelona. Akhirnya
serangan-serangan ini berubah menjadi penaklukan, sehingga taifa-taifa
di Al-Andalus meminta bantuan dari dinasti Al-Murabitun (Almoravid)
yang berhaluan Islam fundamental di Afrika Utara. Orang-orang Murabitun
mengalahkan raja Kastilia Alfonso VI, dalam Pertempuran Zallāqah dan
Pertempuran Uclés, dan akhirnya menguasai Al-Andalus.
Murabitun, Muwahidun, dan Banu Marin
Pada
1086, pemimipin Murabitun di Maroko Yusuf bin Tasyfin diundang oleh
para bangsawan Muslim di Iberia untuk mempertahankan Iberia dari Alfonso
VI, raja Kastilia dan León. Pada tahun itu juga Yusuf menyeberangi
selat Gibraltar menuju Algeciras, dan mengalahkan kaum Kristen dengan
telak dalam pertempuran Zallāqah. Pada 1094, Yusuf bin Tasyfin
menghapuskan kekuasaan dari semua penguasa-penguasa kecil Islam di
Iberia, dan mengambil alih semua daerah mereka, kecuali Zaragoza. Ia
juga merebut Valencia dari tangan umat Kristen. Pada 1147, kekuasaan
kaum Murabitun digantikan oleh kaum Muwahidun (Almohad), yang
juga berasal dari suku Berber. Penguasa Muwahidun memindahkan ibukota
Al-Andalus ke Sevilla pada 1170, dan mengalahkan raja Kastilia Alfonso
VIII dalam Pertempuran Alarcos (1195). Namun pada 1212 gabungan Kerajaan
Kristen Kastilia, Navarra, Aragon, dan Portugal mengalahkan kaum
Muwahidun pada Pertempuran Las Navas de Tolosa, dan memaksa sultan
Muwahidun meninggalkan Iberia. Umat Islam di Iberia kembali terpecah
dalam taifa-taifa yang lemah, dan dengan cepat ditaklukkan oleh
Portugal, Kastilia dan Aragon. Setelah jatuhnya Murcia (1243) dan
Algarve (1249), hanya Granada pimpinan Banu Nasri-lah negara Islam yang
tersisa, namun hanya sebagai negara bawahan yang membayar upeti kepada
Kerajaan Kastilia. Upeti ini berupa emas dari daerah yang sekarang
bernama Mali dan Burkina Faso, yang dibawa melalui jalur perdagangan di
gurun Sahara.
Pada abad ke-14, dinasti Islam Banu Marin (Marinid)
di Maroko mengalami kemajuan dan mengancam kerajaan-kerajaan Kristen di
Iberia. Banu Marin kemudian mengambil alih Granada dan menduduki
kota-kotanya, seperti Algeciras. Namun, mereka gagal merebut Tarifa,
yang bertahan dari serangan Banu Marin hingga kedatangan Tentara
Kastilia pimpinan Raja Alfonso XI. Alfonso XI, dibantu Afonso IV dari
Portugal dan Pedro IV dari Aragon, mengalahkan Banu Marin pada
Pertempuran Rio Salado (1340) dan merebut Algeciras (1344). Alfonso XI
juga mengepung Gibraltar, yang saat itu dikuasai Granada, selama
1349-1350, namun Alfonso XI dan sebagian besar pasukannya dibinasakan
oleh wabah Kematian Hitam di tahun 1350.[11] Penggantinya, Pedro dari
Kastilia (Peter si Kejam), memutuskan berdamai dengan umat
Islam dan berperang melawan kerajaan-kerajaan Kristen yang lain.[12]
Peristiwa ini menandai dimulainya 150 tahun pemberontakan dan perang
saudara umat Kristen di Eropa, yang mengamankan keberadaan Granada.
Keamiran Granada
Setelah
perjanjian perdamaian dengan Raja Pedro dari Kastilia, Granada menjadi
sebuah negara yang aman merdeka hingga hampir 150 tahun berikutnya. Umat
Islam diberi kemerdekaan, kebebasan bergerak dan beragama, dan
dibebaskan dari upeti selama 3-tahun. Setelah tiga tahun, umat Islam
diharuskan membayar upeti tidak lebih dari yang diharuskan sebelumnya
pada masa Banu Nasri.
Pada 1469, terjadi pernikahan antara Raja
Ferdinand II dari Aragon dan Ratu Isabella dari Kastilia yang
mengisyaratkan serangan terhadap Granada, yang direncanakan secara
hati-hati dan didanai dengan baik. Ferdinand dan Isabella kemudian
meyakinkan Paus Siktus IV untuk menyatakan perang mereka sebagai perang
suci. Mereka mengalahkan satu persatu perlawanan umat Islam dan akhirnya
pengepungan tersebut berakhir saat Sultan Granada Muhammad Abu Abdullah
(Boabdil) menyerahkan istana dan benteng Granada, Alhambra kepada kekuasaan Kristen, dan menandai berakhirnya kekuasaan Islam di Iberia.
Masyarakat
Masyarakat Al-Andalus terdiri dari
tiga kelompok utama berdasarkan agama: Muslim, Kristen, dan Yahudi.
Dalam tiap-tiap kota, komunitas-komunitas ini tinggal di daerah yang
berbeda. Umat Islam sendiri, walaupun disatukan oleh agama yang sama,
kadang terbagi-bagi menurut etnis, terutama perbedaan antara orang Arab
dan orang Berber. Orang-orang Arab tinggal di bagian selatan dan di
Lembah Ebro di timur laut, sedangkan orang-orang Berber tinggal di
daerah pegunungan yang sekarang berada di utara Portugal, dan di Meseta
Central. Muzarab (atau Mozarab/Musta'rib) adalah
orang Kristen yang hidup dalam kekuasaan Islam di Al-Andalus dan
mengikuti banyak adat, kesenian, dan kata-kata dari bahasa Arab, namun
masih memelihara tradisi dan ibadah Kristen mereka dan bahasa turunan
Latin yang mereka miliki, disebut Bahasa Muzarab.
Orang-orang
Yahudi biasanya bekerja sebagai pedagang, pemungut pajak, dokter atau
duta besar. Pada akhir abad ke-15 terdapat sekitar 50.000 Yahudi di
Granada dan 100.000 di seluruh Al-Andalus.
Muslim dan Non-Muslim di Al-Andalus
Perlakuan terhadap non-Muslim
Perlakuan
terhadap non-Muslim di Al-Andalus merupakan bahan diskusi dan
perdebatan di antara para ahli dan para pengamat, terutama mereka yang
tertarik dengan keberadaan bersama umat Muslim dan non-Muslim di dunia
modern. Kaum non-muslim di Al-Andalus, seperti Kristen dan Yahudi, dalam
hukum Islam merupakan dzimmi, yang bebas menjalankan ajaran agamanya, tidak didorong untuk masuk Islam, namun membayar pajak yang disebut jizyah.[14]
Para ahli berpendapat bahwa agama minoritas (termasuk Yahudi) di
Al-Andalus yang dikuasai umat Islam diperlakukan jauh lebih baik
daripada di daerah Eropa Barat yang dikuasai Kristen, dan mereka hidup
dalam "masa keemasan" toleransi, saling menghormati dan keharmonisan
antarumat beragama.
Al-Andalus merupakan pusat kunci peradaban
Yahudi pada Abad Pertengahan, dan menghasilkan ilmuwan-ilmuwan ternama,
seperti Maimonides, rabbi, filsuf, dan dokter yang menjadi ikon masa
keemasan Yahudi di Al-Andalus. Masyarakat Yahudi di Al-Andalus juga
merupakan salah satu masyarakat Yahudi yang paling stabil dan paling
makmur. Sedangkan umat Kristen di Al-Andalus disebut kaum Muzarab. Kaum
Muzarab merupakan keturunan orang Kristen terdahulu di Spanyol yang
tetap memeluk Kristen namun mengadopsi budaya Arab.Bahasa mereka, Bahasa
Muzarab, merupakan bahasa Roman yang dipengaruhi oleh bahasa Arab dan
dituliskan dalam abjad Arab.
Maria Rosa Menocal, spesialis sastra
Iberia di Universitas Yale, berpendapat bahwa "toleransi merupakan aspek
melekat pada masyarakat Andalus". Dalam bukunya The Ornament of the World (2003), Menocal berpendapat bahwa sebagai dzimmi,
agama minoritas di Al-Andalus diberikan hak yang lebih terbatas
daripada umat Muslim, namun masih lebih baik daripada di daerah Eropa
yang dikuasai Kristen. Orang-orang Yahudi dan sekte-sekte Kristen yang
dianggap terlarang datang dari seluruh Eropa ke Al-Andalus, tempat
mereka menerima toleransi.
Naik turunnya kekuasaan Islam
Penguasa
Al-Andalus memperlakukan non-Muslim berbeda-beda sepanjang waktu. Salah
satu periode toleransi adalah masa kekuasaan Abdurrahman III dan
Al-Hakam II, ketika Yahudi Al-Andalus mengalami kemakmuran, mencurahkan
hidupnya untuk melayani Kekhalifahan Kordoba, mempelajari sains,
perdagangan, dan industri, terutama perdagangan sutera dan budak, yang
ikut memakmurkan negeri Al-Andalus. Al-Andalus menjadi suaka bagi kaum
Yahudi yang teraniaya di negeri-negeri lain.
Orang-orang Kristen di Al-Andalus, dipicu oleh contoh dari umat Kristen lain di sepanjang perbatasan Al-Andalus
kadang kala menegaskan klaim-klaim Agama Kristen, dan dengan sengaja
mencari kemartiran, bahkan selama masa-masa toleransi. Misalnya, 48
orang Kristen Kordoba melakukan penghinaan terhadap agama Islam, dan
akhirnya dipenggal. Mereka sengaja melakukan tersebut agar mati sebagai
martir, dan mereka dikenal sebagai Martir Kordoba. Beberapa orang
dari generasi berikutnya-pun meneruskan hal ini, dan mereka sepenuhnya
tahu apa nasib yang menimpa pendahulu mereka.
Kebudayaan
C.W. Previte-Orton menulis dalam Cambridge Medieval History, menulis
“ "Peradaban Saracen yang brilian di Spanyol Islam membuat orang-orang Moor, bahkan dalam kemudurannya dibawah Reyes de Taifas, sebagai orang-orang paling beradab di Barat." ”
Banyak
suku, agama, dan ras hidup bersama-sama di Al-Andalus, dan
masing-masing menyumbang terhadap kemajuan intelektual di Andalus.
Buku-buku jauh lebih tersebar luas di Al-Andalus dibanding di negara
lainnya di Barat.Sejarah intelektual Al-Andalus terlihat dari hasilnya
berupa banyaknya ilmuwan Islam dan Yahudi.
Kemajuan intelektual
Al-Andalus bermula dari perseturuan intelektual antara Bani Umayyah yang
menguasai Al-Andalus, dengan Bani Abbasiyah yang berkuasa di Timur
Tengah. Penguasa Umayyah berusaha memperbanyak perpustakaan dan lembaga
pendidikan di kota-kota Al-Andalus seperti Kordoba, untuk mengalahkan
ibukota Abbasiyah Baghdad. Walaupun Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah
saling bersaing, kedua kekhalifahan ini mengizinkan perjalanan antara
kedua kekhalifahan ini dengan bebas, yang membantu penyebaran dan
pertukaran ide serta inovasi dari waktu ke waktu.
Pada abad
ke-10, kota Kordoba memiliki 700 masjid, 60.000 istana, dan 70
perpustakaan, dan salah satu perpustakaan yang terbesar memiliki hingga
500.000 naskah. Sebagai perbandingan, perpustakaan terbesar di Eropa
Kristen saat itu memiliki tak lebih dari 400 naskah, bahkan pada abad
ke-14 Universitas Paris baru memiliki sekitar 2.000 buku. Perpustakaan,
penyalin, penjual buku, pembuat kertas, dan sekolah-sekolah di seluruh
Al-Andalus menerbitkan sebanyak 60.000 buku tiap tahunnya, termasuk
risalah, puisi, polemik dan antologi.Sebagai perbandingan, Spanyol
modern menerbitkan rata-rata 46.300 buku tiap tahunnya, menurut UNESCO.
Filosofi
Filosofi Islam Andalus
Sejarawan
Said Al-Andalusi menulis bahwa Khalifah Abdurrahman III (912-961)
mengumpulkan sejumlah besar buku dan memberikan perlindungan bagi para
ilmuwan yang mempelajari kedokteran dan "ilmu-ilmu kuno". Penggantinya
Khalifah Al-Hakam II (Al-Mustansir), membangun sebuah
universitas dan sejumlah perpustakaan di Kordoba. Kordoba menjadi salah
satu pusat pembelajaran kedokteran dan filosofi terkemuka di dunia.
Namun
ketika anak Al-Hakam II Hisyam II naik takhta (976), kekuasaan yang
sebenarnya berada di tangan Al-Mansur bin Abi Amir.[30] Ia merupakan
tokoh agama yang tidak menyukai ilmu pengetahuan, sehingga banyak buku
yang dikumpulkan dengan susah payah oleh Al-Hakam II dibakar di depan
umum. Setelah kematian Al-Mansur pada 1002, filosofi di Al-Andalus
bangkit kembali. Sejumlah cendikiawan terkenal bermunculan, termasuk
Maslamah Al-Majriti (?-1008), seorang petualang berani yang menjelajahi
daerah-daerah Islam dan daerah lain, dan tergabung dalam organisasi
Ikhwan As-Shafa. Al-Majriti membantu penerjemahan karya Ptolemeus Almagest, membuat dan memperbaiki berbagai tabel astronomi, dan mempelopori geodesi serta triangulasi.
Murid
Al-Majriti yang terkenal adalah Abu Hakam Al-Kirmani,yang kemudian
menjadi guru bagi filsuf dan dokter terkemuka Ibnu Bajjah (Avempace)
Islam
di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian
dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan
penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada
abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah
yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M). Atas inisiatif
al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari
Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan
universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama
ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin
dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk
melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya. Tokoh utama
pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad
ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di
Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan
di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan
Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan
eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Tokoh utama
kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun
kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185
M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya
filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan. Bagian akhir
abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang
terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari
Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya
adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan
kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang
keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya
Bidayah al- Mujtahid.
Filosofi dan kebudayaan Yahudi
Dengan
adanya toleransi terhadap Yahudi di Al-Andalus, dan mundurnya pusat
kebudayaan Yahudi di Babilonia, Al-Andalus menjadi pusat
pemikiran-pemikiran intelektual Yahudi. Penulis-penulis seperti Judah
Halevi (1086-1145) dan Dunash ben Labrat (920-990) memiliki sumbangan
terhadap kehidupan Al-Andalus, dan lebih penting lagi memberikan
sumbangan bagi perkembangan filosofi Yahudi. Puncak dari filsafat
Yahudi adalah pemikir Yahudi asal Al-Andalus Maimonides (1135-1205),
yang menerbitkan karya-karyanya di Maroko dan Mesir, karena menghindari
dinasti Muwahidun yang berkuasa dengan keras di Al-Andalus. Ia mengarang
buku Panduan bagi yang Bingung, dan memperbaharui hukum Yahudi, sehingga dijuluki "Musa baru" (nama depan Maimonides sendiri adalah Moses/Musa).
Kedokteran
Dokter
dan tabib dari Al-Andalus memiliki sumbangan yang penting bagi bidang
kedokteran, termasuk anatomi dan fisiologi. Di antaranya adalah Abul
Qasim Az-Zahrawi (Abulcasis), "bapak ilmu bedah modern", yang menuliskan Kitab at-Tashrif, buku penting dalam kedokteran dan ilmu bedah. At-Tashrif
merupakan ensiklopedia yang terdiri dari 30 volume, yang kemudian
diterjemahkan ke Bahasa Latin dan digunakan dalam sekolah kedokteran di
kebudayaan Eropa maupun Islam selama berabad-abad.
IImu-ilmu
kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga
berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan
astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari
batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia
dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan
berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat
menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas
dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan bint
Abi Ja'far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli
kedokteran dari kalangan wanita. Dalam bidang sejarah dan geografi,
wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn
Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim
Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M)
mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun
riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus
filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol,
yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam
bidang sains.
Fiqh
Dalam
bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang
memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman.
Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi
pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya
adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa'id al-Baluthi dan Ibn
Hazm yang terkenal.
Musik dan Kesenian
Dalam
bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali
diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil
mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu.
Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria
maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya
tersebar luas.
Bahasa dan Sastra
Bahasa
Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di
Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam.
Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka
juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan
berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn
Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili,
Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan
kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-'Iqd
al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah
oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan
banyak lagi yang lain.
Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek
pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak.
Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang
pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada
masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal,
saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan.
Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan
irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam)
dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hydrolik itu
dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang
dinamakan naurah (Spanyol: Noria). Disamping itu, orang-orang Islam juga
memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan
taman-taman. Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga
merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Diantaranya adalah
tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar. Namun
demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah
pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid,
pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah
masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa, tembok
Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di
Granada.
a. Cordova
adalah ibu kota Spanyol
sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh
penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar
dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman
dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan
bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri
istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap
istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang
istana Damsik. Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid
Cordova. Menurut ibn al-Dala'i, terdapat 491 masjid di sana. Disamping
itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian.
Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri
perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat
diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang
panjangnya 80 Km.
Masjid Cordova
The Great
Mosque of Cordova – demikianlah nama salah satu bangunan paling
bersejarah di kota Cordova, sebuah kota cantik di Spanyol ini. Meski
hingga kini masih dinamakan Masjid Cordova, namun sejak tahun 1238
bangunan masjid kebanggaan bangsa Moor ini telah beralih fungsi menjadi
gereja Cathedral. Sebagai lambang kejayaan Islam yang pernah tumbuh di
Spanyol, keberadaan Masjid Cordova kiranya dapat memberi inspirasi
sekaligus kebanggaan bagi peradaban budaya muslim Eropa berabad-abad
silam.
Dibangun pada tahun 786 dimasa kejayaan pemerintahan
khalifah Abdurrahman I, Masjid Cordova didirikan di atas bekas bangunan
gereja St.Vincent untuk menandingi pusat-pusat peradaban Islam di
Baghdad, Damaskus, dan Jerusalem. Dalam kurun waktu 200 tahun, bangunan
ini terus mengalami perluasan seiring dengan pergantian khalifah
dimulai dari Khalifah Abdurrahman I, Abdurrahman II, Al-Hakim dan
perluasan bangunan besa-besaran terjadi pada masa kepemimpinan
Al-Mansur. Hingga Masjid Cordova kala itu menjadi pusat peribadatan
terpenting kaum muslim di Eropa. Setelah kota Cordova jatuh ke tangan
Raja Ferdinand, masjid Cordova beralih fungsi kembali menjadi gereja
dan mengalami perubahan desain arsitektural dan ornamental pada
bagian-bagian tertentu di bagian ruang dalam.
Halaman yang luas
dan asri dihiasi pohon-pohon siprus, jeruk dan palem memberi kesejukan
hati saat melangkah menuju bangunan Masjid Cordova. Di halaman ini
terdapat lima buah kolam air mancur yang dulunya berfungsi sebagai
tempat berwudhu bagi para jamaah sebelum memasuki masjid. Pintu utama
masjid berada di sebelah utara, berdekatan dengan Menara Abdurrahman.
Bila dilihat dari luar, wujud bangunannya tidak terlalu istimewa,
berkesan massive dengan bentuk persegi panjang yang kokoh.
Namun begitu memasuki ruang dalam, akan segera tampak ratusan pilar
penyangga berlapis marmer aneka warna, indah mendominasi ruang dalam
yang megah, bak berada di hutan pilar. Di seluruh bangunan masjid
terdapat 900 pilar, sebagian merupakan pilar asli bangunan gereja St.
Vincent, selebihnya dibawa dari Seville, Nimes bahkan ada pula yang
berasal dari Istanbul sebagai pemberian Kaisar Romawi Timur – Leo IV.
b. Granada
Granada
adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana
berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova
diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di
Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa.
Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian
arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang
tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini
masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana al-Zahra, istana
al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.
Masjid AlHambra
Alhambra, warisan sejarah dunia berdasarkan UNESCO World Heritage Site yang dinobatkan sejak tahun 1984.
Alhambra
merupakan kompleks istana dan benteng yang dibangun pada pertengahan
abad ke-13 oleh Bani Umayyah di Al-Andalusia, yang berada diperbukitan
kota Granada, sekarang di komunitas otonom Andalusia, Spanyol. Alhambra
tidak hanya sebagai bangunan bekas istana raja-raja islam, akan tetapi
menjadi bukti sejarah peradaban islam.
Alhambra berasal dari
bahasa Arab yang secara harfiah berarti “yang merah”, atau bentuk
lengkapnya adalah Calat Alhambra yang berarti “benteng merah”, yang
mencerminkan warna tanah liat merah dari bahan bangunan benteng ini
dibuat. Meskipun sebenarnya bangunan dari Alhambra awalnya bercat putih,
namun sekarang bangunan terlihat saat ini adalah kemerahan.
Alhambra
dalam bahasa Arabnya hamra' bentuk jamak dari kata ahmar
yang berarti "merah". Karena bangunannya banyak dihiasi
dengan ubin-ubin, bata-bata berwarna merah, serta penghias
dinding yang agak kemerah-merahan dengan keramik yang bernuansa
seni Islami, disamping marmer-marmer yang putih dan indah. Ada
pula yang berpendapat bahwa Alhambra dinamakan demikian karena
diambil dari seorang pendirinya yakni Al-Ahmar. Hingga saat
ini bangunan bernilai tinggi akan seni arsitektur ini
memperlihatkan peradaban tinggi orang-orang Islam tempo dulu.
Istana ini berada di bukit La Sabica, masih tetap berdiri
sebagai bukti kejayaan Islam di Granada Spanyol.
Istana
Alhambra didirikan oleh kerajaan Bani Ahmar atau bangsa Moor
(Moria) (bangsa yang berasal dari daerah Afrika Utara), satu
kerajaan Islam terakhir yang berkuasa di Andalusia sekarang
Spanyol. Kerajaan ini adalah Daulat Bani Ahmar yang berkuasa
antara 1232-1492 M, didirikan oleh Sultan Muhammad bin Al-Ahmar
atau Bani Nasr yang masih keturunan Sa'id bin Ubaidah, seorang
sahabat Rasulullah saw. yang berasal dari suku Khazraj di
Madinah. Bangunan Istana Alhambra dibangun kurang lebih tahun
1238 dan 1358 M oleh sultan tersebut yang diteruskan oleh
keturunan raja-raja Bani Ahmar. Istana Alhambra tidak langsung
didirikan, namun secara bertahap.
Istana ini dilengkapi
dengan taman mirta semacam pohon myrtuscommunis dan juga
bunga-bunga yang indah harum semerbak, serta suasana yang
nyaman. Kemudian, ada juga Hausyus Sibb (Taman Singa), taman
yang dikelilingi oleh 128 tiang yang terbuat dari marmer. Di
taman ini pula terdapat kolam air mancur yang dihiasi dengan
dua belas patung singa yang berbaris melingkar, yakni dari
mulut patung singa-singa tersebut keluar air yang memancar. Di
dalamnya terdapat berbagai ruangan yang indah, yaitu, Ruangan
Al-Hukmi (Baitul Hukmi), yakni ruangan pengadilan dengan luas
15 m x 15 m, yang dibangun oleh Sultan Yusuf I (1334-1354);
Ruangan Bani Siraj (Baitul Bani Siraj), ruangan berbentuk bujur
sangkar dengan luas bangunan 6,25 m x 6,25 m yang dipenuhi
dengan hiasan-hisan kaligrafi Arab; Ruangan Bersiram (Hausy
ar-Raihan), ruangan yang berukuran 36,6 m x 6,25 m yang
terdapat pula al-birkah atau kolam pada posisi tengah yang
lantainya terbuat dari marmer putih. Luas kolam ini 33,50 m x
4,40 m dengan kedalaman 1,5 m, yang di ujungnya terdapat teras
serta deretan tiang dari marmer; Ruangan Dua Perempuan
Bersaudra (Baitul al-Ukhtain), yaitu ruang yang khusus untuk
dua orang bersaudara perempuan Sultan Al-Ahmar; Ruangan Sultan
(Baitul al-Mulk); dan masih banyak ruangan-ruangan lainnya
seperti ruangan Duta, ruangan As-Safa', ruangan Barkah, Ruangan
Peristirahatan sultan dan permaisuri di sebelah utara ruangan
ini ada sebuah masjid yakni Masjid Al-Mulk.
Selain itu,
istana merah ini dikelilingi oleh benteng dengan plesteran yang
kemerah-merahan. Yang lebih unik lagi pada bagian luar dan
dalam istana ini ditopang oleh pilar-pilar panjang sebagai
penyangga juga penghias istana Alhambra. Kemudian, dinding
istana itu baik di luar atau pun dalam istana banyak dihiasi
dengan kaligrafi-kaligrafi Arab dengan ukiran yang khas yang
sulit dicari tandingannya.
Semula kerajaan ini hanya kerajaan
kecil saja namun dengan cepatnya kerajaan ini menjadi kerajaan
kuat dan megah hingga dua setengah abad lebih berkuasa.
Kekuatan ini bukan saja dari kematangan pola pikir para
pemimpinnya, tetapi keadaan alam pun ikut mendukung
kejayaannya. Wilayah Granada termasuk daerah sebuah bukit atau
pegunungan yang indah dengan ketinggian kurang lebih 150 m,
dengan luas kira-kira 14 ha, satu daerah yang sukar dimasuki
oleh musuh namun mudah dipertahankan, sekarang Bukit La Sabica.
Pada
masa kejayaannya istana Alhambra ini dilengkapi dengan
barang-barang berharga seperti barang yang terbuat dari logam
mulia, perak, dan permadani-permadani indah yang masih alami
buatan tangan manusia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Andalus
http://www.slideshare.net/3ka/sejarah-perkembangan-islam-di-spanyo
www.anneahira.com/sejarah-islam-6057.htm
musa-abdul-jabbar.blogspot.com/.../penyebab-kemunduran-dan-keh...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar